SUDUT PANDANG
Sabtu sore, sekitar jam 5. Cuaca
serah dan semilir angin menyejukkan suasana. Hari itu tanggal akhir bulan
tersebut. Dalam keramaian jalan raya, tiba-tiba.... “Bruuaaakk.....Duarrrrr..........”
Sebuah kendaraan bermotor menabrak sebuah mobil pada sebuah perempatan jalan. Motor
yang ditumpangi berboncengan itu ringsek,pengendaranya luka ringan dan yang
satu luka parah. Keadaannya kritis, sementara mobil yang ditabrak motor itu
hanya penyok di bagian yang ditabrak motor itu.
Pengemudinya selamat tanpa luka
sedikitpun. Banyak orang mengerubungi dan beberapa waktu kemudian polisi datang
ke lokasi kejadian. Diantara yang mengerubungi ada yang lama melihatnya, ada
yang hanya sekilas dan bahkan ada yang hanya meminta keterangan dari yang di
sekitar tempat.
Cerita tentang kecelakaan itu
segera beredar, semua ingin berkisah sesuai dengan apa yang dilihatnya. Seorang
karyawan pabrik yang pulang dan melewati lokasi kecelakaan,sewaktu sampai di
perempatan jalan dusunnya ditanyai oleh tetangganya.
“Apa benar ada kecelakaan di
perempatan jalan depan kecamatan itu, benarkah ada korban meninggal dalam
kecelakaan itu?”, Tanya seorang bapak yang baru saja pulang dari kebun.
“Iya,kayaknya memang ada. Tapi
saya tidak begitu memperhatikan, sudah ada polisi yang ngurusi”, jawab Karyawan
pabrik itu.
Pada waktu yang hampir
bersamaan,lewatlah sepasang anak muda yang nampaknya sedang dimabuk asmara. Maka
saat karyawan pabrik tadi terlihat seolah enggan menjawab pertanyaan
bapak-bapak yang baru pulang dari kebun itu, segera sepasang nuda-mudi itu
menghentikan kendaraannya, dan menghampiri bapak-bapak itu. Tanpa diminta
kemudian bercerita panjang lebar dan sangat detail terkait kecelakaan yang baru
saja terjadi.dari motor yang melaju sangat kencang, menyalib dari sebelah kiri,
mobil yang tertabrak,korban,rintihan korban dan banyak yang lain.
Dua kisah di atas hendak
memberikan cermin untuk kita semua,bahwa suasana hati sangat berpengaruh
terhadap konsep atau sudut pandang di
dalam melihat segala sesuatu. Saat kondisi batin sedang kacau, tanggal tua,
maka karyawan tadi enggan melihat kecelakaan itu sebagai obyek yang mesti
diceritakan. Sementara. Bagi sepasang muda-mudi yang dilanda demam, demam
asmara tadi, apapun realita di sekitar
yang dijumpai terasa menarik dan perlu diceritakan.
Manusia bersikap dan
bertindak selalu berdasar suasana hati. Saat suasana hati senang ia akan
bertindak baik dan bermartabat. Sebaliknya, saat suasana hati kacau, maka sikap
dan tindakannya sering terasa cuek dan semaunya sendiri. Tinggal saudara yang membaca tulisan ini,
sedang dalam suasana hati ceria ata bermuram durja. Jika ceria maka bacaan ini
bisa jadi mengispirasi positif saudara, namun jika saudara manyun dan memajang
tampang menyeramkan, membaca tulisan ini akan tumbuh aneka dugaan aneka tafsir,
aneka intepretasi.
Wah, terlalu ngelantur nih,
sudahlah, silakan baca, jika berguna silakan lanjutkan berkunjung ke ruangan
ini yang lain, jika tidak bermanfaat segera tutup dan jangan lagi berkunjung ke
ruangan saya ini ya..karena bisa jadi saudara akan menemukan tulisan-tulisan
yang telah lampau dan saat saudara baca merasa menyinggung saudara. Dari pda
tersinggung, ya mending gausah baca saja...
'Lho..kok anda masih membacaya tah?',"tetapi terima kasih lho ya, udah mau membaca tulisan ngawur ini...Namanya juga tulisan ngawur, maka jika ada yang masuk akal ya itu kecelakaan,tapi kalau tidak ada yang masuk akal, ya rapapa, namanya juga ngawur..Tapi, sengawur-ngawurnya ngawur,lebih ngawur yang tidak mau menulis..hehe.
Salam cinta sayang..eh, salam
cinta semesta saja deh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar