Jumat, 19 April 2019

BEGIN WITH THE END IN MIND (Memulai dengan hasil akhir sudah ada di pikiran)



Pak Budi masuk ke sebuah terminal yang ramai di kotanya. Di tangannya tertenteng sebuah tas tua, jas abu abu yang lusuh membalut tubuhnya yang mulai renta. Kopiah yang sama tuanya dengan jasnya bertengger di kepalanya yang sudah beruban. Dia mau menyusul anaknya yang sudah lama tidak pulang. Isterinya baru saja meninggal dan dia merasa lebih baik berkumpul dengan anaknya. Sebuah surat berisi alamat terakhir dari anaknya ada di sakunya.

Pikiran LUNAA

Dia termangu mangu melihat keramaian terminal itu. Ada bis yang besar besar, angkot warna warni, becak motor dan becak biasa bahkan dokar juga ada. Pak Budi pusing dengan semua keramaian itu. Melihat pak Budi yang kebingungan, seorang petugas terminal berseragam abu abu menghampirinya :”Mau kemana pak ?”. Dengan tegas pak Budi menjawab :”Saya mau naik bis Akas”. Dia ingat ketika mengantar anaknya 10 tahun lalu, si anak itu naik bis Akas yang berwarna abu abu. Meskipun dia tidak bisa membaca tulisan Akas karena buta huruf, dia tahu bahwa itu bis Akas dari penuturan anaknya. Si petugas kembali bertanya :”Iya, bapak naik bis Akas itu mau kemana ?”. 

Pak Budi kebingungan, tidak bisa menjawab, hanya matanya jelalatan kesana kemari. Kemudian dilihatnya sebuah bis berwarna abu abu yang sama persis dengan yang dinaiki anaknya melintas di dekatnya. Dia pun berlari meninggalkan petugas itu dan mengejar bis. Seorang penumpang yang melihat kejadian itu bertanya ke petugas itu :”Kemana bapak tua itu pak ?”. Petugas menjawab sambil geleng geleng kepala: “Tidak tahu, aneh juga ditanya kemana kok nggak menjawab. Mungkin orang stress, tetapi sepertinya ke Malang karena naik bis yang ke Malang”.

FB UNTUK KESEJAHTERAAN

Dengan gelisah pak Budi duduk di bis. Baru pertama kali ini dia naik bis. Kondektur mendekat dan bertanya :”Kemana pak ?”. Pak Budi terdiam dan dengan kebingungan dia bertanya :”Bis ini kemana pak ?”. Dengan mengerutkan kening, kondektur menjawab :”Ke Malang pak”. Dengan gugup pak Budi menjawab :”Iya iya saya ke Malang”. Kondektur menyobek tiket dan menerima pembayaran. Sambil meninggalkan pak Budi, dia berkata dalam hati :”Kok aneh, pergi naik bis tapi nggak tahu kemana tujuannya ?”.

Sesampai di terminal Arjosari Malang, pak Budi turun dari bis. Matanya nanar melihat keramaian yang luar biasa. Jauh lebih ramai dibanding terminal Probolinggo tempat dia naik bis tadi. Dengan membawa tas, dia berjalan kesana kemari sambil sesekali mendongakkan kepalanya, siapa tahu bisa menemui anaknya, meskipun dia tidak memberi kabar. Lama sekali dia hilir mudik tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Lagi lagi seorang petugas yang peka, melihat kegelisahan orang tua ber jas abu abu lusuh itu. Petugas itupun mendekati pak Budi dan bertanya :”Ada yang bisa saya bantu pak ?”. 

VIRALPICT

Pak Budi ragu ragu karena sebenarnya dia takut kepada orang yang berseragam. Mereka datang ke desanya hanya untuk menagih pajak dan menangkap orang. Tetapi karena sudah tidak ada jalan lain, dia pun menjawab :”Saya mau menemui anak saya, dia dulu naik bis Akas kesini. Saya tadi juga naik bis Akas dari Probolinggo”. Petugas yang ramah itu mengangguk angguk :”Alamat anak bapak di Malang ini dimana ?”. Pak Budi tambah bingung :”Saya tidak tahu, dia cuma pernah mengirimkan surat ini”. Dengan ragu ragu, takut kalau surat anaknya diambil petugas, dia mengeluarkan surat itu. Surat yang dulu dibacakan oleh tetangganya. Itu surat terakhir dari anaknya yang diterima dua tahun lalu. Surat yang sudah lusuh itu diambil oleh petugas, pak Budi berusaha menahannya, sehingga terjadilah tarik menarik antara keduanya. Akhirnya surat itu berhasil di ambil oleh petugas tadi. Dibacanya alamat yang tertera di belakang surat itu “Suwono, d/a Kantor BRI, jl. Sarapung 4 – 6 Manado 95111”.

Anda mungkin menganggap pak Budi itu orang gila atau orang stress. Atau mengira saya cuma mengarang cerita ini. Sama sekali tidak. Saya tidak mengarang cerita ini. Saya melihat sendiri pak Budi pak Budi di sekitar saya. Sayapun dulu juga salah satu dari pak Budi itu.

Lulus kuliah, Anda melamar pekerjaan dan diterima di sebuah pabrik terigu. Ibaratnya Anda naik sebuah bis. Setelah beberapa tahun, Anda tidak suka dengan suasana kerja disitu, Anda pindah kerja menjadi teknisi di sebuah bengkel milik distributor mobil. Anda sedang pindah ke bis lain yang menurut Anda lebih enak. Kemudian Anda memutuskan untuk keluar dan membuka bengkel sendiri, ibaratnya Anda pindah ke taksi. Begitu seterusnya Anda hanya pindah pindah dan ganti kendaraan. Tanpa tahu sebenarnya Anda mau kemana ? Dengan keluarga Anda, Anda naik turun bis, kadang harus jalan kaki karena di PHK, dan naik bis lagi. Padahal kalau Anda tahu harus ke Manado, sejak awal Anda ke bandara dan naik pesawat kesana. Mana bisa naik bis ke Manado ?

Itulah sebagian besar dari kita, hanya CARA BEPERGIAN nya yang dipikirkan, sedang TUJUANNYA tidak pernah dipikirkan. Akibatnya Anda hanya putar putar kesana kemari, mendirikan usaha bangkrut, membangun usaha lain bangkrut lagi, menanam jambu, jaya sebentar kemudian jambu sangat murah, Anda membongkar jambu dan beternak lele, jaya sebentar kemudian tenggelam lagi. Anda dikunjungi teman yang menganjurkan Anda beternak udang. Begitu seterusnya dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi.
Para petugas terminal dan kondektur itu tertawa melihat pak Budi yang tanpa tujuan. Kehidupan ini mungkin juga sedang menertawakan kita. Melihat kita berjuang dan terus gagal, gagal dan gagal.

Begin With The End in Mind, atau memulai segala sesuatu dengan hasil akhir sudah di pikiran kita. Untuk di grup Building The Dream ini, melewati 2 audio hipnoterapi itu, hasil akhirnya saya tanamkan ke pikiran bawah sadar Anda. Yaitu penghasilan pasif 100 juta sebulan, kehidupan yang nyaman dengan rumah besar dan pekarangan seluas 2000 meter pesegi. Ada kolam renang, gazebo, garasi berisi 2 mobil, banyak beramal dan sebagainya. Sementara disamakan dulu, nanti Anda bisa memiliki impian sendiri jika sudah terbiasa.
Jika tujuan hidup itu sudah terpatri atau tertanam di pikiran bawah sadar Anda, maka Mekanisme Sukses Otomatis (MSO) akan membawa Anda ke tujuan itu dengan cara yang paling cepat, paling mudah dan paling harmonis dibanding pikiran sadar Anda.

Sayangnya, kebanyakan dari Anda, pikiran sadarnya masih ngotot mengatakan bahwa kendaraan atau cara yang Anda pakai sekarang ini adalah kendaraan/cara terbaik menuju ke tujuan itu. Ya tidak apa apa, jika itu benar, Mekanisme Sukses Otomatis Anda akan membawa Anda dengan cepat kesana. Sebaliknya, MSO Anda juga yang nanti akan membelokkan Anda, seandainya dia menganggap bukan itu cara yang tepat. Percayakan saja pada MSO Anda. Tugas Anda adalah mempertahankan tujuan di pikiran bawah sadar Anda dengan cara mendengar dan melihat orang orang yang sudah sampai di tujuan. .
Selamat berproses menuju tujuan hidup Anda,


Sumber:Begin With The End in Mind – dr. Sigit Setyawadi SpOG Page 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH