Kami berangkat menuju Jepara, baik Pantai Kartini maupun
Bandengan, dalam rangka Refleksi Natal 2016. Dan sebelum kami berangkat, saya
diminta untuk mendasari kegiatan dengan sebuah refleksi singkat, yang dalam Bahasa
komunitas kami dinamakan renungan atau kotbah sederhana.
Ingin Menabung dan Mendapat Bonus?Klik ini INI
Awalnya agak kesulitan juga saya mencari teks atau narasi
Alkitab yang cocok, namun pada akhirnya,saya menemukan juga. Lukas 2, narasi
awal kitab karangan Lukas untuk Sang Theofilus, sebuah kata (nama yang masih
penuh pertanyaan, sebagai sebuah nama pribadi atau gelar, theos = Tuhan dan
fillia/fillos Mengasihi, sehingga menjadi orang yang mengasihi Tuhan) yang
masih misterius. Saya tidak hendak memberikan catatan tentang nama itu,namun
hendak memberi penekanan pada catatan tentang “Berangkatnya Yusuf dan Maria,
menuju Bethlehem”.
Mereka pergi demi sebuah ketaatan terhadap Negara,terhadap
perintah Kaisar. Ingat, ketaatan,jadi kita bisa meneladai Yusuf dan Maria, yang
sangat taat,meski Maria sedang mengandung dalam usia kandungan yang tua, hampir
melahirkan. Dan benar, dalam perjalanan,sebelum mendapat giliran disensus,
Maria melahirkan. Dan kembali,saya tidak akan menarasikan ulang kisah kelahiran
itu, melainkan hendak mengambil sdikit point refleksinya, yaitu menjumpai Sang
Illahi dalam sebuah perjalanan.
Maria dan Yusuf akhirnya berjumpa dengan Sang Illahi itu
(tentu dalam perspektif iman mereka dan juga saya, karena yang tidak
mengimani,tidak mungkin mempercayai). Perjumpaan itu dalam perjalanan dan tidak
didapati dengan mudah,karena penuh dengan berbagai tantangan. Demikian juga,
saya mengajal semua peserta “long march” 12 desember ini untuk bisa mengalami
perjumpaan dengan Sang Illahi itu, entah dalam cara apa dan seperti apa.
Sesampainya di pantai, kami melebur dengan pengunjung
yang lain, disambut mendung tipis dan hujan rintik. Namun saat kami semua
dilanda kuatir hujan,meski rintik, bisa membuat masuk angin, namun toh nyatanya tidak menjadikan kami masuk angina,
malah pada masuk ke pantai..hahaha..Itu saya maknai sebagai kehadiran Tuhan
yang saya alami, kena gerimis tidak masuk angina. Dan kemudian kami hanyut
dalam kegiatan rekreasi. Saat kami berkumpul kembali di dekat bus yang
mengantarkan kami, saat saling menunggu giliran mandi atau membersihkan
diri,sempat saya ngobrol dengan salah seorang keluarga peserta.
“Wah, nembe niki pakmsaget mlampah-mlampah kalih Mak’e
(sebutan untuk istrinya)”, Ungkap salah seorangwarga peserta rekreasi.
“Lha napa ingkang karaosaken Pak?”, Tanya saya.
“Hebat, nggih kados manten anyar” Jawab si Bapak.
Saya termenung dan kemudian menyimpulkan, ternyata
kehadiran Sang Illahi itu bisa juga dalam bentuk seperti romantisme masa awal
pernikahan dulu,yang ternyata selama ini tenggelam dalam lautan kesibukan
manusia. A bapak tadi,bersama dengan istrinya, sejatinya selalu ada dalam
kebersamaan,wong mereka satu rumah, namun toh memerlukan sebuah kegiatan lain
demi memanggil kembali nuansa awal pernikahan itu.
Saya menuliskan ini, semoga
diantara peserta refreshing dan yang sempat membaca catatan ini bisa juga
membagikan pengalamannya,mengalami perjumpaan dengan Sang Illahi dalam
hidupnya, dalam bentuk yang sangat sederhana.
Salam Hormat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar