BEDA
PIKIR MANUSIA DAN SANG TUHAN
Manusia
selalu berpikir dalam dua ketegangan, atas-bawah, jauh-dekat,salah-benar,
surga-neraka. Cara berpikir demikian selalu mengakibatkan korban. Yang salah
akan selalu mendapatkan hukuman, yang benar akan selalu mendapatkan anugerah
atau pahala. Dalam keadaan seperti ini, sebuah peristiwa pasti akan dilihat
dari perspektif ini. Kekurangan, kelaparan,penderitaan akan dilihat sebagai
akibat dari salah atau dosa, sementara kesehatan, ketenangan dan kekayaan
dilihat sebagai anugerah.
Sang
Guru Agung Kehidupan dengan tegas menolak konsep berpikir ini. Sewaktu ada
peristiwa mengerikan, adanya korban meninggal dengan cara tertimpa tangga dekat
rumah ibadah, Dia dengan tegas menolak konsep pikir orang banyak yang
mendatangiNya.
Sang Guru paham bahwa orang banyak yang mendatangiNya ingin memperoleh pembenaran
atas apa yang dipikirkan mereka. Inilah penyakit manusia, dan juga orang
beragama, selalu meminta legitimasi atas konsep atau cara berpikir mereka. Untungnya
Sang Guru Agung Kehidupan itu menolak konsep berpikir seperti itu. Menurut Sang
Guru Agung Kehidupan, keberadaan hidup jasmaniah tidak berbanding lurus dengan
pola hidup imaniah. Dalam hal ini yang Sang Guru Agung Kehidupan pentingkan
adalah PERTOBATAN. Pertobatan yang
sejati, yang benar, yang sejalan dengan kehendak Tuhan. Pertobatan apakah itu? PERTOBATAN YANG MENGHASILKAN BUAH.
Mengapa
hal itu yang ditekankan Sang Guru Agung Kehidupan?Karena sering kata-kata
pertobatan hanya sebagai ungkapan biasa tanpa memaknai, hanya kata-kata manis
belaka namun tiada menghasilkan buah. Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak
berbuah semakin menegaskan pesan Sang Guru Agung Kehidupan terkait pertobatan
yang sejati,yang menghasilkan buah itu. Dalam pandangan Sang Guru Agung
Kehidupan, pertobatan merupakan fokus utama kehidupan manusia. Sang Guru Agung
Kehidupan tidak menolak ritus atau kesalehan agamawi, karena sering kesalehan
itu hanya wujud kemunafikan.
Dalam
narasi selanjutnya, Sang Guru Agung Kehidupan memberi teladan bahwa pertobatan
dengan tindakan sangat penting. Tindakan nyata itu melintasi aturan-aturan
agama,karena Sang Guru Agung Kehidupan memberi teladan dengan memberi contoh
penyembuhan di hari Sabbat. Dalam konep kesalehan agama waktu itu, sabbat
adalah waktu untuk istirahat total, namun Sang Guru Agung Kehidupan
mendobraknya.
Sang Guru Agung Kehidupan memberi teladan seperti apa pertobatan
yang menghasilkan buah,dan juga memberi
waktu untuk “Pohon ara” yang belum berbuah itu berbuah. Tinggal kita sebagai “Pohon
Ara-Pohon Ara” jaman sekarang, sadarkah bahwa waktu yang ada pada kita
sejatinya kesempatan untuk berbuah, sudahkah kita berbuah?
Salam Semesta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar