Minggu, 20 Maret 2016

SEMUA DALAM RANCANGANNYA

Seorang Perempuan Sederhana dan Pelayan Toko

Seorang perempuan separuh baya memiliki kebiasaan memasuki boutique-boutique mahal di sebuah mall. Ia hanya datang, melihat-lihat, menyentuhnya, dan tanpa sepatah katapun ia lalu pergi meninggalkan boutique-boutique tersebut.
Penampilannya sederhana saja. Berdandan seadanya. Pakaiannya pun biasa saja, tidak bermerk sebagaimana para pengunjung lainnya. Kadang ia membawa payung, yang menandakan ia tidak memiliki kendaraan. Karena itulah, tak ada seorang pramuniaga pun tertarik melayaninya.
Siapakah perempuan itu, darimana ia berasal dan mengapa ia memiliki kebiasaan itu bertahun-tahun, tak ada yang tahu.
Lambat laun para pelayan boutique itupun mengenali ia dan menggunjingkan kebiasaannya. "Jangan dilayani. Paling ia hanya melihat-lihat saja." "Tidak usah digubris. Mana mungkinlah ia mampu membeli." "Pakaiannya saja sederhana, bagaimana mungkin ia mau membeli jaket kulit seharga ribuan dollar?"
Suatu hari pukul 10 pagi, ia berhenti di sebuah boutique perhiasan yang koleksi bebatuannya sangat lengkap dan mahal. Selama ini ia hanya melewatinya saja, karena ia tidak terlalu tertarik pada perhiasan.
Tanpa ia duga, seorang pramuniaga muda yang manis itu menyambutnya dengan ramah dan mempersilahkan ia masuk melihat-lihat. Sungguh berbeda dengan pramuniaga-pramuniaga di boutique yang biasanya ia datangi, pramuniaga tersebut mengucapkan selamat pagi dan menanyakan apa yang ia cari.
"Ah.. aku hanya iseng saja. Di luar hujan deras. Aku ada perlu ke gedung seberang. Lagipula aku tak mungkin membeli perhiasan-perhiasan mahal kalian." Begitu jawabnya sambil memperhatikan isi toko dan tanda pengenal yang tersemat di saku seragam gadis pramuniaga itu.
"Kalau begitu, ibu duduk saja dulu. Dan biarkan saya menyeduhkan secangkir teh untuk ibu sambil menunggu hujan reda ya."
Sambil menghabiskan teh, mereka berbincang-bincang. Dari situ perempuan itu mengetahui bahwa pramuniaga manis itu datang dari kota kecil, tidak mempunyai ayah sejak belia dan ibunya bekerja sebagai housekeeping di rumah nyonya kaya di kota mereka berasal.
Begitu hujan berhenti, perempuan itu berpamitan sambil mengucapkan terima kasih. "Terima kasih banyak. Semoga suatu hari kau beruntung nak."
Delapan bulan kemudian, tersebarlah kabar bahwa mall mewah itu telah berpindah kepemilikan kepada keluarga bangsawan yang kaya raya dari Eropa. Bahkan hotel bintang lima yang ada di seberangnya pun telah dimiliki oleh orang yang sama.
Meski demikian, aktivitas di mall tersebut tidak banyak berubah hingga suatu hari sebuah email masuk ke management gedung dari Eropa, untuk mencari seorang gadis 26 tahun bernama Ellis, yang bekerja di toko perhiasan mewah X.
Tahun berikutnya, Ellis yang rendah hati itu diterima bekerja menjadi orang kepercayaan pemilik mall dan hotel di tempat ia bekerja sebagai pramuniaga, yang adalah putera dari seorang perempuan sederhana yang pernah terkesan kepadanya ketika berkunjung ke tokonya menunggu hujan reda.
Tak ada kebetulan di dunia ini. Buah yang baik dikenali dari pohon yang baik. Teruslah berbuat baik dan terimalah kejutan-kejutan manis yang ditawarkan.

Erica Mascalova

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH