ANTARA
HUJAN, MAK YEM DAN DEMO BURUH
siang ini, cuaca sungguh teduh, malah cenderung
dingin. Hujan datang semenjak pertengahan hari. Tidak deras memang, namun cukup
awet. Hujan yang awet, mendung yang semakin menggelap membuat dingin suasana,
dan tidur untuk orang bebas seperti saya ini adalah pilihan terbaik. Jam satu
siang berasa jam enam sore. Meski hujan masih etia mencumbui bumi, namun
aktifitas beberapa orang tetap berjalan.
Salah satunya adalah saat seorang ibu berusia
sekitar 50 tahun, datang ke rumah dengan menggendong keranjang sayuran barang
dagangannya. Hujan ini ternyata tidak menghalangi mbak yem untuk terus
berkarya. Bgainya, hujan dan panas itu adalah kewajaran alam. Kalau hujan pakai
palstik dan payung, plastik untuk dagangannya, payung untuk tubuhnya. Hujan bukan
berita buruk bagi mak Yem..
Saat meladeni pembeli, dengan santai dan sabar Mak
Yem melakukannya. Tidak ada gurat ketergesan, gurat wajah kekesalan akan hujan
dan cuaca. Wajahnya ceria dan berbinar, meski beban dagangan dan juga (mungkin
) beban hidup sedang mengakrabinya.
Hujan masih turun. Gemericiknya menyanyikan
nyanyian sejati semesta. Dedaunan yang
tersentuhpun ikut mengisi aransemen alam yang sungguh sempurna indahnya. Setelah
usai meladeni pembelinya, Mak Yem bergegas
merapikan dagangannya dan kembali meneruskan perjalanananya berjualan. Hujan
itu bukan halangan baginya. Hujan juga adalah karunia yang mesti disyukuri. Begiru
mak Yem menjawab saat istri menahannya untuk menunggu hujan reda.
Akibat krisis berkepanjangan, beberapa perusahaan
besar di Indonesia ingin menutup usahanya. Dan itu sah-sah saja, hak mereka. Namun
bagi buruh dan karyawan perusahaan itu, kabar penutupan pabrik adalah bencana,
dan karena itu mereka berdemo. Sibuk, sangat sibuk berdemo. Mereka marah kepada
semua hal. Pemerintah, kebijakan,krisis ekonomi dan juga memarahi pemilik
perusahaan. Sungguh aneh, tapi sungguh terjadi. Jika saja semua karyawan
perusahaan itu berjiwa seperti mak Yem, tentu mereka akan menemukan jawaban dan
peluang dari persoalan yang sedang mereka hadapi.
Namun nayatanya tidak begitu. Karena mentalitasnya
mmang sdah terbentuk menjadi mental buruh,karyawan yang selalu menghamba dan
tiada kreatifitas. Kreatifitasnya ya..hanya demo itu,,,
Semoga bermanfaat..
salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar