Jumat, 11 Maret 2016

SANG PENANGKAP KODOK IJO

PENAWAR KOLESTEROL JAHAT


Langit malam cerah, agak berbeda dengan musim yang sedang berkarya, Penghujan. Agak aneh memang, setelah berhari-hari hujan,malam ini  cerah, meski dingin masih menusuk tulang. Kembali seperti aktifitas harianku, malam selalu bepergian. Dan malam itu,aku pulang sekitar jam 9, melewati jalanan sepi perkampungan sekitar tempat tinggal kami.

Tepat di tempat pengalamanku berjumpa dengan dua hewan bertarung demi hidup,aku berpapasan dengan sesosok laki-laki tegap. Aku kenal dia, karena bertetanggaan dusun, namanya Pak Tugiman. Salah satu pekerjaan Pak Tugiman adalah menangkapi KODOK IJO (Katak Hijau). Dan pekerjaan itu selalu dilakukannya pada malam hari. Sejenak bercakap, menyingkir ke palang jembatan kecil. 

Kemudian kami saling menyalakan rokok demi teman percakapan dan demi mengusir nyamuk yang terkadang usil mengganggu kami. 
Pak Tugiman berkisah tentang pekerjaannya, bahwa itu bukan pekerjaan pokoknya. Mencari dan menangkapi Kodok Ijo adalah pekerjaan sampingan, meski terkadang menjadi pokok sumber kehidupan. 

“Di KTP saya masih petani lho pak”, Demikian Pak Tugiman menjawab sambil menghisap kreteknya.
Banyak pengalaman, tantangan, cobaan dan rintangan selama menjadi penangkap Kodok Ijo. Dari ular berbisa,jalanan licin, hujan,keanehan-keanehan alam. Semua pernah Pak Tugiman alami. Namun semua itu tidak menyurutkan tekadnya untuk bekerja. Bagi Pak Tugiman, menangkapi Kodok Ijo bukan sekedar mencari uang dari penjualan Kodok Ijo tangkapannya. Pak Tugiman hanya menangkapi yang sudah dewasa, yang kecil ia biarkan bebas.
Pernah mendapatkan hasil banyak, namun sering juga gagal total sepanjang malam. Semua diterima pak Tugiman dengan senang, dengan tersenyum. 

Terkadang malam cerah, namun sering pula mendung dan hujan, semua memiliki keindahannya sendiri-sendiri.
“Saya jadi paham bahasa alam pak dengan pekerjaan ini. Saya juga paham isyarat Kodok dengan pekerjaan saya ini. Jika perasaan saya mengatakan jangan ambil, dan juga saya melihat Kodok Ijo yang nampak sedih, saya tidak jadi menangkapnya. Jadi saya tidak asal tangkap”, demikian Pak Tugiman mengakhiri percakapan kami. Rokok satu batang kami masing-masing sudah habis. Kami berpisah, aku pulang dan pak Tugiman melanjutkan menembus malam menangkapi Kodok Ijo.

MUSUH JERAWAT



Hidup itu perjuangan dan perjuangan itu selalu penuh tantangan. Dari Pak Tugiman, sang Penangkap Kodok Ijo saya belajar tentang kesetiaan, ketekunan,kepekaan akan bahasa sesama ciptaan. Selamat berkarya pak...



dalijondoleng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH