Rabu, 23 Maret 2016

Di Seberang Padang Rumput Ilalang


Matahari sudah mencapai titik tertinggi nya ketika mobil keluarga Pak Wijaya memasuki halaman sebuah rumah berwarna putih kusam bergaya khas zaman kolonial. 
Manfaatkan Hobby .....Youtub-mu=Uangmu
Tiang-tiang rumah itu besar dan kokoh, rumah itu tidak bertingkat tapi memiliki luas dua kali luas rumah yang dihuni keluarga Pak Wijaya sebelumnya. Atap nya berbentuk kerucut dan terdiri dari susunan genting berwarna merah kehitaman. Di sisi sebelah kanan nya terdapat cerobong asap yang terbuat dari bata merah yang juga telah berwarna kehitaman. Rumah itu sangat rindang karena di sekeliling nya terdapat pepohonan yang berdaun lebat. Di beberapa tempat diantara rumput yang menyemak terlihat perdu mawar yang tengah mekar merekah. Rumah itu memiliki beranda yang cukup luas. Di sekeliling dinding rumah terdapat jendela berbentuk kotak-kotak. Banyaknya hampir mengambil separuh dari luas dinding itu sendiri. Pintu nya berbentuk serasi dengan jendela rumah itu.
30 juta sebulan?Bukan Mimpi,tapi nyata bila mau berusaha...Menarik Jutaan Rupiah
Pak Wijaya turun dari mobilnya dan tegak mengamati rumah itu. Menurut agen penjual, rumah itu sudah tidak di huni lagi sejak tiga tahun yang lalu. Pemilik sebelumnya telah pindah keluar negeri, oleh karena tidak ada sanak saudara yang akan menghuni nya, akhirnya rumah itu pun di lelang dengan harga murah. Pak Wijaya merasa beruntung bisa mendapatkan rumah itu, mengingat kondisi keuangan mereka yang sedang kritis. Bisnis yang digelutinya sewaktu tinggal di kota besar bangkrut setelah ia dikhianati oleh orang-orang kepercayaannya. Oleh sebab itu Pak Wijaya harus memulai usahanya dari awal kembali. Dan, di kota inilah Pak Wijaya merasa cocok untuk memulai membuka usaha yang baru.
“lumayan ya ma..” ujar pak Wijaya kepada istri nya yang baru turun dari mobil.
“iya, pa… lebih besar dari rumah kita yang lama” timpal istri nya sambil tersenyum.
“Ruri, ayo turun!” perintah Bu Hana ketika disadari nya putri satu-satunya itu belum keluar dari mobil. Ruri terlihat menggumamkan sesuatu sebelum akhirnya keluar dari mobil.
“Ma, kenapa sih kita harus pindah ke sini? Di sini kan sepi, kampung lagi!” Ruri mengomel.
“Ruri, Mama kan sudah pernah membahas ini sebelum nya, sudah jangan banyak tanya…!” kali ini Bu Hana tidak ingin dibantah. Ruri terdiam, memendam gerutu yang ingin melompat keluar dari mulutnya.
“ayo masuk.” ajak pak Wijaya kepada istri dan anak nya.
Mereka memasuki rumah itu. Udara di dalam rumah terasa lembab dan pengap. Bu Hana membuka pintu dan beberapa jendela agar udara segar masuk. Di dalam rumah itu sudah terdapat....
selengkapnya ...Di SINI...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH