Rabu, 09 Maret 2016

NAFAS INI MODAL USAHA

Pelajaran Hidup dari Penjual Kipas Anyaman Bambu

BISNIS ANAK JAMAN NOW

Beberapa hari terakhir, pikiran saya tertuju pada sosok yang selalu mangkal di perempatan dekat Lapas Salatiga. Di sisi “Bangjo” yang tergolong ramai untuk ukuran kota seperti Salatiga. Yang menjadi sasaran perhatian saya adalah sesosok Lelaki separo baya lebih yang selalu setia di tempat itu. Karena penasaran, maka ingin mengurai penasaran saya itu dengan menyapanya langsung.

Awalnya, anak saya yang pertama, sewaktu saya jemput pulang sekolah menunjuk ke arah sosok itu. Dari situ kemudian saya selalu melihat ke arah tempat itu jika melewati daerah itu. Masih selalu ada di situ. Sesosok Laki-laki yang berjualan Kipas dari Anyaman Bambu.



        Ingin Punya Usaha Online Dengan Penghasilan 6-8 Juta Per bulan?
                                           Lihat Video 


lalu Klik INI SAJA

Lelaki lebih dari separuh baya, baju batik lapuk,ikat kepala usang. Celana komprang hitam. Penasaran dengan sosok tersebut, saya kemudian memutuskan mendekati dan menyapa pada suatu waktu. Aneh, saat bercakap dan nampak mulai akrab, beliau enggan berkisah tentang diri dan namanya. Kami bercakap saat lampu pengatur lalu lintas menyala merah, sehingga beliau bisa berkarya.
Oiya, beliau berjualan Kipas dari anyaman bambu hasil karyanya sendiri, itu menurut penuturan beliau. 

Semangat kerja beliau sangat luar biasa, raga yang terlihat renta itu tidak menghalanginya berjualan. Mendekati beberapa mobil berhenti, menawarkan kipas bambunya. Barang yang sudah sangat tidak populer di jaman serba cepat ini. Namun beliau selalu tersenyum meski dalam sekian waktu tidak ada yang menanggapinya.

“Saya berjualan ini bukan untuk kaya mas, saya ingin hidup. Saya ingin mensyukuri hidup saya pemberian Gusti. Makanya, saya harus bekerja selama nafas dari Gusti itu masih ada dan saya kuat membawa tubuh tua ini” (Percakapan asli dalam bahasa jawa). Demikian si lelaki separuh baya lebih itu berkisah, saat mau saya ajak mampir pada sebuah warung kopi.

“Bekerja itu hidup, hidup itu bekerja. Jangan sampai kita merepotkan orang lain, tapi harus mau direpotkan. Saya bisa makan dan bertahan dengan “Ngenam tepas” ini.” 

Demikian beliau melanjutkan tuturannya. Semakin saya tertarik dengan pribadi Lelaki setengah baya lebih ini, sebab beliau tidak mau jika makanan dan minumannya saya bayari. Sungguh sebuah keteguhan hidup yang sangat kuat.

Sebuah teladan hidup yang sangat berharga untuk kaum muda yang sudah mulai enggan berusaha. Oleh karena itu, pikirkanlah, bahwa bekerja keras akan kalah dengan bekerja CERDAS

Pelajaran yang sempurna untuk kaum muda yang senangnya Cuma berfoya-foya. Teladan bekerja yang memang dibutuhkan generasi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH