KESETIAAN
REMBULAN
Minggu
malam,tanggal 21 februari 2016, setelah seharian diguyur hujan. Dingin masih
setia menyelimuti alam semesta. Semuanya terasa tenang, diam dan tak
menunjukkan gerak yang berlebihan. Ketenangan alam saat malam memang terkadang
membuat suasana mencekam.
Demi
pilihan hidup yang telah kuambil sebelas tahun silam, diantara rengek tangis
anak-anakku,kubergegas meninggalkan tempat tinggal. Menembus malam,rintik
lembut gerimis,kabut tipis. Jalan masih basah,malah terkesan becek,beberapa
genangan air menggenangi lekukan-lekukan jalan yang rusak, mengapa belum
diperbaiki?Aku sendiri tidak tahu.
Sampai
tujuan, mengadakan percakapan. Usai, kemudian bergegas kembali menuju tempat
tinggal. Hening malam semakin terasa. Kabut semakin tebal dan dingin semakin
menunjukkan kuasanya yang menggenggam malam. Menelusuri jalanan desa dengan keletihan raga luas biasa. Melewati
beberapa desa dengan rumah-rumah yang
sudah sepi, mungkin terlelap sudah semua penghuninya. Hanya lampu-lampu saja
yang dibiarkan setia berjaga sepanjang gelap dan dingin malam.
Saat
melintasi persawahan, kabut semakin tebal. Dan sepi semakin terasa. Malam ini
semestinya gulita ikut menyelimuti suasana, namun aneh. Ada sedikit nuansa terang
hadir dalam malam yang semakin beranjak ke pusatnya. Kabut itu tidak menambah
gulita, namun justru terlihat putih keabu-abuan,laksana selimut bidadari alam
dongeng masa kecil kami. Penasaran, aku berhenti, persis di jalanan tengah
persawahan. Gemericik air bening dari sungai kecil mengairi sawah terdengar
lembut.
Suasana
luar malam itu sungguh senyap dan dingin terasa menghujam tulang. Langit tidak
segelap malam-malam lain karena Almanak menunjukkan tanggal 12, berarti Sang
rembulan semestina berkilau malam ini. Namun mendung dan kabut menghalangi
cahaya peraknya. Mendung di atas selalu bergerak, tidak pernah dia diam, dan
dalam dinamika geraknya terkadang melepas tutupnya dari sinar rembulan. Saat itulah
cahaya indah rembulan menyapa bumi, dan saya di dalamnya. Ternyata rembulan itu
tetap bercahaya meski cahayanya tidak sampai ke bumi karena terhalang kabut dan
mendung.
Dalam
dingin aku bersyukur karena ajaran alam ini. Rembulan itu selalu bersinar meski
tidak selalu dirasakan sinarnya. Juga untuk manusia, belum tentu yang tidak
terlihat baik itu tidak melakukan kebaikan, bisa jadi kebaikannya tertutup. Yang
menutupi bisa saja bagian dari hidupnya, seperti mendung dan kabut yang
merupakan bagian dari alam semesta, bersama rembulan juga.
Untuk
saudaraku semua, janganlah cepat menuduh bahwa tidak ada kebaikan pada
sahabat,saudara atau rekan di sekitar. Bisa jadi kebaikannya sedang tertutup
oleh yang lain. Juga, jika sinar baik dari tindakan kita tidak dirasakan orang
lain, jangan marah,jangan mundur, jangan kecewa. Bisa jagi sedang ada sesuatu
yang menghalangi. Tetaplah bersinar..
Sudah
terlalu malam kawan, biarlah rembulan tatap setia dengan jalan hidupnya. Letih raga
ini memanggilku menuju alam peraduan..
Selamat Bersinar..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar