Selasa, 16 Februari 2016

antara anak sekolah dan polisi...

DUA SISI KEHIDUPAN

Semenjak pagi cuaca suram, mendung kemudian yang hadir dan bukan sang mentari. Mendung dan kabut pagi ini sungguh membuat suasana benar-benar bernuansa malam, meski sudah sekitar pukul 05.30. dan benar, setengah jam kemudian gerimis datang dan dilanjutkan hujan. Yahhh...hujan di pagi hari.

Hujan di pagi hari membuat suasana dingin dan itu yang membuat tubuh terpanggil untuk ke tempat tidur. Menarik selimut sepertinya hal yang paling menyenangkan. Namun keadaanku berkata lain. Ada tugas yang mesti kukerjakan. Pekerjaan rutin, mengantar anak-anak ke sekolah.  Merasakan dingin dan melihat suasana gelap di lur, jujur aku berharap anak-anak enggan berangkat ke sekolah,sehingga bisa tidur lagi. Namun ternyata harapan tidak seperti kenyataan. Dua anak yang sudah bersekolah ngotot berangkat meski hujan semakin lebat. Jadilah kami bersiap.

Agak tergesa namun dalam lubuk hati ini tumbuh rasa bangga yang menyala. Bangga akan tekad anak-anak yang kuat untuk ke sekolah meskipun hujan menghalangi. Bangga bahwa semangat kanak-kanak itu bisa menjadi cermin hidup bagi siapa saja. Benar kata pepatah,

Pelajaran paling murni di dunia ini adalah dari anak-anak. Sikap dan tindakannya adalah cermin kejernihan dan ketulusan”

Perjalanan menuju sekolah anak-anak dimulai. Yang paling kecil di rumah dengan yang biasa momong, kami berlima. Ada satu anak tetangga yang menumpak perjalanan kami. Hujan jalanan tetap saja rami karena memang jam sibuk. Setelah mendekati sekolah anak pertama, jalanan mulai sangat  padat dan akhirnya macet.
Awalnya istri hendak mengantar ke dalam kelas anak pertama, dengan alasan terlambat. Namun karena anak pertama berani mengatakan yterlambat, maka kami urungkan dan lanjut ke sekolah anak nomor dua. Lagi-lagi, kami diajari keberanian tulus seorang anak kecil.

“Kata bapak, ini kan terlambat bukan karena kesengajaan. Ini karena hujan dan jalanan macet. Jadi biar saya saja yang bilang ke Bu guru”

Sekali lagi, sebuah teladan. Jalanan semakin macet dan hujan semakin deras emngguyur kota sejuk meski mungil di tengah Jawa Tengah ini. Jumlah kendaraan semakin banyak dan kemacetan semakin terasa. Untuk bergerak 20 meter saja istri menghitung sekitar 28 menit. Sungguh terlalu, kata bang haji....

Yang aneh-atau menarik ya?- dalam kemacetan hebat untuk ukuran kecil ini, Petugas resmi bernama polisi justru tidak nongol mengatur keruweta lalu lintas. Yang ada malah para satpam instansi di sekitar jalan raya yang membantu mengatur laju lalu lintas. Aneh, ke mana saja para pejabat berseragam yang seragamnya saya yakin tidak beli sendiri, beda dengan anak sekolah itu. Apakah mereka sedang sibuk di tempat lain???Entahlahhh..
Anak kedua saya terlambat satu jam namun tetap ngotok sekolah. Semangat murni yang mesti kami jaga. Dan sewaktu menunggu anak ke dua kami, saya masuk sebuah warung kopi. Biasalah, nongkrong..mau pulang tanggung, masuk halaman sekolah yang ada hanya emak-emak ngrumpi.....

Nahhh..di dalam kedai kopi ini sayamenjumpai pengalaman berharga (paling tidak untuk saya). Ada pengunjung berpakaian pejabat negeri ini, juga sedang ngopi. Di dadanya ada nama terpampang (maaf tidak akan saya sebutkan namanya). Dan dia seorang anggota polisi, dari seragamnya terlihat. Ternyata para pengunjung sedang berbincang, dan topik perbincangan adalah keterlambatan anak-anak sekolah datang ke sekolah. Beberapa bilang macet dan tidak ada yang mengatur lalu lintas.

Mendengar komentar ini, si pengunjung yang berpakaian dinas berkomentar. “Udan-udan kok kurang gaean, ben wae dalan macet...”yang artinya “hujan begini kok suruh kerja hujan-hujanan, biar saja jalanan macet...”

Duhhh Gusti...lha saudara ini kan kerja di bayar oleh rakyat dengan tulus, lha hujan kaya gini saja sudah enggan bekerja?Kok kalah semangat dengan anak kecil yang masih sekolah?Yang mesti tidak dibayar malah harus membayar, rela berhujan-hujan demi sebuah waktu pembelajaran?tidak malukan saudara dengan pakaian dan gaji yang saudara terima namun tanpa tulus bekerja?

Inikah wajah sejati anak negeri ini?

Salam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH