Rabu, 14 Desember 2016

MEMULIHKAN HARMONY KEHIDUPAN



Alam semesta ini tercipta dalam sebuah harmoni atau keseimbangan yang ideal, yang sempurna. Maka,dalam sejarahnya,jika ada apapun yang mencoba mengganggu keseimbangan atau harmoni itu, maka alam dengan hukumnya sendiri,yang tidak terpahami oleh manusia, akan membuat upaya pemulihan harmoni ini. Dan, selalu,cara alam memulihkan keseimbangannya,keharmoniannya,mencengangkan dan terkadang membuat manusia ngeri melihat dan merasakannya.

Jalan Harmoni Masa depan anda..klik   SINI

Seorang kawan,seorang Rahoniawan Kristen yang tampangnya sangar,rambut kribo jika panjang, kumis dan jenggot acak-acakan, suatu waktu pernah mengatakan, “Cara alam ini melakukan pembalasan atas ketidak adilan selalu menyeramkan dan lebih menyakitkan disbanding cara manusia”. Munkin benar apa yang dikatakan rekan saya itu,meski juga tidak boleh menutup kemungkinan salah juga. Namun tulisan ini tidak hendak bicara tentang hukuman alam,namun hendak mengajak merenungkan tentang memulihkan harmoni, terkait Natal di bulan ini. Tulisan ini berangkat dari permohonan renungan Natal kepada penulis untuk siswa Kristen di SMA 1 Jepara,tanggal 14 Desember 2016,di kompleks GMKA (Goa Maria Kereb Ambarawa). Tema yang di sodorkan adalah “Harmony of Christmas”

Penulis berangkat atau berpijak dari teks Alkitab yang dijadikan tema Natal PGI dan KWI di tahun 2016 ini. “Jangan Takut, sesbab hari ini telah lahir bagimu di kota Daud” kata hari ini, sengaja saya bold karena dari situ, refleksi akan saya bangun. Natal dalam makna pengahyatan tidak sekedar melihat pada waktu yang telah dan akan datang, namun natal adalah keabadian. Kata “Hari Iini”, dalam narasi Alkitab,akan selalu bermakna up to date saat di baca. Itulah harmoni yang perama. Natal bukan masalah masa lampau, juga bukan masalah yang akan dijemput, namun natal adalah kekinian yang selalu terkini.

Point kedua yang hendak mendekat dengan tema,Harmony of Christmas, adalah KEBERANIAN. Yesus yang dalam perspektif iman Kristen adalah keberadaan Sang Illahi itu sendiri (tidak usah diperdebatkan), berani menerobos ruang dan waktu, peradaban dan budaya demi menjangkau kehidupan yang sudah tidak dalam harmoni lagi. Batas-batas social, penindasan,perbudakan,korupsi saat itu (sekitar kelahiran Yesus)merajalela. Dan di situasi seperti itulah Allah hadir, dalam bentuk dan rupa manusia yang penuh kesederhanaan. 

Keberanian mendobrak tembok tebal bernama budaya dan peradaban. Konsep Raja, meski raja damai, seharusnya lahir da hadir dalam segala kemegahan dan kemewahan, namun Raja Damai itu justru kesulita mencari tempat demi hadirNya.
Dalam kacamata reflektif, kesulitan Maria dan Yusuf mencari tempat itu, sama dengan saat ini, bahwa Damai itu sulit mencari tempat di dalam kehidupan manusia. Ruang untuk damai telah dicapok oleh keserakahan,angkara murka,kesombongan,keangkuhan dan kemunafikan. Sang Harmoni itu sendiri, juga semakin kesulitan mencari landasan untuk mendarat. Namun tetap mencarinya dan akhirnya mendapati sebuah tempat yang sangat sederhana,namun MAU MENERIMA.

Point berikutnya adalah kebebasan. Sang Damai itu bebas memilih siapa yang akan dijumpainya. Bukan kaum elit ternyata, melainkan kaum marginal. Para gembala. Gembala saat itu, dalam konstelasi social di Israel jaman Yesus lahir, adalah komunitas yang sangat tidak berharga,namun meski tidak berharga, Sang Damai itu menyapa mereka sebagai yang pertama kali mendapatkan kabar damai itu. Yesus melintasi batas apapun demi mengembalikan harmoni yang kacau,  dan yang rusak ini.

Harmony of Christmas, ruh itu yang kembali diangkat dalam permenungan natal serta perayaannya saat ini. Jika dahulu, Yesus berani melintasi batas-batas social,peradaban dan juga politik demi memulihkan harmoni yang kacau balau itu,sekarang ini beranikah kita semua meneladaninya?Beranikah melawan arus kuat peradaban manusia yang sudah kehilangan ruh manusianya? Siap dan sanggupkan kita semua (peserta natal lho ya) memilih jalan sunyi sepi Yesus memulihkan harmoni hidup,dengan derita?

Terkhusus untuk anak-anak  Kristen SMA 1 Jepara, beranikah menunjukan semangat harmoni meski berhadapan dengan berbagai ancaman dan godaan?Godaan ketidakjujuran,ketidaksetiaan,ketidakdisipilan dan sebagainya?Jika ingin menghembusi dunia serta peradaban dan budayanya dengan harmoni,maka tidak ada jalan lain, keberanian melintasi jalan sunyi kehidupan menjadi syarat mutlak pulihnya harmoni kehidupan semesta.

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH