Sabtu, 27 Februari 2016

Sebuah Pertempuran

Sebuah Nasehat dari Induk Ayam

Pagi yang cerah, udara dan langit seolah berkompromi untuk memberikan keindahan untuk penghuni semesta. Kicau burung-burung yang masih tersisa di alam bebas seolah ikut membuat suasana semakin menyenangkan. Beberapa warga masyarakat sudah mulai beraktifitas sesuai dengan panggilan hidupnya, dan ternyata pagi itu banyak senyum yang terlontar dari wajah-wajah polos mereka.

“Wajah-wajah penikmat kehidupan yang sejati, tanpa terlalu berat memikirkan persoalan dengan berlebih meskipun mereka juga memanggul banyak persoalan”
Sambil menggendong senik, beberapa ibu-ibu sudah harus menyibak dinginnya pagi untuk dereb,beberpa tukang angon bebek juga sudah menggiring bebek-bebek mereka menuju sawah-sawah yang usai dipanen. Juga beberapa pak tani yang bersiul sambil memanggung pacul menuju sawah mereka. Sungguh pemandangan yang mempesona, kehidupan alam yang penuh harmoni dan cinta sejati.

“Itulah Nyanyian Kehidupan Sejati yang sudah ada sejak perbakala. Namun Nyanyian itu sekarang mulai jarang diperdengarkan”

Tiba-tiba seekor induk ayam berteriak dan beberapa anaknya berlarian menuju bawah sayap-sayapnya. Suaranya menyiratkan bahaya sedang mengancam mereka. Dan ternyata memang iya, dari ketinggian,di pagi yang cerah itu, seekor elang menukik cepat mencoba menyambar salah satu dari anak-anak ayam itu. Beruntung sang induk mampu menjaga, mampu melindunginya, meski dengan bertaruh nyawa. Elang itu kemudian kabur setelah ada beberapa ekor kambing keluar kandang menuju tempat penggembalaan.

Dua unggas berlainan jenis/spesies itu pada pagi yang indah sudah harus saling menyabung asa demi bertahan hidup. Si Elang, sepagi mungkin mencari santapan dengan kemampuan istimewa yang diberi oleh Sang Khaliq, sementara si Induk Ayam  berjuang semampunya menjaga keberadan diri dan calon keturunannya. Bukan masalah siapa yang gagal dan berhasil, namun keduanya mengajari kepada kita, betapa hidup ini adalah sebuah upaya bertahan demi menjaga eksistensi.

“Hidup adalah perjuangan, gagal atau berhasil itu tidak selalu menjadi tujuan. Yang paling utama adalah seberapa jauh masing-masing telah berjuang dan berupaya”

Keadaan kemudian kembali tenang, dan si induk ayam mulai melepas anak-anaknya kembali. Mereka kembali bermain dan bekerja mencari makan, sampai kemudian si induk menemukan makanan. Dengan suaranya yang khas, si induk memanggil anak-anaknya, kemudian mereka berkumpul, menikmati makanan hasil jerih induknya, karena bapaknya tak tahu entah ke mana.
Induk ayam itu mengajari manusia, betapa perjuangan itu terkadang bukan untuk “diri” melainkan demi yang lain. Sudahkah anda lebih berani berkorban seperti induk ayam itu?

Selamat Pagi Sahabat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH