Kamis, 20 April 2017

Surat Terbuka Untuk Pak Basuki Tjahya Purnama



Salam Sejahtera Pak Basuki..
Kiranya Damai Sejahtera dan Kasih sang Khaliq selallu menyertai bapak dan keluarga serta seluruh keluarga besar Ahok Djarot di manapun berada

Menabung Dan Mendapat Gaji..KLIK INI Kemudian Kontak via WA  081328273206

Pak Basuki, ijinkan saya memanggil dengan nama ini, karena nama ini  sangat bermakna bagi saya yang terlahir dalam bungkus budaya Jawa. Jujur Pak, saya tidak tahu arti nama panggilan bapak, yaitu Ahok. Mungkin jika nanti bapak membaca surat terbuka saya ini, kemudian  bapak berkenan menjelaskan ke saya makna “Ahok” itu, biar saya paham. Kalau Basuki saya sudah ngerti Pak, itu maknanya kebahagiaan, kesejahteraan kenyamanan dan lain sebagainya . Di bahasa kami ada istilah “Jer Basuki Mawa Bea”, bahwa kebahagiaan atau kesejahteraan itu memerlukan biaya atau harga yang mesti dibayar.

Pak Basuki, selamat ya sudah menyelesaikan sebuah periode hidup yang sangat terjal dan berliku, yang penuh onak duri rintangan dan tantangan. Dan di atas semuanya, bapak lolos dan berhasil melewati rintangan itu. Bapak sudah mengalami “Paskah” yang sesungguhnya,  karena paskah sesungguh berarti "yang dilalui atau telah melewati", bukankah pilkada di sekitar paskah yang merupakan ritual relegius agama yang bapak Imani dan jalani? 

Sekali lagi, selamat ya pak…Bapak sudah sukses besar, itu menurut saya. Lho, kalah kok sukses bagaimana nalarnya? Karena ketika suara pemilih bapak kalah dari suara rival bapak maka saya simpulkan bapak tidak terpilih, dan saat menghadapi yang demikian bapak tidak menyalahkan masyarakat, tidak menuduh ada kecurangan, ada manipulasi,ada kongkalingkong, ada persepakatan  dan semua yang tidak baik untuk mengalahkan bapak dan pakde Djarot. Itu sungguh keajaiban di negeri ini.

Di  TEMPAT INI anda akan sehat dan juga kaya..

Saya sungguh tidak bisa membayangkan jika suara bapak lebih besar, maka sebelah akan menuduh kongkalingkong, manipulasi dan kemudian akan menuntut ke Mahkamah Konstitusi. Namun bapak dan keluarga besar Ahok-Djarot tidak melakukan yang demikian, ini sungguh “kuliah politik” yang ajaib lho pak di negeri kita saat ini. Sekali lagi sungguh ajaib lho pak.. 

Benar bahwa bapak gagal meraih suara terbanyak, namun saya tidak menyebutnya sebagai sebuah kegagalan. Bapak malah justru yang berhasil meraih kemenangan atau pemenang yang sesungguhnya. Bapak berhasil menaklukan semua dorongan diri untuk bertindak membalas semua fitnahan,tuduhan,makian, umpatan serta ancaman yang selama ini menyerang bapak. Selain mengalahkan hasrat dendam diri, bapak juga sanggup menahan gejolak kekecewaan keluarga besar bapak untuk menahan diri dan ihklas. 

Bahkan bapak dengan iklas, dengan legawa malah mendorong pemilih bapak untuk segera berbenah menata hidup selajutnya atau istilah populernya moveon.
Bapak dengan senyum yang tulus memberikan ucapan selamat kepada rival politik bapak, Pak Anies dan Mas Sandi. Saya melihat, bapak menempatkan mereka rival hanya di ruang politik namun di lingkup kemanusiaan, semua (termasuk Pak Anies dan Mas Sandi) adalah saudara bapak.

Pak Basuki, terima kasih untuk keteladanan yang sudah bapak berikan. Bapak mengajari kami apa itu nasionalisme sejati, dengan cara mengabdi tanpa pamrih untuk masyarakat. Bapak mengajari kami mengalahkan diri dari dorongan membalas dendam dengan cara bertindak positif. Bapak mengajari kami taat terhadap hukum dan menyerahkan semua kebijakan hukum dengan iklas dan jujur. Bapak mengajari serta meneladani kami apa itu keterbukaan, apa itu perhatian dan apa itu ketegasan. Bpak tegas dan cenderung keras untuk ketidakbenaran namun bapak lembut untuk kelemahan  dan keterbatasan. Bapak iklas merangkul semua tanpa memandang suku,ras dan agama demi cita rasa kemanusiawian.

Pak Basuki, dengan tidak terpilihnya bapak melanjutkan tugas sebagai gubernur Jakarta, pastilah ada kehendak Tuhan yang sedang tertenun untuk bapak. Saya yakin bapak melakukan refleksi teologis dengan bertanya pada Tuhan, “Tuhan apa kehendakMu dengan semua yang Kau ijinkan terjadi ini?” Karena dengan cara berefleksi ini, bapak pasrah seutuhnya kepada kehendak Tuhan. Dengan tidak terpilih berarti bapak memiliki waktu lebih longgar untuk  keluarga bapak. Mereka selama ini mengorbankan waktu dan harapan mereka kepada masyarakat Jakarta, namun kurang dimengerti oleh semua.

Pak Basuki,waktu juga yang akan memberi penilaian akan seperti apa Jakarta esok hari. Akan semakin baikkah atau malah kembali ke Jakarta tempo dulu? Saya yakin bapak mencintai Jakarta di atas semua ambisi pribadi dan dengan demikian bapak akan dengan ihklas dan tulus membantu Gubernur dan wakilnya  yang baru (jika dibutuhkan) untuk melanjutkan pembangunan Jakarta agar lebih berartabat. Di surat saya sebelumnya, saya menulis surat ke mas Sandi dan pak Anies, meskipun saya kurang yakin dibaca mereka. Untuk pakde Djarot, lain waktu saya juga akan bersurat.

Akhirnya, kami sekarang akan mengawal bapak dan pakde Djarot menghabiskan masa bakti untuk Jakarta enam bulan ke depan. Inipun kesempatan menunjukkan profesioanalitas serta loyalitas bapak dan saya yakin bapak sangat mumpuni dalam hal ini. Juga masih perlu diingat pak, mereka yang selama ini terus menyerbu bapak dengan amunisi kebencian pasti masih akan menyerang bapak, meski kuantitas dan kualitas serangan mereka sudah berkurang. Di luaran sana banyak yang berharap bapak akan segera menduduki posisi pelayan public yang lain, namun biarlah semua Tuhan turut campur.

 Titip salam buat ibu ya pak, juga buat anak-anak..serta semua relawan yang sudah dengan setia mendukung bapak dengan sangat dewasa dan bermartabat.

Berkat Dari Tuhan Sang Pencipta Semesta Menaungi Kita Semua

                                                                dari yang mengagumimu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH