Malam hampir mengakhiri tugas abadinya. Gelap masih
menguasahi alam semesta, kokok ayam jantan terdengar sesekali di
kejauhan,memberi tanda, alam semesta hendak berganti rupa. Di ufuk timur,
bintang pagi mulai menampakkan wujudnya, orang selalu bilang itu bintang
kejora, meski ilmu pengetahuan mengatakan itu planet Venus. Siapa yang benar,
entahlah,tidak usah diperdebatkan,tidak usah demo demo membela kebenaran
sepihak..
Ingin usaha rumahan..semua ada si SINI
Udara dingin masih sangat terasa, namun tidak bisa
menepiskan keindahan pagi. Rembulan akhir bulan nampak malas di atas bukit
barat daya kampung kami, sesekali nampak malu-malu menyelinap diantara
daun-daun pohon duren. Tanah di jalan kampung kami masih agak basah,gerimis
semalam meninggalkan jejeaknya,selah seperti manusia, selalu ingin
dikenang..meski sejatinya gerimis tidak hendak minta dikenang.
Di dekat tikungan,dekat tempat pemandian umum, masih
dalam remang, aku berjumpa dengan seorang bapak, usia paruh baya. Dalam remang
pagi nampak tubuh kekarnya masih mampu menepiskan dingin udara pagi. Kami saling
menyapa, dan kemudian aku tahu, bapak ini hendak ke kolam ikannya. Bapak itu
hendak mengontrol keadaan kolam ikannya, mempersiapkan makanan ikannya serta
membersihkan kotoran yang menganggu kolam ikannya.
Aku mengikuti hingga ke kolamnya dan keketahi betapa rapi
dan menyenangkan kolam itu, meski masih dalam remang suasana. Dari perbincangan
kami, sepanjang perjalanan dan sesaat kami duduk di gubug kecil di pinggir
kolam itu, aku menjadi tahu, betapa kolam ikan milik si bapak itu, bukan
sekedar kolam ikan, namun sebuah symbol kehidupan.
Jaman semakin melaju kencang, manusia semakin banyak dan
semakin serakah. Berbeda dengan jaman lampau, saat semua masih tersedia dengan
sangat banyak,sehingga saat butuh, tinggal mencarinya. Saat ini, ketersediaaan
apapun di alam semesta ini semakin terbatas, dan kesadaran itu yang juga
dirasakan si bapak. Dahulu kerjaannya mencari ikan di sela-sela pekerjaan
pokoknya sebagai petani. Dahulu dalam hitungan jam, mencari ikan di sungai bisa
dijadikan sandaran hidup.
Namun lambat laun semuanya itu menghilang. Ikan semakin
habis, baik karena banyak yang mencari juga karena cara mencari yang
mencerminkan keserakahan manusia. Maka, bapak itu membuat kolam ikan..
Dengan kolam itu, ikan bisa ditangkarkan, bisa dipelihara,
bisa diatur semuanya. Memang ada mosal awal yang cukup besar untuk membuat
kolam, namun setelah kolamnya jadi,ikan-ikan banyak yang dipelihara,semua
kebutuhan mulai bisa diatasi kembali. Tidak perlu seperti dahulu, saat hujan
dan banjir, karena kebutuhan maka mesti mencari ikan,sekarang semua bisa
diperkirakan,lbih aman dan mudah.
Ingin membangun Kolam Harapan? Klik INI
Dari bapak pemilik kolam ikan, di pagi ini, aku belajar
tentang kehidupan. Tentang keberanian mengambil pilihan, tentang ketekunan,
tentang kecerdasan melihat situasi dan tentang semangat meniti kehidupan. Perencanaan
hidup yang matang menandakan iman seseorang dan ilmu kehidupa bapak ini, perlu
ditularkan kepada siapapun juga, demi kehidupan hari esok yang lebih baik..
Di ufuk timur, semburat merah pagi semakin napak jelas. Di
ujung kolam, dekat dangau mungil nan sederhana, nampak bening embun
menggelantung di ujung daun pisang. Pohon pisang yang subur, dua batang, yang satu
sudah berbuah, menandakan harapan kehidupan yang menyenangkan.. Tiba-tiba
semilir angina bertiup, agak aneh memang, di musim hujan, di bulan desember
ini, ada semilir angina saat pagi..pertanda apakah ini?Akh..tidak usahlah
dicari sampai pusing, diikuti saja langkah semesta ini..
Aku pamit ke bapak dengan senyuman persaudaraan yang
sederhana.. diiringi gemerisik tetes embun di daun bamboo, aku melangkah
kembali ke rumah..Tanah semakin jelas terlihat,karena terang semakin menguashi
alam, mengusir gelap ke peraduan sementarana, karena saat senja nanti, gelap
itu yang kembali akan berkuasa..
Rencanakanlah Kehidupan ini sebaik mungkin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar