Selasa, 08 Maret 2016

PELAJARAN PERJUANGAN DARI CIPTAAN LAIN

KATAK DAN ULAR

Sepulang dari sebuah perkunjungan,dalam keadaan mendung dan gelapnya malam. Di pertenganahn perjalanan, di pinggir sebuah jalan dekat persawahan, saya dikejutkan oleh seekor Musang yang melintas cepat. Musang itu aman dari terjangan sepeda Motor yang saya tumpangi, namun kekagetan yang  terjadi membuat saya memperlambat laju sepeda motor. Dan di tikungan,diantara dusun dan dusun,di pinggir jalan diantara persawahan,saya berhenti. 

Memandang langit, gelap. Sebelah barat laut tempat berhenti saya nampak terang benderang, nampaknya Proyek Tol masih bekerja selarut ini demi target waktu.
Diantara gemericik air, sedikit kabut dan rintik gerimis satu dua,terdengat suara aneh. Saya mendengarnya dengan seksama,setelah itu turun dari sepeda motor,motor saya matikan mesinnya. 


Dengan HP samsung jadul saya nyalakan fitur lampu senter di hP itu,bergerak mencari sumber suara yang mencurigakan saya. Semakin mendekati sumber suara saya semakin hati-hati, saya paham suara itu. Suara seekor katak yang sedang dalam terkaman ular.

Benar saja, dari balik rerumputan sekitar selokan pinggir sawah, seekor ular sebesar ibu jari manusia dewasa,sedang mencoba menelan seekor katak. Katak itu jauh lebih besar dari kepala dan mulut ular itu, sekitar 3 kali lipatnya. Si katak Meronta sementara si Ular tetap berjuang menahan mangsanya. Dengan teriakan khas seekor katak dalam bahaya, Katak itu terus meronta dan meronta. Sementara si Ular tetap berupaya menjaga dan semakin menelan mangsanya. Sebuah pertarungan dasyat tersaji di pertengahan malam sepi dan dingin.

Tanpa sengaja, kaki saya menyenggol kaleng sisa biskuit. Dan memang tentang kesadaran membuang sampah, warga negara yang bangga dengan “Topeng Keberagamaannya” ini sangat rendah kesadarannya. Suara kaleng biskuit ini sungguh membuat kedua binatang yang sedang bertarung demi hidup masing-masing itu kaget. Akibat kaget itu menjadi sangat berbeda bagi kedua binatang itu, Katak berkesempatan lepas,sementara Ular,demi menjaga kewaspadaan, mengendorkan jepitan mulutnya, dan....Lepaslah Katak itu.

Saya sendiri bingung, pahlawankah saya untuk Si Katak yang terlepas dari maut,atau sungguh sebagai pengganggu hidup bagi si Ular yang kehilangan mangsa?Saya hanya diam,kemudian beringsut meninggalkan “Palagan Kurusetranya” Katak dan Ular itu. Mendekati sepeda motor kembali,menatap langit. 

Menyalakan sebatang rokok sambil menikmati sisa-sisa malam.
Tengah malam, diantara dusun satu dengan dusun yang lain, di pinggir sawah, diantara rerumputan selokan, semua telah mengajari saya tentang Perjuangan hidup. Semua mengajari saya, Ular dan Katak, mereka adalah guru kehidupan saya. 

Manusia terkadang terlalu cepat putus asa, terlalu cepat menyerah. Sering pula manusia mencibir berbagai usaha dan saran dari rekan saudara dan handai taulan. Mencibir tanpa berupaya adalah sebuah kemunafikan tingkat dewa.
Udara semakin dingin, dan saya menjadi ingat bahwa saya telah berkabar kepada mantan pacar di rumah, bahwa saya sudah dalam perjalanan pulang.jarak sekitar 3,5 Km, bisa jadi memunculkan curiga, sebegitu lamakah tertempuh?

Saya menggenjot sepeda motor, melajutkan perjalanan pulang..

Titip salam untuk Lik Jito, Mas Mboel, Mas Romi Rambo dan Istri, juga Kyai Amat Muharrom...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH