Pagi yang cerah, setelah semalaman hujan deras. Cerahnya
pagi sangat menyegarkan jiwa kehidupan. Demi menuruti keinginan para junior,
maka berangkatlah kami menuju sebuah tempat wisata yang di dalamnya ada kolam
renang. Junior-juniorku memang sangat menyukai air dan dunia sekitarnya.
Jarak dari tempat tinggal kami menuju tempat
wisata itu sekitar 13 km, dan yang hendak saya bagikan melalui tulisan ini
adalah sebuah kisah yang terjadi di sebuah perempatan jalan. Di perempatan
jalan propinsi itu, ada lampu pengatur lalu lintas. Di tempat itu sering teradi
kecelakaan lalu lintas yang merenggut banyak korban jiwa.
Dalam suasana cerah pagi itu, kami berangkat
dengan riang gembira. Sepanjang perjalanan menuju kolam renang di tempat wisata
itu, junior-juniorku bernyanyi dengan riangnya. Dunia kanak-kanak memang selalu
penuh dengan riang gembira dan sukacita. Dunia anak adalah dunia yang merdeka, mungkin juga surga
kehidupan ada dalam diri dan hidup anak-anak itu.
https://www.blibli.com/?a_blibid=56a2f1b40249b
https://www.blibli.com/?a_blibid=56a2f1b40249b
Beberapa kilometer menjelang lokasi, kami mesti
berhenti di perempatan jalan yang ada lampu pengatur lalu lintasnya. Perempatan
itu yang naik menuju kopeng, lurus menuju Solo dan Boyolali, sementara yang
belok kiri menuju kota Salatiga. Kebetulan saat kami sampai di lokasi nyala
lampu sedang merah. Kami berhenti dan saat berhenti sembari melihat sekeliling
dengan santai. Dari arah Solo hijau dan kendaraan sudah mulai sepi, dalam
keadaan sepi, dari arah atas,yang semestinya masih menyala merah, tiba-tiba
meluncur sebuah kendaraan bermotor. Dari arah solo, yang masih hijau juga ada
mobil yang melaju..dan di tengah perempatan itulah terjadi...Brrraaaakkkk....
Tabrakan tidak terhindarkan,meski tidak ada korban
jiwa. Pengendara motor terpelanting,jatuh sementara mobil bisa berhenti karena
sudah mengerem setelah sadar ada motor nyelonong. Terjadi adu argumen, sopir
mobil marah kepada pengendara sepeda motor. Ini yang menarik, jawaban
pengendara sepeda motor itu sangat santai..
“Saya lihat pak, memang masih nyala merah, tapi
kan keadaannya udah sepi..daripada kelamaan, masih 9 detik,,ya saya serobot
saja”
Dari jawaban pengendara motor yang nyelonong saat
lampu lalu lintas masih menyala merah tadi, bisa dibaca sebuah wajah bangsa
ini. Demi kepentingan pribadi,seringkali manusia melupakan keselamatan dan
kepentingan orang lain. Hanya tinggal menunggu sembilan detik,rela
mempertaruhkan keselamatan diri dan orang lain.
Kejadian di perempatan itu, mengajak saya
berpikir, jangan-jangan seringnya terjadi kecelakaan itu memang karena orang
Indonesia ini memang tidak menghargai kehidupan?
Halahh...emuhlah..
salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar