TENTANG
KUPU-KUPU
Sepulang
sekolah, anak nomor duaku sibuk mengejar kupu-kupu yang bermain di bunga
rerumputan lair di depan teras tempat tinggal kami. Asyik sekali gadis kecil
itu mengejar,mengamati,memburu kupu-kupu kecil berwarna kuning itu. Keringat mengucur
deras di dahi dan pipinya yang masih polos, terkadang terjatuh, terkadang
tersandung. Semangat bermain menjadikan panas dan letih seolah menghilang dari
kamus gadis kecil itu.
Terkadang
mampu menangkap seekor, lalu dipegangnya, dibawanya ke adiknya yang baru berusia sebelas bulan. Sungguh bahagia gadis mungil itu bermain dengan
kupu-kupu. Sampai akhirnya, kakaknya datang setelah makan sepulang sekolah. Anak
lelaki berusia 7 tahun lebih itu ingin
ikut serta mengejar kupu-kupu dengan adiknya. Jadilah kedua bocah kecil itu
bermain dalam panas, mengejar kupu-kupu yang nampaknya juga senang menggoda
kedua anak itu.
Sekitar
setengah jam kemudian, ibu dari kedua
anak itu, sambil menggendong adik terkecil mereka, menghampiri untuk mengajak
mereka menghentikan permainan dengan kupu-kupu itu. Namun kedua bocah itu
enggan berhenti, mereka masih asyik dengan
permainan mereka. Berulang kali dipanggil dan diingatkan, namun tetap
saja mereka enggan berhenti dari bermain dengan kupu-kupu itu.
“Ihhhhh...ada
ulat ...ada Ulattt...”, Teriakan bocah lelaki itu sambil berlari menjauh dari
rerumputan di depan tempat tinggal kami. Adiknya, gadis berusia 4 tahun itu
terkejut, meski tidak segera berlari menjauh.
Sejenak kemudian aku mendekat, mencoba mencari di mana tempat ulat itu
berada. Gadis kecilku sudah mendekati teras, menjauh dari lokasi di mana
kakaknya melihat ulat. Dan benar, di balik dedaunan itu, seekor ulat berbulu,
hitam dan agak besar, sebesar jari manis anak 1 tahun sedang asyik menyantap
dedaunan. Perlahan, dengan lidi kusibakkan. Kedua anak itu ketakutam begitu juga
dengan ibunya.
“Nak,
tahukan kalian, bahwa kupu-kupu yang kalian kejar itu, berasal dari ulat ini?Tahukah
kalian bahwa ulat yang menjijikan dan membuatmu takut gemetaran ini, pada
waktunya bisa menjadi kupu-kupu indah nan cantik yang membuatmu senang bukan
kepalang?”, Tanyaku kepada mereka.
“Masak
kupu-kupu dari ulat pak?”, Selidik anak lelakiku. Usianya memang baru 7 tahun namun keberaniannya bertanya sangat
baik.
“Iya,
dan kalian harus bisa belajr dari ulat
dan kupu-kupu ini, waktu dan kesempatan bisa jadi merubah keadaan. Jelek dan
buruk, indah dan tidak indah itu tergantung waktu nak...”
Mereka
mengangguk, entah paham atau tidak, hanya setahuku, mereka masih jijik dengan
ulat itu. Aku juga tidak tahu, apakah esok masih berani bermain dengan
kupu-kupu itu setelah tahu dulunya adalah ulat. Biar waktu saja yang menjawab..
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar