Minggu, 23 April 2017

Ada Keindahan dibalik Kehilangan



Siang cerah nan indah yang begitu menyenangkan. Dalijo bersantai setelah beraktifitas ketika tiba-tiba Kartolo datang dengan wajah murung. Dalijo agak kaget meskipun tidak segera bereaksi dengan kedatangan Kartolo. Sementara Sareh yang senantiasa menemaninya Dalijo masih asyik merebus air untuk kopi pagi mereka.

“Dal, manukku ilang, padahal aku membelinya mahal”, Kartolo membuka percakapan pagi, sedangkan Dalijo masih asyik dengan obeng sembari menyetel baut radio jadulnya, tiba-tiba tersentak.

“Weladalah Kar…lha yang nyolong manukmu sapa? Berarti kamu berdarah banyak ya?” Jawab Dalijo agak serius meskipun nampak menyembunyikan gurauan.
“Ini manuk burung Dal, kmau jangan bercanda. Itu lho burung perkutut yang selalu menjadi  kesenangan  swargi simbah dan aku dimanta memelihara burung jenis itu”, Jawab Kartolo, yang memang suka memelihara perkutut, seperti weling simbahnya.

Sareh yang baru saja keluar dengan nampan berisi 3 gelas kopi kemudian menimpali.
“Kar, jangan terlalu menyesali burungmu yang hilang itu, yakinlah bahwa ada sesuatu yang menarik yang sedang disiapkan alam ini untuk kebaikan. Bukankah burung itu berasal dari peliharaan sejak kecil? Nanti pasti akan sulit mencari makan dan pasti akan kembali”, Ungkap Sareh sembari meletakkan nampan berisi 3 gelas kopi. Kemudian Sareh ikut duduk,sedangkan Dalijo sudah menyelesaikan kesibukannya dengan radio jadul itu.

“Lha mbok biar saja burung perkututmu icul kar, biar bebas, asal bukan “burung” yang kamu gambol itu yang ucul, kalau yang itu ucul kan repot. Hahaha…”, Seloroh Daljio. Kemudian suasana hening, hanya suara radio jadul Dalijo yang mencoba mencari lagu-lagu jadul juga namun suaranya kalah dengan suara aneh dari dalamnya. Kemudian Dalijo mematikan radionya, mengambil rokok andalannya dan menyalakannya. Beberapa saat kemudian, Kartolo memberikan tanda-tanda untuk tenang.

“Ssssstt…diam sebentar. Aku seperti mendengar suara burung perkutut. Sayup sih tapi aku yakin itu suara perkutuku”, Kata Kartolo. Kemudian mereka diam, Kartolo masih dengan sikap diam, bergegas keluar rumah, semakin memusatkan pendengaran dan kemudian melangkah. Dalijo dan Kartolo tanpa sadar mengikuti Kartolo melangkah dan akhirnya  mereka sampai di dekat rumah Kartolo yang hanya berjarak 50an meter dari rumah Dalijo.

“Kar, itu ada dua ekor perkutut di dekat kurunganmu. Dan itu di dahan belimbing ada juga,dan itu di genting juga ada dua”, Bisik Kartolo yang diikuti pandangan mata mereka bertiga. Dan benar, ada enam burung perkutut di sekitar rumah Kartolo. Burung-burung perkutut itu bersuara semua dengan indah,dan Kartolo berubah, tidak hendak menangkap burung perkutunya. Dia membiarkan kurungan terbuka dan membiarkan burung perkututnya masuk dan keluar sesuka hati bersama teman-teman yang lain.


“Kehilangan tidak selalu menyakitkan di ujungnya, karena terkadang dia sedang menyiapkan sesuatu yang lebih banyak dari kehilangan itu sendiri”, Dalijo beruar lirih sesampai mereka di rumah Dalijo sembari menyeruput kopi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH