Minggu, 31 Januari 2016

SEMBILAN DETIK

Pagi yang cerah, setelah semalaman hujan deras. Cerahnya pagi sangat menyegarkan jiwa kehidupan. Demi menuruti keinginan para junior, maka berangkatlah kami menuju sebuah tempat wisata yang di dalamnya ada kolam renang. Junior-juniorku memang sangat menyukai air dan dunia sekitarnya.
Jarak dari tempat tinggal kami menuju tempat wisata itu sekitar 13 km, dan yang hendak saya bagikan melalui tulisan ini adalah sebuah kisah yang terjadi di sebuah perempatan jalan. Di perempatan jalan propinsi itu, ada lampu pengatur lalu lintas. Di tempat itu sering teradi kecelakaan lalu lintas yang merenggut banyak korban jiwa.
Dalam suasana cerah pagi itu, kami berangkat dengan riang gembira. Sepanjang perjalanan menuju kolam renang di tempat wisata itu, junior-juniorku bernyanyi dengan riangnya. Dunia kanak-kanak memang selalu penuh dengan riang gembira dan sukacita. Dunia anak adalah  dunia yang merdeka, mungkin juga surga kehidupan ada dalam diri dan hidup anak-anak itu.
https://www.blibli.com/?a_blibid=56a2f1b40249b
Beberapa kilometer menjelang lokasi, kami mesti berhenti di perempatan jalan yang ada lampu pengatur lalu lintasnya. Perempatan itu yang naik menuju kopeng, lurus menuju Solo dan Boyolali, sementara yang belok kiri menuju kota Salatiga. Kebetulan saat kami sampai di lokasi nyala lampu sedang merah. Kami berhenti dan saat berhenti sembari melihat sekeliling dengan santai. Dari arah Solo hijau dan kendaraan sudah mulai sepi, dalam keadaan sepi, dari arah atas,yang semestinya masih menyala merah, tiba-tiba meluncur sebuah kendaraan bermotor. Dari arah solo, yang masih hijau juga ada mobil yang melaju..dan di tengah perempatan itulah terjadi...Brrraaaakkkk....
Tabrakan tidak terhindarkan,meski tidak ada korban jiwa. Pengendara motor terpelanting,jatuh sementara mobil bisa berhenti karena sudah mengerem setelah sadar ada motor nyelonong. Terjadi adu argumen, sopir mobil marah kepada pengendara sepeda motor. Ini yang menarik, jawaban pengendara sepeda motor itu sangat santai..
“Saya lihat pak, memang masih nyala merah, tapi kan keadaannya udah sepi..daripada kelamaan, masih 9 detik,,ya saya serobot saja”
Dari jawaban pengendara motor yang nyelonong saat lampu lalu lintas masih menyala merah tadi, bisa dibaca sebuah wajah bangsa ini. Demi kepentingan pribadi,seringkali manusia melupakan keselamatan dan kepentingan orang lain. Hanya tinggal menunggu sembilan detik,rela mempertaruhkan keselamatan diri dan orang lain.
Kejadian di perempatan itu, mengajak saya berpikir, jangan-jangan seringnya terjadi kecelakaan itu memang karena orang Indonesia ini memang tidak menghargai kehidupan?
Halahh...emuhlah..

salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH