Rombongan itu menuju ke sebuah bukit, yang biasa
dijadikan tempat berdoa penduduk sekitiran kampung kami. Malam semakin gelap
saat aku sampai di taman itu. Kemudian kulihat ada percakapan dan juga Guru itu
menyendiri. Tidak jelas kulihat karena jarak yang agak jauh dan temaram sinar
bulan kurang menolongku melihatnya. Namun dalam bayangan malam kulihat Guru itu
mengambil posisi berdoa.
INGIN MENABUNG DAN MENDAPAT GAJI?
KLIK INI
Sesaat kemudian kulihat dia kembali dan menemukan para
murid itu tertidur, mungkin kelelahan setelah berjalan dalam jarak dan waktu
yang melelahkan mereka. Kemudian kulihat kembali Guru itu mengarahkan langkah
ke tempat awal dia nampak berdoa, dan kurasakan alam semesta seolah mendukung
doa itu. Angina seketika terdiam dan bunyi serangga hutan malam juga kurasakan
berhenti semuanya dari aktifitas mereka.
Aku menepiskan nyamuk usil yang menggigit keningku. Letihku
hilang karena tertarik mengikuti kisah mereka. Dan kemudian kulihat Guru itu
kembali. Masih seperti yang pertama, 12 orang itu tertidur semuanya. Ada percakapan
namun lirih dan menjadikanku tak bisa mendengar dengan jelas. Kulihat langit
bercahaya sempurna, dan angina sudah kembali dari diamnya. Desirannya kurasakan
menyentuh ujung jubahku.
Sekonyong konyong kudengar ada langkah banyak orang. Kuperhatikan
dan kucari asal suara itu. Dan ternyata aku malah bisa melihat ada obor
berkelip di bawah, di jalan menuju taman ini. Aku tidak tahu siapa mereka. Dan kuputuskan
menunggunya hingga kemudian terjadi sebuah keributan. Terntaya ada upaya
menangkap Guru itu karena dengan lampu obor yang menerangi aku bisa melihat
dengan lebih jelas. Ada salah seorang yang mencoba menghunus pedang, danaku
ingat, dia yang siang tadi membisiku supaya mengikuti meereka dan mencatat
semua peristiwa yang terjadi. Dia menebas salah seorang dari rombongan yang
datang. Namun ditegor oleh guru itu. Dan ajaib, kuping yang terputus itu
dipulihkan. Sungguh ajaib.
Lalu kulihat Guru itu dibawa, aku tidak athu akan dibawa
kemana namun aku siap mengikuti dari jarak yang cukup aman. Dan gelapnya malam takkurasakan lagi, demi
mengetahui apa yang akan terjadi.
Ternyata Guru itu di bawa ke pusat kota kami, ke rumah
ibadah kami. Di sana Dia ditanyai banyak orang. Lalu malam semakin larut dan
pitu rumah ibadah itu ditutup. Aku hanya bisa melihat dari jauh dan kuputusakan
pulang untuk esok pagi sekali aku akan kembali.
Pagi datang sangat cepat kurasakan. Tanpa mandi aku
bergegas ke rumah ibadah kami di pusat kota. Ada banyak orang karena hari raya
agama kami. Namun aku tidak menemukan Guru itu. Kutanya beberapa orang dan
kutahu, dia dibawa menghadap Sang Prokunsul kami, Pontius Pilatus. Dan di sana
Guru itu diadili. Banyak orang dalam wajah beringas mengepung gedung pengadilan
itu.
SEHAT DAN KAYA...HANYA JIKA ANDA KLIK YANG INI
Saking banyaknya orang aku takbisa masuk melihat apa yang
sebenarnya terjadi. Aku berdiri diluar gedung hingga siang. Dan kemudiankulihat
Guru itu keluar dengan memikul sebuah salib. Aku histeris tertahan, salah
apakah gerangan guru itu hingga dijatuhi hukuman seperti itu. Kulihat orang
banyak menggiring Guru itu ke sebuah tempat dan menurut orang yang aku Tanya,
Dia akan dibawa ke bukita yang kami kenal sebagai Golgota, bukit penghakiman. Ohhh..
Aku mengikuti rombongan itu dalam panas terik matahari
siang hari. Aku merasakan lapar karena belum makan sampai setengah hari ini, dan kubayangkan betapa
derita Guru itu memanggul salib yang kulihat kasar dan kotor. Aku yang hanya
membawa tubuh kerempengku ini saja merasakan letih luar biasa, maka betapa
berat derita Guru itu. Aku akhirnya sampai di puncak bukit itu dan kulihat
sudah tersedia dua salib yang di sana.
Sesaat kemudian kulihat Guru itu ipegangi beberapa
prajutit, lalu kulihat Salib itudirebahkan dan Guru itu dibentangkan, kedua
tangan dipaku begitu pula kakinya. Lengkingan rintih sakit kudengar bersama
gemuruh sorak sorai orang banyak. Aku tidak kuat melihat dan kemudian aku
menyingkir di balik pohon besar. Lalu ada keajaiban, ada kegelapan luar biasa.
Jujur aku tidak mengerti akan semua ini. Kemudian aku
mencoba kembali ke tempat banyak orang dan juga tempat disalibnya guru itu. Sudah
agak sepi, lalu kulihat beberapa orang terkahir meninggalkan tempat itu. Aku tertegun
dan kemudian kaget ketika ada yang menyapaku.
“Bantulah aku menurunkan jenasah Orang Ajaib yang
tersalib di tengah itu….”
Aku kaget dan menoleh….Ternyata bosku, Pak Yusuf yang
dari kota Arimatea..
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar