Sesuatu yang baru, apalagi di dalamnya pernah ada isyu
dan (mungkin) pengalaman kurang menyenangkan, pastinya akan membuat orang ragu
untuk menerimanya. Demikian pula dengan Dalijo.
Ingin tahu ajakan Teman Dalijo?Klik saja INI
Ia awalnya ragu untuk menerima
ajakan temannya untuk memulai usaha yang sudah dilakukan oleh temannya itu. Meskipun
teman Dalijo sudah meyakinkan berulangkali, namun baru pada bulan ketiga,
Dalijo ikut dalam uaha temannya tersebut.
Meskipun ikut, namun sejatinya Dalijo masih belum 100%,
masih ada segumpal ragu menggelayuti benak dan perasannya. Namun, semua itu
berlalu dan tidak lagi menjadi pikirannya. Hingga setelah satu bulan, Daljio
diajak untuk mengecek hasil dari usaha yang mereka jalankan. Dan, betapa
kagetnya Dalijo, saat ada hasil yang ia dapatkan, meskipun sedikit. Dari situ
kemudian Dalijo bertekat terjun total untuk mengikuti usaha sahabatnya dan
mengembangkannya. Delapan bulan
kemudian, Dalijo merasakan manfaat luar biasa dari usaha yang ditawarkan
rekannya,yang sempat ditolaknya itu.
Keraguan, memang akan selalu menginap lama di dalam diri
manusia, siapapun dia. Kisah dan cerita-cerita orang lain,pasti akan ikut
menyuburkan keraguan seseorang terhadap sesuatu yang baru. Tidak hanya dalam
ranah sekuler, bahkan di area rohanipun, keraguan apsti akan menyertai
sepanjang manusia menghuni alam semesta ini.
Narasi Injil Matius di pasal 11 ayat 2-11, yang menjadi
bacaan Injil minggu ketiga adven ini, sedikit banyak akan berkisah tentang hal
tersebut. Dan darinya, serta pengalaman ilustrasi Dalijo di atas, bisa menjadi
cermin yang (mungkin) bisa menolong siapa saja untuk mengalahkan keraguan yang
senantiasa menginap di dalam diri manusia. Yohanes Pembabtis mendengar berita
tentang sepak terjang pelayanan Yesus, namun tak segera ia yakin serta percaya.
Ia masih menyisakan sedikit ragu tentang kisah Yesus yang bekerja dengan sangat
luar biasa itu. Demi menetralisir keraguan itu, Yohanes Pembabtis, mengutus
murid-muridnya mengklarifikasi (Tabbayun.hehe) keberadaan dan kebenaran Yesus
dan pekerjaan pelayanannya.
Sebuah usaha yang sangat positif, tidak serta merta
melabrak dan mendemo. Di sini, ada sebuah sisi kerendahatian Yohanes. Ia ingin
melihat semua dengan jernih dan jelas,ingin mengetahuoi dengan terang, maka ia
mengutus murid-muridnya, karena ia sedang ada di dalam penjara. Sesampainya para
murid Yohanes di dekat Yesus, diceriterakanlah oleh Yesus apa yang telah
dikerjakanNya.
Yesus
menjawab mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes
apa yang kamu dengar dan kamu lihat: 11:5 orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir,
orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. 11:6 Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.
Yesus memberikan jawaban yang sangat
tajam dan cerdas. Yesus tidak marah atau balik mengkritik Yohanes, justru Yesus
menunukan tindakan baik yang ditujukan bukan sekedar untuk diriNya, melainkan
demi menolong sesame. Dan itulah yang membuat murid-murid Yohanes menjadi
tersadar dan percaya. Narasi Matius tidak menceriterakan apakah muird Yohanes
kembali dan menceriterakan apa yang ia dengan dari Yesus atau tidak,namun
justru cerita diarahkan ke orang banyak. Arah cerita Yesus, bukan merendahkan
Yohanes, justru malah memberikan pujian istimewa kepada sosok atau tokoh
Yohanes.
Ini contoh,teladan kepemimpinan yang sejati, saling memberi keagungan
kepada yang lain.
Untuk refleksi di Advend ketiga ini,
ayat 6 menjadi sentral,yaitu tentang sikap orang yang menerima Yesus. Siapa saja
yang menerima Yesus dikatakan akan mendapatkan kebhagiaan. Ini sangat penting,
yang menerima Yesus akan menerima kebahagiaan, buka jabatan,kekayaan,pangkat
atau yang lain. Semua itu kalah dengan kebahagiaan. Orang bisa bahagia namun
tidak kaya, sedangkan belum tentu orang kaya bisa bahagia. Jadi, menerima Yesus
adalah kunci kebahagiaan.
Persoalan akan seperti apa kebahagiaan
itu, semua kembali ke dalam masing-masing pribadi. Karena bahagia itu urusan
hati, bukan urusan harta, pangkat,jabatan dan popularitas. Ingat, Yesus dan
Yohanes, saling melepas popularitas, mereka tidak saling berebut,hingga mereka
bisa memberi teladan sempurna intuk para pengikutnya.
Untuk kita?Bagaimana sikap kita, apakah
akan menerima kabar baik itu atau menolaknya?Silakan anda yang memilih
sendiri..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar