“Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari
pintu kubur?”, Entah siapa yang memulai mengajukan pertanyaan dari ketiga
perempuan yang pagi itu sedang bergegas menuju pemakaman, tempat di mana “Idola”
mereka terbunuh dan kemudian dimakamkan. Tidak ada keterangan jelas untuk
pembaca mengetahui, perempuan pertama yang mengapungkan pertanyaan tersebut,
namun kemudian nampaknya pertanyaan yang merupakan bahasa keraguan itu, menjadi
milik para perempuan itu. Dan Juga, akhirnya, keraguan personal dan kehidupan komunal menjadi keraguan bersama..
LUNNA Si Perempuan Hebat
Apakah ada yang salah dari pertanyaan tersebut? Jelas
tidak. Pertanyaan itu sejatinya terlahir dari
kesadaran diri para perempuan itu, yang merasa sangat terbatas soal
kekuatan fisik. Mereka sadar, karena mungkin ikut menguburkan, setidaknya
melihat dari jauh, jenasah itu, sehingga tahu benar betapa besar batu yang
dipakai untuk menutup pintu kubur itu.
Para perempuan itu saling menyadari keterbatasannya,
namun demikian mereka tidak menghentikan langkah, meski sebongkah ragu menggoda
mereka. Bisa dibayangkan jika sesampai mereka di makam, dan sudah siap dengan
segala keperluan untuk meminyaki jenasah, agar tidak menimbulkan bau tidak
sedap, namun mereka tidak bisa mesuk ke dalam kuburan itu. Kecewa, sedih dan
juga marah.
Kaos Bagi Para Penikmat KOPI @Rp.100.000 Minat WA 081328273206 |
Para perempuan itu tahu betul keterbatasan mereka, dan
juga dengan polos mengungkapkan keraguan mereka. Soal keraguan ini yang bisa
menjadi cermin untuk siapa saja, juga yang membaca tulisan ini siapapun dan
dimanapun. Terkadang bukan ketidakberdayaan atau kelemahan yang mejadi
penghalang manusia untuk menemukan “Sang Illahi”, namun justru keraguanlah yang
menjadi penghalang terbesarnya. Manusia sejatinya tercipta sempurna, sebagai
pribadi di hadapan Yang Illahi, artinya seberapun dan seperti apapun bentuknya,
dia unik dalam bingkai kesempurnaan ciptaan, karena manusia tercipta beda satu
dengan yang lainnya.
Karena kesadaran akan keunikan tadi, semestinya manusia
bisa mengaktualisasikan dirinya, sesuai dengan “panggilan” dalam hidupnya. Dalam
perspektif berpikir demikian, manusia bisa melakukan apa saja saat itu menjadi
kebutuhan yang dirindukannya. Namun semua akan menjadi lumpuh takberdaya, saat
virus Ragu itu menjangkiti manusia.
Demikian juga dengan para perempuan hebat yang sedang
berjalan menuju pemakaman. Dalam gelora semangat untuk menunjukan sikat taat
dan cinta kepada “Sang Idola”, tiba-tiba mampirlah si ragu, mencoba menghadang
langkah mereka. Namun nampaknya para perempuan hebat itu tetap setia
melanjutkan perjalanan mereka, meski ragu menggoda dengan segala upaya. Itulah kehebatan
serta kekuatan para perempuan itu, sanggup meniti langkah menuju tujuan, mesti
godaan deras menggoda.
Bisa saja mereka
berhenti, kemudian “rapat”, dan mengambil keputusan bersama. Dan dalam
keputusan bersama itu, bisa terjadi juga
mereka akan menghentikan kobaran semangat menuju pemakaman, dan meminta
bantuan “kaum yang lebih kuat” untuk menolong mereka. Namun nampaknya mereka,
para perempuan itu, sadar bahwa mengehntikan langkah adalah kekalahan dari
virus keraguan yang sedang mendera mereka. Oleh karena itu, mereka dengan
segala keterbatasan tetap melanjutkan perjalanan. Saya curiga (mungkin bisa
dikatakan yakin) bahwa dalam perjalanan mereka, para perempuan itu berdoa dalam
hati atau batin, agar diberi kekuatan dan mujijat.
“Melanjutkan Perjalanan”, adalah strategi jitu untuk
menelikung keraguan. Da itu semua dimainkan dengan sangat sempurna oleh para
perempuan yang menuju pemakaman sang Idola mereka. Saat melanjutkan perjalanan,
bukan berarti si ragu pergi jauh, namun justru semakin konyol dan edan menggoda
mereka, semakin dekat ke lokasi (akan ) terjadinya mujijat, semakin kuatlah si
ragu menggoda. Dan bisa jadi, para perempuan tadi semakin kuat berdoa, semakin “ndremimil”,
sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang artinya kurang lebih berdoa berulang
dalam mulut secara lirih.
Dengan “Melanjutkan Perjalanan”, maka terjadilah
pertempuran dasyat, antara “spirit keterbatasan” melawan “spirit kepercayaan”. Dasyatnya
pertempuran laksana palagan Kurusetra, manakala mengejar waktu matahari
terbenam. Spirit Keterbatasan dengan ragu sebagai actor utamanya akan terus dan
terus memompakan sisi lemah para perempuan itu, sementara Spirit Kepercayaan”
juga terus membisikan semangat agar perjalanan tetap dan terus dilanjutkan. Semakin
dekat semakin dasyat pertempuran itu.
Adegan pertempuran usai, saat para perempuan itu sampai
di lokasi pemakaman. Seperti apa lokasi tepat kompleks pemakaman itu saya
kurang paham, karena belum pernah ke sana, namun bisa jadi kekalahan si ragu
tidak saat sampai, namun saat para perempuan itu melihat. Apa yangt
dilihat?Batu penutup kubur yang terguling. Narasi dari buku suci mengatakan,
bahwa mereka melihat dari dekat baru yakin kalau batu penutup makam itu sudah
benar-benar terguling.
Nampaknya kompleks makam itu di sebuah lereng, sehingga
harus dalam jarak dekat bisa melihat. Bisa jadi dari kejauhan, dari
lekukan-lekuan bukit, dari jauh para perempuan itu sudah melihat, bahwa pintu
kubur sudah bergeser, dan itu yang memompa semangat mereka untuk segera sampai.
Dan setelah MELIHAT dari dekatlah, mereka baru percaya dan pertempuran usai.
Keraguan yang disponsori oleh viru ragu terhempas.
Tulisan ini juga saya peruntukan bagi kaum perempuan,yang
di hari paskah 2019 ini memperingati hari kelahiran pelopor perjuangan kaum
perempuan, Ibu Kartini. Bisa juga ibu Kartini ketika memperjuangkan ide
hebatnya dihantui, digoda dan dihambat oleh keraguan, namun keputusan “Melanjutkan
Perjalanan” menjadikan beliau menjadi tokoh yang dikenang sebagai pahlawan
perempuan.
Wahai perempuan, engkaulah ibu semesta, dari rahimmulah
dimulai kehidupan di jagad raya ini. aku yakin, seperti juga pengalaman para
perempuan yang sedang menuju makam itu, bahwa keraguan sering menggodamu,
keraguan sering menghadangmu dan juga keraguan sering mengecilkan semangatmu. Namun
dalam semuanya, engkau tetap “Melanjutkan Perjalanan”, demi kelanjutan
kehidupan. Esok, lusa dan di hari-hari yang akan terjelang, bayangan “batu
besar” yang menutupi jalur perjalanan mencapai tujuan itu akan selalu ada,
namun tetaplah melangkah, agar sampai di tujuan dengan menjumpai “batu penutup”
itu sudah sirna.
Untuk
Perempuan
Hebat Yang Selalu didekatku
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny