Selasa, 22 Maret 2016

KEKUATAN BERSYUKUR

Belajar Untuk Lebih Bersyukur

Alkisah!!
Di suatu kota tepatnya di Gorontalo, ada seorang anak yang hidupnya selalu mengeluh kepada kedua orang tuanya. “Ma, kenapa kita harus hidup seperti ini?” kata si anak sama ibunya. Ibunya berkata “kita harus bersyukur dengan kehidupan kita sekarang nak, banyak di luar sana yang hidupnya kurang beruntung dari kita” matanya tertuju pada pondok kecil yang hampir ambruk itu, tempat mereka tinggal.
Si anak ini lari dari hadapan ibunya sambil teriak, “tuhan seakan tidak adil sama kita bu” hingga dia berhenti di suatu tempat yang tidak pernah dia singgahi sebelumnya. Disitu dia melihat ada seorang anak yang tidak terpaut jauh dengan usianya, yang sedang berdiri di depan rumah orang kaya. Dari kejauhan terlihat anak itu mengambil batu kecil, yang kemudian di hentakkan ke arah pagar seakan memberi syarat kalau di luar sana ada orang yang hendak mau masuk ke dalam.
Tuan rumah pun keluar, sambil berkata “mau ngapain kau kesini, dasar anak tidak berguna. Jangan sekali-kali kau injakan kakimu di rumah ini lagi, pergi kau dari sini!” si anak menangis sabil berkata “Bu… bu… maafkan anakmu yang tak berguna ini. Ibu… berikan aku kesempatan untuk bisa menebus semua kesalahanku bu, bu, ibu…!” tak ada yang menghiraukan tanggis anak itu, akupun berjalan mendekatinya. “Ka.. kau kenapa?” Ditatapnya wajahku penuh dengan rasa haru, seakan menggambarkan bahwa masih ada yang mau peduli terhadapnya. Dipeluknya tubuh ini, hingga sulit buatku untuk bernafas.
“De, kakak sudah durhaka sama ibu kakak”.
“Kak, kak tenang dulu”
Akhirnya akupun lega untuk bernafas, setelah di lepas pelukannya.
“De, kau orang mana? Kau orang baru ya, disini?”
“aku dari kampung sebelah, ada apa dengan kakak? tadi itu ibu kakak, kenapa kakak tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam rumah” tanyaku penuh dengan penasaran.
“Dulu, kakak melanjutkan kuliah di salah satu universitas ternama di Gorontalo, kehidupan kakak yang serba ada membuat kakak seakan dimanjakan. hingga kakak berpikir bahwa semua apa yang kakak inginkan bisa kakak beli dengan uang, begitupun untuk mendapatkan nilai yang bagus kakak bisa membelinya kepada dosen yang bersangkutan. Namun semua itu keliru, hingga membuat kakak menjadi mahasiswa yang sampai sekarang ini belum juga di wisuda. Bukan itu saja, kehidupan kakak yang serba berkecukupan menjerumuskan kakak ke dunia hitam, kakak menjadi pemakai narkoba. Waktu itu di rumah lagi sepi tidak ada siapa-saipa, ibu dan ayah pergi ke luar kota untuk mengurus bisnisnya. Kakak pun mempergunakan kesempatan ini untuk mengajak teman-teman kakak untuk berpesta mir*s dan nark*ba, dan ternyata diam-diam polisi sudah mengetahuinya bahwa akan diadakan pesta mir*s dan nark*ba di rumah kakak. Sewaktu polisi mengrebek kamipun tidak tidak bisa berbuat apa-apa. Mendengar berita tersebut ayah kakak meninggal dunia karena serangan jantung setelah mendengar kejadian itu, ibu kakak tidak mau memaafkan kakak dan tidak mau menggap kakak sebagai anaknya lagi”
“Terus, kenapa kau bisa sampai ke sini De?” seeakan memutuskan percakapannya. “tadi aku kesal sama kedua orang tua ku, kehidupan kami yang miskin membuat aku berniat untuk lari dari rumah. Ayahku hanyalah seorang buruh pelabuhan sedang ibu sering sakit-sakitan, aku benci dengan kehidupanya kami, karena kami miskin hingga aku tidak bisa melanjutkkan sekolah. “jangan de, jangan! Urungkan niatmu untuk lari dari rumah.” Seakan membujukku. “kau beruntung masih ada kedua orang tua, sedangkan aku? Karena perbuatanku membuat ayahku meninggal, dan ibu tidak mau lagi menganggap aku sebagai anaknya, jangan de, jangan, urungkan niatmu untuk lari dari rumah” bujuknya sekali lagi. “kekayaan itu tidak menjamin hidup seseorang bahagia, kau harus menggambil hikmah di balik kehidupan kakak ini. Kakak dilahirkan dari keluarga kaya, namun itu tidak bisa membuat kakak menjadi orang yang berguna untuk kedua orang tua kakak. Kau harus tahu de, harta itu tidak bisa membeli segalanya. Seandainya saja kakak diperhadapkan dengan plihan kakak lebih memiliki dilahirkan dari keluarga miskin dari pada orang kaya, karena kenapa? Buat apa hidup serba berkecukupan kalau tidak berguna untuk diri sendiri, orang tua, keluarga, dan orang lain. Kau harus pulang de, harus! Kasian orang tuamu, pasti mereka mencemaskanmu.” Ku peluk tubuh kakak itu sambil berkata “terima kasih kak, atas nasehatnya”
Hari semakin gelap, akupun beranjak pulang menuju rumah. Tidak jauh dari rumah aku melihat kalau kedua orang tuaku mondar mandir di depan rumah dengan wajah yang sangat gelisah, mencemaskan aku yang waktu itu belum juga pulang. Sambil berlalri “Bu… Buu… ibuu… ayah…” sambil ku peluk kedua orang tuaku “Bu… yah.. maafkan aku pergi tanpa pamit, maaf bu, yah.. aku sudah membuat kalian cemas”. “kau dari mana nak, kami sangat mencemaskanmu” Tanya ibuku. “aku janji bu.. yah.. aku tidak akan lari lagi dari rumah, betul kata ibu kalau di luar sana ada yang lebih kurang beruntung dari kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH