KATAK
DAN ULAR
Sepulang dari sebuah perkunjungan,dalam keadaan
mendung dan gelapnya malam. Di pertenganahn perjalanan, di pinggir sebuah jalan
dekat persawahan, saya dikejutkan oleh seekor Musang yang melintas cepat. Musang
itu aman dari terjangan sepeda Motor yang saya tumpangi, namun kekagetan
yang terjadi membuat saya memperlambat
laju sepeda motor. Dan di tikungan,diantara dusun dan dusun,di pinggir jalan
diantara persawahan,saya berhenti.
Memandang langit, gelap. Sebelah barat laut
tempat berhenti saya nampak terang benderang, nampaknya Proyek Tol masih
bekerja selarut ini demi target waktu.
Diantara gemericik air, sedikit kabut dan rintik
gerimis satu dua,terdengat suara aneh. Saya mendengarnya dengan seksama,setelah
itu turun dari sepeda motor,motor saya matikan mesinnya.
Dengan HP samsung
jadul saya nyalakan fitur lampu senter di hP itu,bergerak mencari sumber suara
yang mencurigakan saya. Semakin mendekati sumber suara saya semakin hati-hati,
saya paham suara itu. Suara seekor katak yang sedang dalam terkaman ular.
Benar saja, dari balik rerumputan sekitar selokan
pinggir sawah, seekor ular sebesar ibu jari manusia dewasa,sedang mencoba
menelan seekor katak. Katak itu jauh lebih besar dari kepala dan mulut ular
itu, sekitar 3 kali lipatnya. Si katak Meronta sementara si Ular tetap berjuang
menahan mangsanya. Dengan teriakan khas seekor katak dalam bahaya, Katak itu
terus meronta dan meronta. Sementara si Ular tetap berupaya menjaga dan semakin
menelan mangsanya. Sebuah pertarungan dasyat tersaji di pertengahan malam sepi
dan dingin.
Tanpa sengaja, kaki saya menyenggol kaleng sisa
biskuit. Dan memang tentang kesadaran membuang sampah, warga negara yang bangga
dengan “Topeng Keberagamaannya” ini sangat rendah kesadarannya. Suara kaleng
biskuit ini sungguh membuat kedua binatang yang sedang bertarung demi hidup
masing-masing itu kaget. Akibat kaget itu menjadi sangat berbeda bagi kedua
binatang itu, Katak berkesempatan lepas,sementara Ular,demi menjaga
kewaspadaan, mengendorkan jepitan mulutnya, dan....Lepaslah Katak itu.
Saya sendiri bingung, pahlawankah saya untuk Si Katak
yang terlepas dari maut,atau sungguh sebagai pengganggu hidup bagi si Ular yang
kehilangan mangsa?Saya hanya diam,kemudian beringsut meninggalkan “Palagan
Kurusetranya” Katak dan Ular itu. Mendekati sepeda motor kembali,menatap
langit.
Menyalakan sebatang rokok sambil menikmati sisa-sisa malam.
Tengah malam, diantara dusun satu dengan dusun
yang lain, di pinggir sawah, diantara rerumputan selokan, semua telah mengajari
saya tentang Perjuangan hidup. Semua mengajari saya, Ular dan Katak, mereka
adalah guru kehidupan saya.
Manusia terkadang terlalu cepat putus asa, terlalu
cepat menyerah. Sering pula manusia mencibir berbagai usaha dan saran dari
rekan saudara dan handai taulan. Mencibir tanpa berupaya adalah sebuah
kemunafikan tingkat dewa.
Udara semakin dingin, dan saya menjadi ingat bahwa
saya telah berkabar kepada mantan pacar di rumah, bahwa saya sudah dalam
perjalanan pulang.jarak sekitar 3,5 Km, bisa jadi memunculkan curiga, sebegitu
lamakah tertempuh?
Saya menggenjot sepeda motor, melajutkan
perjalanan pulang..
Titip salam untuk Lik Jito, Mas Mboel, Mas Romi Rambo dan Istri, juga Kyai Amat Muharrom...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar