Pelajaran Hidup dari Penjual Kipas Anyaman Bambu
BISNIS ANAK JAMAN NOW |
Beberapa hari terakhir, pikiran saya tertuju pada sosok yang selalu mangkal di perempatan dekat Lapas Salatiga. Di sisi “Bangjo” yang tergolong ramai untuk ukuran kota seperti Salatiga. Yang menjadi sasaran perhatian saya adalah sesosok Lelaki separo baya lebih yang selalu setia di tempat itu. Karena penasaran, maka ingin mengurai penasaran saya itu dengan menyapanya langsung.
Awalnya, anak saya yang pertama, sewaktu saya
jemput pulang sekolah menunjuk ke arah sosok itu. Dari situ kemudian saya
selalu melihat ke arah tempat itu jika melewati daerah itu. Masih selalu ada di
situ. Sesosok Laki-laki yang berjualan Kipas dari Anyaman Bambu.
Ingin Punya Usaha Online Dengan Penghasilan 6-8 Juta Per bulan?
Lihat Video
lalu Klik INI SAJA
Lelaki lebih dari separuh baya, baju batik
lapuk,ikat kepala usang. Celana komprang hitam. Penasaran dengan sosok
tersebut, saya kemudian memutuskan mendekati dan menyapa pada suatu waktu. Aneh,
saat bercakap dan nampak mulai akrab, beliau enggan berkisah tentang diri dan
namanya. Kami bercakap saat lampu pengatur lalu lintas menyala merah, sehingga
beliau bisa berkarya.
Oiya, beliau berjualan Kipas dari anyaman bambu hasil
karyanya sendiri, itu menurut penuturan beliau.
Semangat kerja beliau sangat
luar biasa, raga yang terlihat renta itu tidak menghalanginya berjualan. Mendekati
beberapa mobil berhenti, menawarkan kipas bambunya. Barang yang sudah sangat
tidak populer di jaman serba cepat ini. Namun beliau selalu tersenyum meski
dalam sekian waktu tidak ada yang menanggapinya.
“Saya berjualan ini bukan untuk kaya mas, saya
ingin hidup. Saya ingin mensyukuri hidup saya pemberian Gusti. Makanya, saya
harus bekerja selama nafas dari Gusti itu masih ada dan saya kuat membawa tubuh
tua ini” (Percakapan asli dalam bahasa jawa). Demikian si lelaki separuh baya
lebih itu berkisah, saat mau saya ajak mampir pada sebuah warung kopi.
“Bekerja itu hidup, hidup itu bekerja. Jangan sampai
kita merepotkan orang lain, tapi harus mau direpotkan. Saya bisa makan dan
bertahan dengan “Ngenam tepas” ini.”
Demikian beliau melanjutkan tuturannya. Semakin
saya tertarik dengan pribadi Lelaki setengah baya lebih ini, sebab beliau tidak
mau jika makanan dan minumannya saya bayari. Sungguh sebuah keteguhan hidup
yang sangat kuat.
Sebuah teladan hidup yang sangat berharga untuk
kaum muda yang sudah mulai enggan berusaha. Oleh karena itu, pikirkanlah, bahwa bekerja keras akan kalah dengan bekerja CERDAS
Pelajaran yang sempurna untuk kaum
muda yang senangnya Cuma berfoya-foya. Teladan bekerja yang memang dibutuhkan
generasi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar