Pada Sebuah Tepian sungai
Dua orang pemuda dan pemudi. Nampaknya mereka
sedang dimabuk cinta. Selalu berdua, bergandengan tangan, bercanda layaknya
kanak-kanak. Apakah memang, jatuh cinta
membuat hidup kembali seperti anak-anak?Lepas,bebas dan rasa malu itu menguap
entah kemana?Akh..entahlah...Mereka sedang berjalan di sebuah taman. Taman yang
indah dan menarik.
Aneka bunga dan hewan-hewan hidup bebas tanpa dikerangkeng layaknya Kebon Binatang di negeri ini. Taman itu memang indah, pada sebuah lembah yang hijau. Perbukitan mengelilingi taman itu. Pada bagia utara, barat,selatan dan sebagian timur. Semua adalah perbukitan. Di bawah bukit sebelah timur ada telaga buatan manusia,jika senja, sinar matahari yang menyentuh permukaan air danau buatan itu sungguh menawan. Orang-orang memberi nama taman itu Mundu,,,mungkin dahulunya di tempat itu penuh dengan phon buah-buahan yang oleh masyarakat di desa itu diberi nama Mundu. Pohonnya rimbun dan buahnya jika sudah masak, kuning kemilauan.
Aneka bunga dan hewan-hewan hidup bebas tanpa dikerangkeng layaknya Kebon Binatang di negeri ini. Taman itu memang indah, pada sebuah lembah yang hijau. Perbukitan mengelilingi taman itu. Pada bagia utara, barat,selatan dan sebagian timur. Semua adalah perbukitan. Di bawah bukit sebelah timur ada telaga buatan manusia,jika senja, sinar matahari yang menyentuh permukaan air danau buatan itu sungguh menawan. Orang-orang memberi nama taman itu Mundu,,,mungkin dahulunya di tempat itu penuh dengan phon buah-buahan yang oleh masyarakat di desa itu diberi nama Mundu. Pohonnya rimbun dan buahnya jika sudah masak, kuning kemilauan.
Akh.. jadi lupa, dua pemuda dan pemudi tadi masih
asyik berduaan, memetik beberapa kuncup mawar. Beberapa kupu-kupu terbang
menjauh takut mengganggu kemesraan keduanya. Terdengar suara sebuah lagu jaman
kuna, jaman dahulu. “Dipuncak Bukit Berbunga”, dinyanyikan, kalau tidak salah
oleh Jayanti Mandasari..akhh, benar-benar romantis. Hanya bisa membayangkan
saja, dan sepertinya sulit, karena tugas keseharianku yang hanya tukang cari
rumput.
Suasana siang yang cerah, semilir angin yang manja, burung-burung yang berkejaran semakin membuat nuansa sempurna mereka berdua.
Suasana siang yang cerah, semilir angin yang manja, burung-burung yang berkejaran semakin membuat nuansa sempurna mereka berdua.
Perjalanan kedua pemuda-pemudi itu akhirnya sampai
ke tepi sebuah sungai. Sungai yang bening dan elok karena bebatuan gunung bisa
dilihat dari tepian, bebatuan yang ada di dasar sungai itu. Ikan-ikan
berkejaran dalam teduhnya air bening sungai . kedua pemuda pemudi itu masih
nampak asyik dan mesra. Dan mereka pun kemudian melihat ke seberang sungai. Sebuah tempat berjarak 15 meteran,
namun tiada jembatan untuk menyeberanginya.
“Mas, aku ingin kita menyeberang ke tepi yang
sebelah sana, di sana aku melihat burung-burung bermain di rerumputan”, rengek
gadis itu. Pemuda itu diam. Dia nampaknya sadar bahwa hanya dengan membangun
jembatan mereka bisa sampai ke seberang dengan selamat. Kemudian, dia , pemuda
itu, menghampiriku yang termangu menatap kemesraan mereka. Pemuda itu meminjam
sabitku, lalu mendekati serumpunan pohon bambu liar di tepian sungai. Dengan sigap
pemuda itu menebang beberapa batang. Sesekali terdengar mengaduh karena
tersayat dan menjadi luka. Hingga akhirnya, tersedia sekumpulan batang bambu,
dibuatnya rakit dan kemudian dipakainyalah rakit ittu untuk menyeberang.
Semakin iri aku melihat kemesraan mereka. Dengan sabit
di tangan, setelah aku mengangguk saat pemuda itu berucap terima kasih, aku
menatap mereka. Ada getir, namun juga ikut bahagia, melihat tekat mereka
berdua...
pada tepian sungai, suatu ketika..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar