Selasa, 22 Maret 2016

Semangat Tak Terbatas

Jatuh 7 Kali

“Kriing… kriingg!!”
Duh… suara apa sih itu? Mengganggu saja! Tidak tau apa kalau aku sedang tidur?!
“Krriinngg… krriinngg… kkrriinnggg!!!”
Suara itu semakin lama semakin kencang. Akhirnya aku coba membuka mata. Ternyata asal suara itu dari jam bekerku. Pantas saja berbunyi. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Sudah saatnya aku siap-siap berangkat sekolah!
Dengan semangat 45, aku pun bersiap-siap turun dari tempat tidurku. Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar kamar dan membuatku kaget.
“Kak Nina, cepet bangun! Sudah jam 5 pagi nih!” teriaknya.
Ternyata suara teriakan yang menganggu itu, adalah suara adikku si Mona. Anak itu sering sekali berteriak menyuruhku bangun. Sebenarnya, aku tidak suka dibangunkan dengan cara seperti itu. Lagipula tidak perlu di beri tau pun, aku juga sudah tau kalau ini sudah pagi! Menyebalkan sekali! Membuat suasana pagi yang tenang ini menjadi panas aja!
Dengan kesal, aku pun kembali berteriak menjawab teriakkannya tadi.
“Iya, udah tau! Enggak perlu teriak, juga bisa kalee!” teriakku dari dalam kamar.
Tiba-tiba ketika aku bangun dari tempat tidur, mendadak tangan dan kakiku kram. Apalagi dengan posisi tidurku yang salah yaitu badanku berada di ujung tempat tidur dan menghadap ke lantai. Membuat seluruh tubuhku menjadi pegal dan nyeri. Akhirnya…
“GGUUBRAKK!!”
BOOM TOKO ONLINE, JANGAN KETINGGALAN, KLIK LINK DI BAWAH INI
Aduh… rasanya sakit sekali. Sepertinya betis kiriku terkilir karena terjatuh tadi! Huh… menyebalkan sekali pagi ini! Sudah dikejutkan oleh teriakan Mona dan sekarang malah terjatuh dari tempat tidur! Ehh… kenapa tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak ya? Seperti ada sesuatu yang akan terjadi! Aneh sekali!
Tiba-tiba aku mendegar suara orang tertawa dari luar kamar. Begitu kuintip dari lubang kunci, ternyata si Mona yang tertawa. Anak itu memang menyebalkan!
Akhirnya dengan waktu kurang dari 10 menit, aku selesai memakai seragam. Setelah itu, aku pun keluar dari kamar untuk sarapan. Dengan jalan yang tertatih-tatih, aku duduk di meja makan. Kulihat, ibu melihatku dengan heran,
“Kakimu kenapa, Nina? Kok jalanmu seperti itu?” tanya Ibu.
“Habis keserempet semut kali, bu!” sambung Mona sambil nyengir.
Karena sebal, aku pun menginjak kakinya. Sepertinya dia merasakannya.
“Duhh… sakit tau!” sahut Mona dengan kesal.
“Bodo. Memangnya siapa yang mulai duluan?!” tanyaku dengan ketus.
“Hei, sudah… sudah. Jangan bertengkar terus. Cepat di makan sarapannya dan Nina, kenapa itu kakimu?” tanya Ayah dengan tegas.
“Habis jatuh dari tempat tidur tadi.” Jawabku.
“Lho, kok bisa?” tanya Ibu lagi.
“Ya bisa lah, bu. Kayak gak tau Kak Nina aja. Kan Kak Nina itu gak pernah bener tidurnya. Ya udah wajar kalo jatuh dari tempat tidur!” ledek Mona lagi sambil nyegir.
Ingin sekali aku pukul kepalanya. Tapi, kasihan juga! Aku kan masih punya hati. Akhirnya aku diam saja.
“Heh, gak boleh begitu dengan kakakmu!” kata Ayah pada Mona.
“Iya iya.” Jawab Mona sambil menunduk malu.
“Ya sudah, aku berangkat duluan ya! Sudah hampir jam setengah tujuh nih!” kataku sambil melihat jam tanganku.
“Dan jangan lupa, nanti jangan ceroboh ya kak! Have a nice day!” sambung Mona lagi sambil nyengir.
Aku pun kembali kesal. Akhirnya dengan muka merah dan telinga berasap, aku kembali menoleh dan menatapnya dengan tatapan, “Awas kau nanti!”
Hah… akhirnya aku berangkat juga. Gara-gara anak itu berulah, aku jadi hampir terlambat. Di tambah lagi tadi pagi aku jatuh dari tempat tidur. Mendadak perasaanku menjadi tidak enak lagi. Ada apa ya? Apakah ini suatu pertanda buruk?
Anyway, aku pun sampai di sekolah. Untung saja belum terlambat. Ternyata terkilir itu tidak enak ya?! Kakiku menjadi semakin sakit jika di bawa jalan. Tetapi, aku paksa saja. Daripada nanti terlambat masuk kelas, bisa berabe urusannya!
Tiba-tiba ketika aku berjalan melewati gerbang sekolah, ada sebuah batu kerikil kecil tepat berada di depan kakiku. Dan…
“Brrukk!!”
Semua anak-anak yang berpapasan denganku pun langsung tertawa. Bagaimana tidak, aku terjatuh dengan badan telungkup dan menyentuh tanah. Shela pun melihatku dan langsung membantuku berdiri.
“Nin, lo enggak apa-apa?” tanyanya.
“Enggak apa-apa apanya?! Orang jatuh begini!” jawabku dengan kesal.
“Ya makanya, jalan tuh hati-hati. Mata jangan di taro di dengkul! Jadi begitu kan?” ledeknya sambil nyengir.
Hah! Shela sama saja dengan adikku, suka sekali menertawakan orang yang di timpa musibah! Menyebalkan sekali!
“Ah, ya sudah lah. Kita langsung masuk kelas saja. Karena sebentar lagi bel masuk berbunyi!” kataku.
Tak berapa lama, bel masuk pun akhirnya berbunyi. Semua anak-anak masuk ke kelasnya masing-masing. Termasuk aku dan Shela. Ia membantuku berjalan masuk kelas. Hah, hari ini menyebalkan sekali!
Pelajaran pertama pun dimulai. Sensei Meiko sudah masuk ke kelas. Beliau adalah guru bahasa Jepang kami. Cocok sekali jika dia mengajar bahasa Jepang, karena gurunya pun asli orang Jepang yang bekerja di Jakarta. Kalau difikir-fikir, Sensei Meiko itu aneh sekali. Kenapa dia bekerja di Indonesia? Memangnya di Jepang tidak ada pekerjaan lagi sampai-sampai harus bekerja di Indonesia? Hah… terserah lah! Yang penting aku bisa belajar bahasa Jepang! Walau cuma sedikit!
“Ohayou Gozaimasu, minna san!” sapa Sensei Meiko.
“Ohayou Gozaimasu, Sensei!” jawab anak-anak serempak.
“Hai. Hari ini kita akan belajar memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang. Karena minggu lalu sensei sudah mencatatnya di papan tulis, sekarang kalian akan sensei panggil satu per satu dan membacakannya di depan kelas. Wakarimashita, minna san?” tanya Sensei Meiko.
“Hai, I desu.” Jawab anak-anak.
Akhirnya semua murid pun di panggil satu per satu. Beberapa anak sudah di panggil dan berhasil membacakannya dengan sukses. Tak berapa lama kemudian, aku pun di panggil juga. Diluar aku terlihat santai, padahal di dalam hati aku merasa gelisah. Takut kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, pasti ujung-ujungnya akan ditertawakan seperti tadi aku jatuh di gerbang sekolah.
“Nina, silahkan maju ke depan dan perkenalkan dirimu!” seru Sensei Meiko.
Aku pun maju ke depan dan memulai perkenalan.
“Hajimemashite. Watashi wa Nina Anggraini desu. Jakarta ni sundeimasu. Ima ju roku sai desu. Arigatou Gozaimasu!” ucapku sambil membungkukan badanku sebagai tanda ucapan terima kasih dan kembali ke tempat dudukku semula.
Tiba-tiba hal yang tak terduga datang menimpaku. Ketika aku hendak duduk di kursiku, ada seseorang yang tidak sengaja menendang kakiku dari belakang. Otomatis, aku terjatuh.
“Gubbrrakk!!!”
Semua mata tertuju padaku. Terdengar suara tawa yang menggemparkan membuatku malu setengah mati. Kalau dihitung-hitung, sudah 3 kali aku terjatuh. Hah… siapa sih orang yang menendang kakiku? Menyebalkan sekali! Membuatku semakin kesal saja! Sebelum aku hendak berdiri lagi, suara bel istirahat membuatku kaget.
“Tiinngg… tonnggg!!”
Semua anak-anak berhamburan keluar kelas. Sedangkan aku dan Shela pergi ke kantin. Sedari tadi Shela melihatku dan terus tertawa. Tidak tau apa kalau aku sedang kesal! Benar-benar menyebalkan!
“Ha… ha… ha, kasian banget lo Nin. Dari tadi udah jatoh 2 kali!” serunya sambil tertawa.
“Bukan 2 kali, tapi 3 kali!” kataku membenarkan.
“Hah? 3 kali! Serius lo?! Ya ampun, parah banget!” serunya lagi sambil tertawa.
“Bukannya sedih liat temen lo kena musibah, malah ketawa mulu! Enggak lucu tau!” kataku dengan ketus.
“Gue ketawa apa adanya Nin. Siapa juga yang gak ketawa liat lo jatoh kayak tadi!” ucapnya.
Ih… sumpah deh! Nyebelin banget si Shela!!
Kejadian tak terduga datang lagi menimpaku. Kali ini, ketika aku mengambil soto yang ku pesan di kantin, secara tidak sengaja aku menabrak seorang cowok. Cowok itu terlihat kesal, karena dia pun juga sedang kerepotan membawa makanan. Aku pun kehilangan keseimbangan. Akhirnya soto yang aku pegang itu jatuh dan membasahi bajuku.
“Bbbruukk… Bbyyurr!!”
Karena bajuku basah dan kotor, akhirnya aku bersihkan bajuku yang terkena kuah soto tadi di kamar mandi. Cowok yang kutabrak tadi malah cuek dan langsung pergi meninggalkanku begitu saja. Hari ini benar-benar sial! Dan lagi-lagi Shela menertawaiku! Membuatku semakin kesal saja! Kalau misalnya aku punya penyakit darah tinggi, pasti sekarang penyakitku sudah kambuh! Dan kalau emosiku tidak terkontrol, aku pasti sudah terserang stroke mendadak! Hah… menyebalkan sekali!
“Ha..ha..ha, baru 4 kali aja!” ucapnya sambil tertawa lagi.
Kali ini aku diam saja. Hari ini benar-benar sial! Aku sudah terjatuh 4 kali berturut-turut! Apakah ini jawaban dari tidak enaknya perasaanku tadi pagi? Dan kalau itu benar, apakah ini hari kesialanku?! Sehingga aku jatuh berturut-turut?!
Karena aku terus melamun, Shela pun menepuk bahuku dan membuatku kaget.
“Hei, lo gak apa-apa Nin? Lo marah ya sama gue?” tanyanya.
“Enggak kok. Gue gak marah.” Jawabku.
“Bener? Soalnya gue khawatir aja sama lo. Soalnya dari tadi lo jatuh terus!” kata Shela.
“Iya, beneran. Gue gak apa-apa. Cuma kesel aja. Gue berfikir, apa mungkin hari ini adalah hari kesialan gue ya?” tanyaku.
“Gimana ya? Gue enggak tau juga. Tapi mungkin ini berkaitan dengan tanggal hari ini!” katanya.
“Tanggal hari ini? Maksud lo apaan?” tanyaku lagi bingung.
“Masa lo gak tau sih, Nin!? Hari ini kan tanggal 13! Banyak orang yang nyebutin tanggal itu sebagai tanggal sial. Mungkin ini maksud dari kesialan lo hari ini!” kata Shela.
Aku pun kembali terdiam. Dalam hati aku terus bertanya-tanya. Apa benar tanggal itu adalah tanggal sial? Selama ini, aku sama sekali tidak peduli dengan yang namanya mitos, khayalan, apalagi ramalan. Tapi kalau hari ini benar-benar hari sialku, kenapa harus aku yang mengalaminya? Apakah itu tandanya Tuhan benci padaku?
“Hah… sudahlah, tidak perlu difikirkan. Lagipula itu hanya sebuah mitos, belum tentu benar. Lebih baik sekarang kita ke kelas. Waktu istirahat sebentar lagi habis!” kata Shela yang menyadarkan lamunanku.
“Oke. Baju gue juga udah lumayan bersih sekarang!” ucapku.
Akhirnya aku dan Shela pun masuk ke kelas. Tepat di saat itu, bel masuk pun berbunyi lagi. Seluruh anak-anak yang berada di luar pun ikut masuk menuju kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Lagi-lagi musibah datang menimpaku. Ketika aku masuk kelas, ada sebuah plastik bekas minuman di buang sembarangan di situ. Aku tidak menyadarinya, karena di saat itu aku sedang terburu-buru. Well, aku pun terpeleset.
“Geddebbuukk!!!”
Dan lagi-lagi semua anak-anak tertawa melihatku. Di tambah lagi dengan kakiku yang terkilir tadi, membuatku semakin susah untuk berjalan. Shela pun melihatnya dan membantuku berjalan masuk kelas. Sungguh hari yang hebat!
Akhirnya 2 jam pun berlalu. Bel pulang pun kembali berbunyi. Semua anak-anak berhamburan keluar kelas dengan ribut dan berdesak-desakan. Aku menjadi terhimpit dengan mereka. Kalau begini caranya, bagaimana caranya aku keluar dengan bebas? Dan lagi-lagi aku menabrak salah seorang yang berada tepat di depanku. Akhirnya…
“Bruukkk!!!”
Aku dan dia pun terjatuh bersamaan. Kami pun di tertawakan oleh banyak orang termasuk guru-guru yang lewat di depan kami pun ikutan tertawa. Aku malu berat!
“Lo lagi… lo lagi! Heran deh, dari tadi jalan gak pernah bener!” teriaknya sambil marah-marah.
Waktu kulihat wajahnya, OMG! Dia kan cowok cuek yang tadi kutabrak di kantin! Kenapa aku harus nabrak dia lagi?! Gak ada yang lain apa? Ngeselin banget sihh!!
“Iya gue minta maaf. Gue gak sengaja nabrak lo!” kataku.
“Untung aja lo itu cewek. Kalo lo cowok, udah gue abisin dari tadi. Ya udah, gue maafin. Tapi, lain kali hati-hati!” bentaknya sambil melangkah pergi.
Ih… apa-apaan dia! Bukan bantuin aku berdiri, malah pergi lagi. Gak berperikemanusiaan banget! Iya, memang aku udah dua kali nabrak dia! Tapi seenggaknya bantuin kek! Dasar cowok cuek yang nyebelin! I really hate today!!
“Nin, lo gak apa-apa kan?” tanya Shela yang tampak khawatir.
“Iya, gue gak apa-apa kok Shel.” Kataku.
“Itu cowok dari tadi parah banget! Bukannya bantuin lo berdiri, ehh… malah pergi begitu aja!” katanya yang kesal sambil berusaha membantuku berdiri lagi.
“Udah gak apa-apa. Gue udah baikkan sekarang. Sori ya Shel, gue pulang duluan. Gue mau cepet-cepet pulang ke rumah!” kataku.
“Tapi lo bisa jalannya?” tanyanya yang tampak khawatir.
“Iya, gue bisa. Kalau gitu, gue duluan ya!” ucapku sambil melangkah pergi.
Akhirnya aku pun pulang. Di perjalanan aku terus melamun sambil memikirkan kejadian yang menimpaku hari ini. Bayangkan saja, dari tadi pagi sampai pulang sekolah aku terjatuh 6 kali berturut-turut. Baru kali ini dalam sepanjang kesialan yang pernah aku alami, hari inilah yang terparah! Benar-benar hari sial! Mungkin benar apa yang dikatakan Shela tadi kalau hari inilah hari kesialan terbesarku. Kenapa harus aku yang mengalami kejadian seperti ini? Padahal aku tidak melakukan suatu kesalahan apa pun! It’s a very peeve so much! ~_~
Karena aku terus melamun, aku jadi tidak melihat sekeliling. Tiba-tiba aku mendengar suara motor yang sedang melaju kencang di belakang. Motor itu tiba-tiba berhenti dan hampir menyerempet kakiku. Tapi, aku terkena kaca motornya yang menabrak bahuku.
“Ddduuakk! Geedebbukkk!!”
Aku pun terlempar ke samping jalan. Untung saja semua badanku tidak ada yang patah. Cumannya bahuku yang sakit ketabrak motor tersebut. Gimana sih, tuh orang mengendarai motornya!? Dasar bodoh! Gak tau apa kalau aku sedang kesal!
Motor yang menabrakku pun langsung berhenti. Orang yang mengendarai motor itu pun membuka helmnya. Awas saja, kalau dia gak ganti rugi! Akan kulaporkan dia pada pak polisi!
Setelah dia membuka hemnya, betapa terkejutnya aku! Ternyata yang mengendarai motor itu adalah cowok cuek yang nyebelin tadi! Kenapa dia lagi sihh?! Hari ini benar-benar menyebalkan!
“Hah… ternyata lo lagi! Bosen banget gue dari tadi ketemu lo terus! Eh.. jalan tuh liat-liat! Jangan jalan di tengah jalan! Mau cari mati ya?!” bentaknya lagi sambil mematikan motornya.
“Eh, siapa juga yang mau mati! Tau gak, motor lo itu udah nabrak bahu gue! Sakit nih! Untung aja badan gue yang lain gak ada yang patah!” bentakku dengan kesal.
Cowok nyebelin itu pun menghampiriku yang terjatuh. Tampang mukanya seperti sangat kesal. Padahal kan, aku yang seharusnya kesal. Tapi entah kenapa, setelah melihat wajahnya yang kesal itu, mendadak persaanku menjadi aneh. Rasanya aku jadi ingin tertawa melihat wajahnya yang marah. Aku tidak tau kenapa, hanya saja terlihat lucu. Aku jadi tidak kesal padanya. Aku merasa, jantungku mulai berdenyut dengan cepat. Bukan karena aku sakit jantung, tapi perasaan ketika sedang jatuh cinta.
“Ya udah kalo lo gak kuat jalan. Mau gue anter sampe rumah gak? Yah… sekalian nebus kesalahan gue yang tadi udah nabrak lo. Lagipula, jalannya searah kan? Gimana, keburu gue lagi berbaik hati nih!?” katanya dengan sombong.
Ih… menyebalkan sekali dia! Tapi, aku juga tidak bisa apa-apa. Akhirnya aku pun di antar olehnya sampai di rumah. Kaki dan bahuku semuanya sakit, gara-gara terjatuh tadi. Aku pun juga sudah menghitung berapa kali aku terjatuh. Mau tau berapa? Ya benar, sudah 7 kali berturut-turut! Di tambah lagi tadi aku keserempet motornya si cowok cuek yang nyebelin itu. Aku sama sekali tidak tau namanya siapa, tapi gak apa-apa lah. Masih untung dia udah nganterin aku sampai di rumah. Tapi tetap saja, kekesalanku belum juga hilang! Bener deh, hari ini super… double… triple… MENYEBALKAN!!
Setelah sampai di rumah aku langsung masuk ke kamarku. Hatiku benar-benar kesal di campur senang karena tadi diboncengi si cowok cuek yang nyebelin tadi. Hah… aku menyesal tadi tidak sempat tanya namanya siapa! Gara-gara dia perasaanku menjadi aneh dan sulit dijelaskan.
Hari ini adalah hari yang sangat sial bagiku. Belum pernah seumur hidupku, aku mengalami kesialan separah ini! Sebenarnya, apa sih salahku? Tiba-tiba Ibu masuk ke kamarku dan membawa segelas teh hangat untukku. Sepertinya, ibu tau kalau aku sedang kesal hari ini.
“Kamu kenapa, Nina? Pulang-pulang kok wajahmu langsung kesal? Memangnya apa yang terjadi di sekolah tadi?” tanya ibu dengan lembut.
“Hah, percuma kalau aku menceritakannya pada ibu. Pasti ibu juga tidak akan percaya dan menertawaiku!” jawabku dengan cuek.
“Lebih baik kamu menceritakannya pada Ibu. Supaya hatimu tenang, coba kamu ceritakan sambil meminum teh hangat ini!” kata Ibu dengan sabar memberikan teh itu padaku.
Akhirnya aku pun menceritakan semua kejadian yang kualami tadi pada Ibu. Setelah kuceritakan semuanya, Ibu pun tersenyum padaku. Aku tidak mengerti apa maksud dari senyumnya itu.
“Kau tau tidak? Kalau sekarang ini kamu baru saja diberi cobaan yang ringan!” kata Ibu.
“Cobaan? Apa maksud Ibu? Aku sama sekali tidak mengerti!” jawabku dengan bingung.
“Nina, kau itu telah diuji kesabaranmu oleh-Nya untuk melihat apakah kau bisa menghadapinya atau tidak.” Kata ibu lagi dengan sabar.
Jujur, aku sama sekali tidak mengerti apa maksud ibu. Seperti teka teki silang saja yang harus diisi dengan memutar otak. Otakku sekarang sedang buntu, tidak bisa berfikir.
“Sebenarnya apa maksud ibu?” tanyaku dengan nada agak tinggi.
“Seperti yang tadi ibu katakan tadi padamu, kalau kau telah diuji kesabaranmu oleh Tuhan dengan memberikan semua cobaan yang kau alami tadi kepadamu!” jawab ibu lagi dengan sabar.
“Tapi, kenapa harus aku yang mengalami semua ini? Aku salah apa sih, bu? Apakah itu tandanya Tuhan membenciku?” tanyaku dengan pasrah.
Lagi-lagi ibu hanya tersenyum. Seolah-olah pertanyaanku itu adalah sebuah lelucon. Padahal saat ini aku sama sekali tidak bercanda.
“Tidak. Tuhan sama sekali tidak membencimu, melainkan sangat sanyang padamu!” kata ibu lagi sambil tersenyum.
“Tapi, kalau Tuhan sayang padaku, kenapa dia memberikan semua kesialan itu padaku?” tanyaku lagi yang masih tidak mengerti.
“Kau tau Nina, banyak orang di dunia ini juga mengalami hal yang sama sepertimu. Bahkan ada yang lebih parah. Semua itu Dia lakukan semata-mata untuk menguji hambanya untuk berbuat sabar dan tawakal. Bukan sebaliknya. Dari pengalaman ini, kau harus mengambil satu hikmah. Kau harus bisa berubah agar bisa menjadi lebih baik nanti!” kata Ibu menjelaskan dengan sabar sekali.
Aku pun terdiam dan mulai memikirkan semua yang dikatakan ibu padaku. Jadi… semua ini… semua kejadian yang ku alami ini adalah ujian dari Tuhan padaku untuk menguji kesabaranku, apakah aku bisa menghadapinya atau tidak. Dan ternyata, aku tidak bisa! Selama ini aku selalu marah dan terus menyalahkan keadaan. Padahal itu semua telah di atur oleh-Nya.
Dari dalam hati, aku bersyukur. Aku telah diberi ujian ini dari oleh-Nya. Bukan karena Tuhan benci padaku, melainkan karena sayang padaku. Aku tau itu bukan hanya dari ibu, tetapi aku pun juga merasakannya.
Oke, sekarang aku coba belajar bersabar dan selalu Positif Thinking pada apa pun yang akan terjadi nanti. Ini bisa menjadi bekal buatku untuk menjalani kehidupan yang nanti akan ku tempuh. Ya… kali aja, aku berhasil mengahadapi ujian lain yang diberi oleh-Nya!
Perasaanku sekarang jauh lebih tenang. Rasa sakitku pun jauh lebih baik (ya sebenarnya masih sakit dikit). Ternyata rasa sakit akibat luka jatuh itu bisa hilang jika kita bisa berbagi penderitaan kita pada Ibu atau siapa pun itu yang membuat kita merasa baik jika berada didekatnya. Untung saja dari 7 jatuh kali itu, terdapat hikmah yang sangat berharga untuk merubah sikapku ke depan.
Keesokan harinya, aku bangun dengan penuh semangat. Tidak ada lagi perasaan kesal dalam hatiku. Kini aku akan selalu bersabar dan yang penting positif thinking!?
Aku pun masuk ke meja mekan. Tiba-tiba aku melihat tangan kiri Mona diperban menggunakan kapas dan kain kasa. Sepertinya itu luka karena terjatuh.
“Tanganmu kenapa, de?” tanyaku.
“Gak tau!” jawab Mona ketus.
“Kemarin dia terpeleset saat ujian praktek membuat pisang cokelat di sekolah. Kulit pisangnya sengaja di buang sembarangan. Gara-gara tidak hati-hati, yah… jadi begitu akhirnya!” sambung Ibu.
Ternyata di dunia ini masih adil ya! Dan sekarang kena batunya dia! Hahahaha, aku puas sekali! :P
“Nah, sekarang siapa yang ceroboh?” tanyaku dengan senyum penuh kemenangan.
Sedangkan Mona hanya diam dan menahan rasa sakit di tangannya akibat kecerobohannya.
The End
nomor1.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH