Selasa, 02 Februari 2016

Cara Sederhana Untuk Bahagia

Senyum dan Tersenyumlah

Selamat pagi sahabat...sudahkah tersenyum pagi ini, ataukah malah muram durja yang membuka hari sahabat? Senyum, ini bukan barang mahal yang harus dibeli dengan uang milyaran rupiah. Bukan juga ilmu akademis yang untuk mendapatkannya, mesti bersekolah dengan biaya yang mahalnya minta ampun..

Senyum juga bukan barang langka yang sulit ditemukan dalam kehidupan dan hanya ada di museum-museum atau para konglomerat kaya yang berhobi mengkoleksi senyum, karena senyum ada dan menyatu dengan manusia. Senyum,bukan hanya milik dewa dan malaikat. Senyum adalah milik semua manusia dan juga makhluk hidup yang lain. Senyum itu karunia Illahi yang ada semenjak manusia ada.

Meskipun senyum itu tidak mahal, bukan barang langka dan juga bukan milik dewa namun toh kita jarang menjumpai sebuah senyuman yang tulus dan jujur. Senyum terkadang hanya sebagai sebuah pemanis perjumpaan, ornamen relasi dan pernik pergaulan. Senyum itu pekerjan sederhana, tidak perlu belajar sampai jenjang S3 ataupun nyantri ditempat yang jauh dan sepi. Senyum itu bahasa sederhana yang bisa mencairkan suasana.

Dengan senyuman tulus, ketegangan diperempatan jalan ketika saling berebut cepat akan meleleh menjadi persaudaraan dan sapaan santun. Dengan senyuman yang polos, kesalahan yang telah terjadi menjadi terampuni. Dengan senyum yang sederhana, ketegangan siswa karena ujian nasional bak hantu yang mengerikan akan berubah menjadi semangat membara tuk menyelesaikan soal-soal ujian. Dengan senyum yang iklas, maka perseteruan yang meruncing akan tecairkan segera.

Senyuman, bukan hanya milik beberapa manusia. Senyum itu milik kita semua. Namun sering senyum itu hilang dari kita karena  tertimbun selaksa hasrat,ambisi dan gejolak. Semenjak pagi sampai malam hari, senyum disembunyikan di pojok ruang kehidupan, karenanya hidup terasa hambar dan kering makna.  
Maka dari itu mari kita budayakan saling senyum manakala ada saling jumpa. Membuka hari dengan senyum, membuka perjumpaan dengan senyum, membuka percakapan dengan senyum dan menerima umpatan juga dengan senyum. 

Awas, jika saudara terhanyut tulisan ini, saudara juga harus membacanya dengan tersenyum. Namun hati-hatilah, disekelilingmu mengawasimu dan siap mengejekmu karena kamu membaca sambil tersenyum.
Selamat tersenyum

Doni Setyawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH