Jumat, 19 Februari 2016

Kupu-kupu, Ulat dan anak kecil

TENTANG KUPU-KUPU
Sepulang sekolah, anak nomor duaku sibuk mengejar kupu-kupu yang bermain di bunga rerumputan lair di depan teras tempat tinggal kami. Asyik sekali gadis kecil itu mengejar,mengamati,memburu kupu-kupu kecil berwarna kuning itu. Keringat mengucur deras di dahi dan pipinya yang masih polos, terkadang terjatuh, terkadang tersandung. Semangat bermain menjadikan panas dan letih seolah menghilang dari kamus gadis kecil itu.

Terkadang mampu menangkap seekor, lalu dipegangnya, dibawanya ke adiknya yang baru berusia sebelas bulan. Sungguh bahagia gadis mungil itu bermain dengan kupu-kupu. Sampai akhirnya, kakaknya datang setelah makan sepulang sekolah. Anak lelaki berusia 7 tahun  lebih itu ingin ikut serta mengejar kupu-kupu dengan adiknya. Jadilah kedua bocah kecil itu bermain dalam panas, mengejar kupu-kupu yang nampaknya juga senang menggoda kedua anak itu.

Sekitar  setengah jam kemudian, ibu dari kedua anak itu, sambil menggendong adik terkecil mereka, menghampiri untuk mengajak mereka menghentikan permainan dengan kupu-kupu itu. Namun kedua bocah itu enggan berhenti, mereka masih asyik dengan  permainan mereka. Berulang kali dipanggil dan diingatkan, namun tetap saja mereka enggan berhenti dari bermain dengan kupu-kupu itu.

“Ihhhhh...ada ulat ...ada Ulattt...”, Teriakan bocah lelaki itu sambil berlari menjauh dari rerumputan di depan tempat tinggal kami. Adiknya, gadis berusia 4 tahun itu terkejut, meski tidak segera berlari menjauh.  Sejenak kemudian aku mendekat, mencoba mencari di mana tempat ulat itu berada. Gadis kecilku sudah mendekati teras, menjauh dari lokasi di mana kakaknya melihat ulat. Dan benar, di balik dedaunan itu, seekor ulat berbulu, hitam dan agak besar, sebesar jari manis anak 1 tahun sedang asyik menyantap dedaunan. Perlahan, dengan lidi kusibakkan. Kedua anak itu ketakutam begitu juga dengan ibunya.

“Nak, tahukan kalian, bahwa kupu-kupu yang kalian kejar itu, berasal dari ulat ini?Tahukah kalian bahwa ulat yang menjijikan dan membuatmu takut gemetaran ini, pada waktunya bisa menjadi kupu-kupu indah nan cantik yang membuatmu senang bukan kepalang?”, Tanyaku kepada mereka.
“Masak kupu-kupu dari ulat pak?”, Selidik anak lelakiku. Usianya memang baru 7 tahun namun keberaniannya  bertanya sangat baik.
“Iya, dan kalian harus bisa belajr dari  ulat dan kupu-kupu ini, waktu dan kesempatan bisa jadi merubah keadaan. Jelek dan buruk, indah dan tidak indah itu tergantung waktu nak...”

Mereka mengangguk, entah paham atau tidak, hanya setahuku, mereka masih jijik dengan ulat itu. Aku juga tidak tahu, apakah esok masih berani bermain dengan kupu-kupu itu setelah tahu dulunya adalah ulat. Biar waktu saja yang menjawab..
Salam  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH