MENGIKUTI
TARIKAN TANGAN
Seperti kebanyakan anak-anak,bangun
pagi merupakan kesulitan yang selalu dijumpai pada setiap anak, kapanpun serta
untuk siapapun. Demikian pula dengan anak saya. Hamper setiap pagi, proses
bangun dan membangunkan itu merupakan sesuatu yang kadang membuat repot.
Memang, pagi hari merupakan saat-saat
yang paling indah dan menyenangkan untuk meringkuk dibawah selimut, apalagi
kalau berada di wilayah yang iklimnya tergolong dingin, seperti di tempat yang
kami tempati.
“Bapakkk,,,sakittt!!! Jangan ditarik,
sakit ini lhoooo……………..!!” Demikian anak saya berteriak manakala suatu pagi
saya tarik tangannya, karena sudah hamper jam setengah tujuh belum juga
beranjak dari tempat tidur.”Nak, tanganmu terasa sakit karena kamu menolak
tarikan bapak, cobalah kamu ikuti tarikan tangan bapak, pasti rasa sakit itu
tidak akan kamu rasakan lagi”. Kemudian, masih dengan suasana tidur karena
kelihatannya kantuk masih menguasahi, anak saya tidak lagi menolak tarikan
tangan saya, namun mengikuti tarikan tangan saya untuk bangun. Maka, tidak
terjadi lagi tarik menarik tangan yang mengakibatkan sakit.
“Bagaimana nak, masih terasa sakit?”.
Saya mencoba mengajak anak saya berefleksi dari peristiwa yang baru saja
terjadi. “Tidak sakit bapak, enak!” Demikian jawaban dari anak seusia 5,5 tahun
yang tidak lagi merasakan tangan yang kesakitan karena proses tarik-ulur.
Hidup manusia, seringkali terjadi
proses tarik ulur yang terkadang dengan kekuatan yang berimbang. Maka yang
kemudian dirasakan adalah rasa sakit yang kuat. Demikian pula dengan mentaati
kehendak Tuhan, sering manusia enggan mengikuti “Tarikan Tangan” Tuhan, malah
mencoba menolaknya, mka sakitnya kehidupan yang dirasakan. Alangkah
menyenangkan dan enak jika manusia (dan kita juga di dalamnya) tidak lagi
menolak tarikan tangan Tuhan, melainkan mengikuti arus tarikan tangan Tuhan.
Keindahan dan kenyamanan jualah yang akan terjumpai.
Sippp
BalasHapus