TENTANG
WARNA
Manusia itu makhluk yang pandai (itu menurut
manusia sendiri lho ya, menurut makluk lain saya ngga paham blass). Karena kepandaiannya,
manusia bisa memberi nama apa saja di sekitar kehidupannya, menentukan rencana
hidup, merancang apa saja. Semua yang ada di muka bumi itu dinamai oleh makhluk
yang namanya manusia, bahkan nama Yang
Maha Kuasapun yang memberi manusia.
Tulisan ini hanya akan berkisah tentang secuil
pengalaman saya tentang warna. Sebenarnya warna itu netral, dia tidak
berpolitik,bernegara dan bahkan beragama. Manusialah yang membuat warna menjadi
milik tertentu. Milik partai politik X untuk warna merah dan untuk partai Y
warnanya adalah cokelat. Warna sejatinya tidak bernama jika manusia tidak
memberinya nama. Dia bebas dan tidak bisa dipagari oleh apa saja, termasuk
manusia. Namun, karena manusia itu makhluk paling munafik dan egois, semuanya
hendak dimiliki dan dikendalikan. Maka, warnapun dijadikan milik.
Di depan sebuah kios foto coppy, ada sebuah
sekolah favorit di kota di mana saya tinggal. Kebetulan sedang mengadakan
renovasi gedung. Kebetulan saat itu saya mendengar sebuah dialog. “Nanti kita
cat warna Hijau saja tembok gedung sekolah ini..”Itu percakapan awal. Saya diam
saja, namun kemudian terdengar sebuah pertanyaan,”Kenapa mesti hijau?”. Salah seorang
yang lain bertanya dengan nada agak bingung. “warna Hijau itu warna yang
disenangi atasan kita, kalau dengan warna hijau, semuanya lancar..”...
Benarkah percakapan tadi mewakili keberadaan
negeri ini sekarang?Warna, yang sejatinya netral telah ditarik dalam pusaran
politik dan agama. Warna itu menyimbolkan kepemilikan politik dan agama
tertentu dan bahkan bisa dijadikan kendaraan meraih banyak hal. Warna telah
terjajah oleh agama dan politik. Dan yang menajajah adalah –lagi-lagi- manusia.
Netralitas warna telah ternodai, dan itu oleh manusia.
Kemerdekaan dan kebebasan warna semakin membuat
buram wajah kehidupan. Karena warna telah dimiliki oleh kelompok tertentu,maka
saat ada kelompok lain menempatkan warna itu tidak semestinya –menurut kelompok
pemilik-, maka perseteruan lahir, dan kadang nyawa dan darah manusia menjadi
taruhannya. Karena itu, dalam kehidupan bersama ini, manusia menjadi sangat
takut dengan warna. Tanyakan kepada sekelompok suporter sepakbola, bagi mereka
warna adalah kebanggaan dan warna lain bisa jadi musuh.
Warna..oh warna...aku pikir kau merdeka, namun
nyatanya engkaupun terjerembab pada pusaran konflik kami, makhluk bernama manusia
yang terlalu arogan dan ponggah dengan Kemanusiaan kami.
Maafkan kami warna..
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar