Senja yang indah. Hujan tidak jadi berkunjung sampai sore
ini. Langit berhiaskan mendung agak putih dan saat semakin sore, ada warna
lembayung menghiasinya. Burung-burung pipit bermain di dahan-dahan pohon
cengkeh dan pohon manga, sementara burung sriti berlomba menghias senja. Jauh di
ujung barat daya, di atas bukit, meski nampak kecil,dua ekor elang terbang
santai, mungkin sedang mengintai mangsa di ujung hari, sebagai bekal istirahat
malamnya.
Sawah menghijau,terbentang bak karpet purba membentang sejauh mata memandang. Gemericik
air di parit-parit sawah menambah nuansa senja yang meriah. Di pertigaan jalan
dusun, anak-anak bermain tanpa curiga, sungguh nuansa surge sangat kental
terasa.
Dari sudut sebuah
jalan dusun, dari sebuah rumah limasan sederhana, muncul seorang usia
paruh baya, memanggunl sebuah bibit tanaman. Usianya sekitar 70an tahun. Bahu yang
legam terlihat karena hanya menggunakan kaos buntung nan kumal,wajah nampak
keras namun ramah penuh senyuman. Dengan santai, sembari menghisap cerutu
bikinan sendiri,menuju ujung sawah. Aku mengikutinya, karena aku
mengenalalnya,dan sembari berjalan kami bercakap.
Bapak itu, Sagimin, begitu dia diberi nama orang tuanya,yang
sudah kembali ke dalam keabadian. Pak Sagimin hendak menamanm dua batang cikal,
bibit tanaman kelapa. Dan saat aku Tanya, mengapa harus menanam pohon kelapa
yang panennya masih bertahun kemudina, Pak Sagimin menjawab, bahwa tujuannya
bukanlah memanen untuk dirinya. Tujuannya adalah menanam, entah kapan dan siapa
yang akan menuai,Pak Sagimin tidak begitu peduli.
Ingin usaha reservasi online?Klik ini INI
“ingkang Baken kula nanem Pak, perkawis kapan lan sinten
ingkang samangke bade undhuh, pun kersane ingkang ngecet Lombok”, Demikian
ungkap Pak Sagimin. Arti dari ungkapan
di atas adalah, yang penting menanam, masalah kapan dan siapa yang memanen,itu
urusan Sang Pencipta. Sungguh sebuah pelajaran hidup yang sangat bermakna,
sebuah teladan etos kerja yang agung, yang sedang tergerus di kalangan
anak-anak muda negeri ini.
Pak Sagimin bukan ahli ekonomi, namun mengerti investasi,
Pak Sagimin bukan ahli ekologi, namun peduli keberlangsungan alam dengan
menanam dan menanam. Sore ini, langit dan cerahnya suasana juga menghadirkan
kecerahan hidup untukku. Investasi dalam karya, etos kerja dalam cinta..
Terima Kasih Pak Sagimin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar