Aku tidak akan pernah melupamu kawan. Darimu aku bisa
belajar tentang kehidupan ini. Darimu aku bisa bercermin tentang sebuah proses,
sebuah perjalanan. Darimu aku bisa memaknai bahwa seluruh kehidupan ini
bermakna. Darimu pula aku juga bisa menakar kadar kehidupanku, ada di mana dan
dalam kondisi seperti apa.
Benar bahwa engkau selalu hadir dalam BENING yang tiada
terlawankan, oleh apapun. BENING dalam dirimu adalah keabadian, semenjak
purbakala, engkau ada dan mengada dalam keadaan seperti itu. Takpernah kau
berupaya tampil beda, meski diterjang masa. Engkau melewati seluruh jalan
hidupmu dengan sederhana, sesederhana keberadaan dirimu.
Sejarah tidak begitu menjadi ornament tampilanmu, karena
memang sejarahmu adalah kehidupan yang takjua bisa terpisah dari dirimu. Seperti
apapun sejarahmu, sesulit apa jalanmu, engkau selalu tampil sempurna kawan,
BENING dan lembut. BENINGmu mengalahkan kekeruhan dan lembutmu menentramkan. Engkau
selalu hadir sesuai waktumu, menjelang pagi dan kemudian engkau pergi dengan
santun dan damai kawan, tak pernah engkau mengeluh akan hadirnya cahaya yang
menghempaskanmu.
Bagimu, cahaya adalah sahabat yang mengantarkanmu menuju
tampilan yang berbeda, sehingga meski menghempaskanmu, bagimu itu adalah cara
cahaya menyayangimu. Sungguh sempurna cinta yang kau hidupi kawan. Dan manakala
dirimu ada, karena memang ada, namun tiada,karena memang sedang mengada dalam
ketidakterlihatan, engkaupun tetap memberikan sejukmu untuk semua di
sekelilingmu. Mungkin, atau malah pasti, mereka tak pernah menganggapmu dan
bahkan merekalah yang ikut menghempaskanmu, namun tetap saja engkau memberikan
dirimu untuk mereka.
Kawan, aku tidak akan pernah melupamu, meski terkadang
lupa menyapamu. Lupa yang sering kujadikan alasan demi membela dirimu, juga
sibuk. Sering aku gagal menghatgai waktu dan juga mengelolanya. Menyapamu bukan
soal sempat, namun tentang nilai kehidupan. Maaf jika aku terkadang melupamu,
karena lupa itu terkadang kusengaja. Maaf jika aku terkadang mengabaikanmu,
meski pelajaran darimu tetap mengalir takjua pernah berhenti.
Pagi ini, kembali engkau menantiku untuk bercermin tentang
kehidupan. Terima kasih sudah tersenyum, manakala gelap masih memeluk semesta,
namun BENINGmu bercahaya diantara temaram. Di ujung daun-daun jambu dan
rambutan, bergelantungan engkau mencumbu semesta. Dan dari BENINGmu,ada
pantulan pijar lampu-lampu d sekitarmu, dan dengan sukacita engkau
memantulkannya. Memnatulkan untuk siapa saja, bahkan mesti pantulanmu tiada
yang menghargai, engkau tetap setia memantulkan cahaya itu..
Terima kasih kawan, meski aku melupamu, namun engkau
tetap setia dengan fungsimu. Lupa ini, sering kujadikan alasan untuk tidak
menyapamu, dan juga sibuk. Entahah, apakah ini alasan yang abadi atau sekedar
keenggananku mengingatmu. Satu lagi, kesibukan. Sering dalih sibuk dan beda focus,
menuntunku kepada pengabaian akan dirimu, padahal darimulah aku bisa melihat
kesejatian hidup. Darimulah aku bisa melihat kesederhanaan hidup dan ruh
keabadian untuk mengabdi, meski takterhargai..
Selamat pagi kawan, maaf aku telah melupamu. Sebentar lagi,
engkau akan mengada dalam beda, engkau akan menyatu dengan nafas semesta. Menghinggapi
siapa dan apapun di sekitar kehidupanmu. Sebentar lagi, sahabatmu yang sejati,
Cahaya, akan menghempaskanmu, namun engkau menerimanya dengan senyuman, karena
itulah cara cahaya mencinta dirimu..
Selamat mengada dalam beda kawan..maaf jika aku sudah
(pernah) melupa akan dirimu…
Nalen25032019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar