Jumat, 01 Mei 2020

ANALISA KEUNTUNGAN BUDIDAYA PORANG SEJAK TAHUN PERTAMA PER HEKTARE ATAU KELIPATANNYA


 
Umbi Produksi

Pengantar
Memulai sesuatu yang baru bukanlah halyang mudah, apalagi bagi orang Indonesia, termasuk Jawa. Pengalaman bertahun-tahun bergelt dengan sesuatu yang ada sudah hidup dan menghidupinya, atau istilahnya mbalung sumsum. Akibat dari “pola” seperti ini adalah, sulitnya menghasilkan inovasi dalam segala aspek. Pola piker orang lebih kuat dikuasahi oleh kebiasaan dan warisan, sehingga seperti yang saya sebutkan di atas, memulai sesuatu yang baru, benar-benar sulit. Selain beberapa factor “genetif dan warisan” di atas, ada juga factor pengalaman terdekat, soal penipuan-penipuan yang terjadi, sehingga semuanya menghadirkan sisi traumatiknya sendiri.
Seperti budidaya-budidaya tanaman yang lain, budidaya tanaman Porang termasuk sesuatu “yang baru” di alam piker masyarakat Indonesia, meskipun sejatinya sudah dilakukan agak lama. Porang adalah tanaman “Pribumi” Indonesia dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat di banyak negara. Jauh sebelum saat ini , pengolahan Porang sudah dilakukan di beberapa pabrik di wilayah Jatim, namun karena saat itu kebutuhan pabrik terpenuhi dari panen Porang liar, maka belum banyak yang membudidayakan. Namun situasi berubah saat pabrik bertambah, permintaan meningkat, namun stok semakin terbatas. Berburu umbi Porang di lahan liar semakin tidak mungkin, sehingga dibudidayakan adalah jwaban terbaik. Maka, semenjak 10 tahunan terakhir, banyak yang sudah membudidayakan Porang.



Agar bisa menarik minat masyarakat, khususnya petani milenial, maka saya siapkan analisa.  Semoga analisa di bawah ini bisa menginspirasi siapa saja, khususnya para oemuda untuk memetamorfosis diri menjadi petani milenial yang siap bersaing di panggung Global.

Analisa
Kegiatan persiapan lahan secara borongan Rp 1.500.000/Ha. Artinya kalau lahan 4000 meter, biaya Menjadi 0,4 x 1.500.000            : Rp. 600.000
Pembelian 10.000 bibit umbi porang untuk jarak tanaman 30 x 30 cm dengan harga Rp. 25.000/kg (isi 20 umbi).  500 kg x Rp. 25.000, sehingga total biaya Bibit Total Rp 12. 500.000
Penanaman secara harian dibutuhkan Rp 500.000
Biaya Pupuk Rp. 1.200.000
Biaya perawatan & pemupukan Rp 1.400.000
Jadi Total biaya Tanam yang diperlukan adalah : Rp. 15. 600.000

Pendapatan yang diperoleh satu tahun panen:
Catatan            :Tingkat kematian adalah 5%, namun akan disulam, sehingga asumsi jumlah batang/tanaman tetap 10.000. Maka tambahan biaya Sulam adalah 5% x  Rp. 12.500.000                 : Rp.625.000, Sehingga total biaya untuk produksi sampai panen adalah Rp. 15.600.000 + 625.000                                                  Rp. 16.225.000

Minimal bobot porang: 0,8 kg/batang
Total bobot panen porang:
10000 batang x 0,8 kg             :8.000 kg
=
Harga porang Rp 8000 (rendah)
Total pendapatan kotor di akhir tahun pertama
Rp 8.000 x 8.000 kg                                                     =     Rp  64.000.000
Pendapatan bersih panen
Rp 64.000.000 — Rp 16.225.000                                                        =     Rp  47.775.000

Catatan:
Untuk Hasil Katak/Bulbil jika dijual, maka analisanya adalah:
10000 batang x 2 (katak)                                 Rp. 20.000
Jika satu kg isinya 200 butir, maka  akan dihasilkan 200 Kg, dan jika harga katak adalah 80.000/kg, maka akan dihasilkan uang Rp. 16.000.000. maka total keuntungan budidaya porang luas 4000 m adalah Rp.96.400.000.

Catatan: Semua dalam hitungan rendah, baik harga bibit, harga porang prosuksi dan juga harga tenaga penggarap. Untuk hasil katak atau bulbil, angka dua adalah hitungan terendah.

Penutup
Analisa adalah hitungan di atas kertas, dia hanya akan bisa terwujud jika dipraktekan dengan serius dan dengan pendampingan serius. Ada sebuah pepatah bijak dari orang bijak tempoe doeloe, “Reaksi terbaik atas munculnya ide/info adalah mencoba mempraktekannya”. Negara Indonesia adalah negara agraris, berubah menjadi negara industri pabrikan boleh-boleh saja, namun melawan “takdir” dengan menghindari mengolah tanah pemebrian Tuhan adalah kesalahan sejarah yang teramat fatal. Oleh karena itu, baik kalau kemudian kita menjadi pelopor menjadi negara dengan ketahanan pangan terdepan. Lahan-lahan tidur yang ada di sekitar kita perlu dicumbui. Agar terangsang dan memberikan buahnya.

Salam dari
Dalijo&Lik Ndoleng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH