Alam semesta ini tercipta dalam sebuah harmoni atau
keseimbangan yang ideal, yang sempurna. Maka,dalam sejarahnya,jika ada apapun
yang mencoba mengganggu keseimbangan atau harmoni itu, maka alam dengan
hukumnya sendiri,yang tidak terpahami oleh manusia, akan membuat upaya
pemulihan harmoni ini. Dan, selalu,cara alam memulihkan
keseimbangannya,keharmoniannya,mencengangkan dan terkadang membuat manusia
ngeri melihat dan merasakannya.
Jalan Harmoni Masa depan anda..klik SINI
Seorang kawan,seorang Rahoniawan Kristen yang tampangnya
sangar,rambut kribo jika panjang, kumis dan jenggot acak-acakan, suatu waktu
pernah mengatakan, “Cara alam ini melakukan pembalasan atas ketidak adilan selalu
menyeramkan dan lebih menyakitkan disbanding cara manusia”. Munkin
benar apa yang dikatakan rekan saya itu,meski juga tidak boleh menutup
kemungkinan salah juga. Namun tulisan ini tidak hendak bicara tentang hukuman
alam,namun hendak mengajak merenungkan tentang memulihkan harmoni, terkait
Natal di bulan ini. Tulisan ini berangkat dari permohonan renungan Natal kepada
penulis untuk siswa Kristen di SMA 1 Jepara,tanggal 14 Desember 2016,di
kompleks GMKA (Goa Maria Kereb Ambarawa). Tema yang di sodorkan adalah “Harmony
of Christmas”
Penulis berangkat atau berpijak dari teks Alkitab yang
dijadikan tema Natal PGI dan KWI di tahun 2016 ini. “Jangan Takut, sesbab hari ini telah lahir bagimu di kota Daud” kata hari ini, sengaja saya
bold karena dari situ, refleksi akan saya bangun. Natal dalam makna pengahyatan
tidak sekedar melihat pada waktu yang telah dan akan datang, namun natal adalah
keabadian. Kata “Hari Iini”, dalam narasi Alkitab,akan selalu bermakna up to
date saat di baca. Itulah harmoni yang perama. Natal bukan masalah masa lampau,
juga bukan masalah yang akan dijemput, namun natal adalah kekinian yang selalu
terkini.
Point kedua yang hendak mendekat dengan tema,Harmony of
Christmas, adalah KEBERANIAN. Yesus yang dalam perspektif iman Kristen adalah
keberadaan Sang Illahi itu sendiri (tidak usah diperdebatkan), berani menerobos
ruang dan waktu, peradaban dan budaya demi menjangkau kehidupan yang sudah
tidak dalam harmoni lagi. Batas-batas social, penindasan,perbudakan,korupsi
saat itu (sekitar kelahiran Yesus)merajalela. Dan di situasi seperti itulah
Allah hadir, dalam bentuk dan rupa manusia yang penuh kesederhanaan.
Keberanian
mendobrak tembok tebal bernama budaya dan peradaban. Konsep Raja, meski raja
damai, seharusnya lahir da hadir dalam segala kemegahan dan kemewahan, namun
Raja Damai itu justru kesulita mencari tempat demi hadirNya.
Dalam kacamata reflektif, kesulitan Maria dan Yusuf
mencari tempat itu, sama dengan saat ini, bahwa Damai itu sulit mencari tempat
di dalam kehidupan manusia. Ruang untuk damai telah dicapok oleh
keserakahan,angkara murka,kesombongan,keangkuhan dan kemunafikan. Sang Harmoni
itu sendiri, juga semakin kesulitan mencari landasan untuk mendarat. Namun tetap
mencarinya dan akhirnya mendapati sebuah tempat yang sangat sederhana,namun MAU
MENERIMA.
Point berikutnya adalah kebebasan. Sang Damai itu bebas
memilih siapa yang akan dijumpainya. Bukan kaum elit ternyata, melainkan kaum
marginal. Para gembala. Gembala saat itu, dalam konstelasi social di Israel
jaman Yesus lahir, adalah komunitas yang sangat tidak berharga,namun meski
tidak berharga, Sang Damai itu menyapa mereka sebagai yang pertama kali
mendapatkan kabar damai itu. Yesus melintasi batas apapun demi mengembalikan
harmoni yang kacau, dan yang rusak ini.
Harmony of Christmas, ruh itu yang kembali diangkat dalam
permenungan natal serta perayaannya saat ini. Jika dahulu, Yesus berani
melintasi batas-batas social,peradaban dan juga politik demi memulihkan harmoni
yang kacau balau itu,sekarang ini beranikah kita semua meneladaninya?Beranikah
melawan arus kuat peradaban manusia yang sudah kehilangan ruh manusianya? Siap
dan sanggupkan kita semua (peserta natal lho ya) memilih jalan sunyi sepi Yesus
memulihkan harmoni hidup,dengan derita?
Terkhusus untuk anak-anak Kristen SMA 1 Jepara, beranikah menunjukan
semangat harmoni meski berhadapan dengan berbagai ancaman dan godaan?Godaan
ketidakjujuran,ketidaksetiaan,ketidakdisipilan dan sebagainya?Jika ingin
menghembusi dunia serta peradaban dan budayanya dengan harmoni,maka tidak ada
jalan lain, keberanian melintasi jalan sunyi kehidupan menjadi syarat mutlak
pulihnya harmoni kehidupan semesta.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar