Jumat, 26 Februari 2016

DUA CARA MELIHAT

BEDA PIKIR MANUSIA DAN SANG TUHAN

Manusia selalu berpikir dalam dua ketegangan, atas-bawah, jauh-dekat,salah-benar, surga-neraka. Cara berpikir demikian selalu mengakibatkan korban. Yang salah akan selalu mendapatkan hukuman, yang benar akan selalu mendapatkan anugerah atau pahala. Dalam keadaan seperti ini, sebuah peristiwa pasti akan dilihat dari perspektif ini. Kekurangan, kelaparan,penderitaan akan dilihat sebagai akibat dari salah atau dosa, sementara kesehatan, ketenangan dan kekayaan dilihat sebagai anugerah.

Sang Guru Agung Kehidupan dengan tegas menolak konsep berpikir ini. Sewaktu ada peristiwa mengerikan, adanya korban meninggal dengan cara tertimpa tangga dekat rumah ibadah, Dia dengan tegas menolak konsep pikir orang banyak yang mendatangiNya.

Sang Guru paham bahwa orang banyak yang  mendatangiNya ingin memperoleh pembenaran atas apa yang dipikirkan mereka. Inilah penyakit manusia, dan juga orang beragama, selalu meminta legitimasi atas konsep atau cara berpikir mereka. Untungnya Sang Guru Agung Kehidupan itu menolak konsep berpikir seperti itu. Menurut Sang Guru Agung Kehidupan, keberadaan hidup jasmaniah tidak berbanding lurus dengan pola hidup imaniah. Dalam hal ini yang Sang Guru Agung Kehidupan pentingkan adalah PERTOBATAN. Pertobatan yang sejati, yang benar, yang sejalan dengan kehendak Tuhan. Pertobatan apakah itu? PERTOBATAN YANG MENGHASILKAN BUAH.

Mengapa hal itu yang ditekankan Sang Guru Agung Kehidupan?Karena sering kata-kata pertobatan hanya sebagai ungkapan biasa tanpa memaknai, hanya kata-kata manis belaka namun tiada menghasilkan buah. Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah semakin menegaskan pesan Sang Guru Agung Kehidupan terkait pertobatan yang sejati,yang menghasilkan buah itu. Dalam pandangan Sang Guru Agung Kehidupan, pertobatan merupakan fokus utama kehidupan manusia. Sang Guru Agung Kehidupan tidak menolak ritus atau kesalehan agamawi, karena sering kesalehan itu hanya wujud kemunafikan.

Dalam narasi selanjutnya, Sang Guru Agung Kehidupan memberi teladan bahwa pertobatan dengan tindakan sangat penting. Tindakan nyata itu melintasi aturan-aturan agama,karena Sang Guru Agung Kehidupan memberi teladan dengan memberi contoh penyembuhan di hari Sabbat. Dalam konep kesalehan agama waktu itu, sabbat adalah waktu untuk istirahat total, namun Sang Guru Agung Kehidupan mendobraknya. 
Sang Guru Agung Kehidupan memberi teladan seperti apa pertobatan yang menghasilkan buah,dan juga  memberi waktu untuk “Pohon ara” yang belum berbuah itu berbuah. Tinggal kita sebagai “Pohon Ara-Pohon Ara” jaman sekarang, sadarkah bahwa waktu yang ada pada kita sejatinya kesempatan untuk berbuah, sudahkah kita berbuah?


Salam Semesta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH