Rabu, 21 Desember 2016

BELAJAR MERENCANAKAN DAN MENGATUR HIDUP



Malam hampir mengakhiri tugas abadinya. Gelap masih menguasahi alam semesta, kokok ayam jantan terdengar sesekali di kejauhan,memberi tanda, alam semesta hendak berganti rupa. Di ufuk timur, bintang pagi mulai menampakkan wujudnya, orang selalu bilang itu bintang kejora, meski ilmu pengetahuan mengatakan itu planet Venus. Siapa yang benar, entahlah,tidak usah diperdebatkan,tidak usah demo demo membela kebenaran sepihak..
Ingin usaha rumahan..semua ada si  SINI
Udara dingin masih sangat terasa, namun tidak bisa menepiskan keindahan pagi. Rembulan akhir bulan nampak malas di atas bukit barat daya kampung kami, sesekali nampak malu-malu menyelinap diantara daun-daun pohon duren. Tanah di jalan kampung kami masih agak basah,gerimis semalam meninggalkan jejeaknya,selah seperti manusia, selalu ingin dikenang..meski sejatinya gerimis tidak hendak minta dikenang.

Di dekat tikungan,dekat tempat pemandian umum, masih dalam remang, aku berjumpa dengan seorang bapak, usia paruh baya. Dalam remang pagi nampak tubuh kekarnya masih mampu menepiskan dingin udara pagi. Kami saling menyapa, dan kemudian aku tahu, bapak ini hendak ke kolam ikannya. Bapak itu hendak mengontrol keadaan kolam ikannya, mempersiapkan makanan ikannya serta membersihkan kotoran yang menganggu kolam ikannya.

Aku mengikuti hingga ke kolamnya dan keketahi betapa rapi dan menyenangkan kolam itu, meski masih dalam remang suasana. Dari perbincangan kami, sepanjang perjalanan dan sesaat kami duduk di gubug kecil di pinggir kolam itu, aku menjadi tahu, betapa kolam ikan milik si bapak itu, bukan sekedar kolam ikan, namun sebuah symbol kehidupan.
Jaman semakin melaju kencang, manusia semakin banyak dan semakin serakah. Berbeda dengan jaman lampau, saat semua masih tersedia dengan sangat banyak,sehingga saat butuh, tinggal mencarinya. Saat ini, ketersediaaan apapun di alam semesta ini semakin terbatas, dan kesadaran itu yang juga dirasakan si bapak. Dahulu kerjaannya mencari ikan di sela-sela pekerjaan pokoknya sebagai petani. Dahulu dalam hitungan jam, mencari ikan di sungai bisa dijadikan sandaran hidup. 

Namun lambat laun semuanya itu menghilang. Ikan semakin habis, baik karena banyak yang mencari juga karena cara mencari yang mencerminkan keserakahan manusia. Maka, bapak itu membuat kolam ikan..
Dengan kolam itu, ikan bisa ditangkarkan, bisa dipelihara, bisa diatur semuanya. Memang ada mosal awal yang cukup besar untuk membuat kolam, namun setelah kolamnya jadi,ikan-ikan banyak yang dipelihara,semua kebutuhan mulai bisa diatasi kembali. Tidak perlu seperti dahulu, saat hujan dan banjir, karena kebutuhan maka mesti mencari ikan,sekarang semua bisa diperkirakan,lbih aman dan mudah.

Ingin membangun Kolam Harapan? Klik  INI

Dari bapak pemilik kolam ikan, di pagi ini, aku belajar tentang kehidupan. Tentang keberanian mengambil pilihan, tentang ketekunan, tentang kecerdasan melihat situasi dan tentang semangat meniti kehidupan. Perencanaan hidup yang matang menandakan iman seseorang dan ilmu kehidupa bapak ini, perlu ditularkan kepada siapapun juga, demi kehidupan hari esok yang lebih baik..

Di ufuk timur, semburat merah pagi semakin napak jelas. Di ujung kolam, dekat dangau mungil nan sederhana, nampak bening embun menggelantung di ujung daun pisang. Pohon pisang yang subur, dua batang, yang satu sudah berbuah, menandakan harapan kehidupan yang menyenangkan.. Tiba-tiba semilir angina bertiup, agak aneh memang, di musim hujan, di bulan desember ini, ada semilir angina saat pagi..pertanda apakah ini?Akh..tidak usahlah dicari sampai pusing, diikuti saja langkah semesta ini..

Aku pamit ke bapak dengan senyuman persaudaraan yang sederhana.. diiringi gemerisik tetes embun di daun bamboo, aku melangkah kembali ke rumah..Tanah semakin jelas terlihat,karena terang semakin menguashi alam, mengusir gelap ke peraduan sementarana, karena saat senja nanti, gelap itu yang kembali akan berkuasa..
Rencanakanlah Kehidupan ini sebaik mungkin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH