Jumat, 16 Desember 2016

MASA LALUMU ADALAH KETAKUTANMU



Ini lanjutan dari catatan saya tentang takut dan ketakutan......
Kalau yang pertama, tujuan tulisan saya adalah perihal takut yang diderita oleh orang lain atau kelompok lain, maka di sini, saya akan mengungkapkan sebuah pengalaman tentang ketakutan saya sendiri. Sebuah pengalaman yang pernah terjadi, namun yang sekarang, sudah hampir menghilang.
Begini, saya terlahir bukan sebagai sosok yang ganteng. Saya sangat terbatas kalau alat ukuranya adalah kegantengan artis-artis di tipi-tipi. Nah, karena tidak ganteng inilah, dalam pergaulan remaja serta pemuda yang semi modern (remaja awal 90an), saya pernah mengalami peristiwa yang sulit saya hapuskan dan lupakan dari flashdisk memory saya.

Waktu itu malam minggu, ada kegiatan di gereja. Gelap karena di tahun itu listrik masih menjadi barang langka di desa kami, dan dalam guaruan khas anak desa, juga di dalmnya saling memasang-masangkan,cowok-cewek. Sayapun demikian dan ironisnya dipasangkan dengan yang paling cantik, lha pora yo mlekotho

Mendengar dipasang-pasangkan (dipacar-pacarke) dengan saya, mungkin saking marahnya, perempuan itu keluar. Alih-alih ngamuk ke yang menggoda macar-macarke dengans aya,eee… malah nglabrak saya..semua  umpatan jelaek dihamburkan bak bazzoka dalam perang..semua menyembur hebat..untung saat itu belum ada Undang-undang tentang umpatan kebencian..Kalau sudah, ya saya laporkan, lumayan dapat ganti rugi..hehe

Nah..pengalaman diumpat luar biasa  itulah yang membekas dan seolah terprasati dalam sanubari saya. Akibatnya, dalam pola piker saya, saya itu jelek,miskin,bodoh dan seterusnya. Sempat menyalahkan orangtua dan bahkan Tuhan, mengapa saya tercipta seperti ini..hmmm. akumulasi dari semuanya adalah upaya mempertahankan diri, proteksi diri luarbiasa dan virus ketakutan yang semakin akut. Virus ketakutan itu semakin beranak pinak dalam hidup saya,mencengkeram luarbiasa. Saya menjadi dendam dengan siapa saja,meski saya bisa bersikap santun…sesantun si itu..tu..si..akh…gajadi saja.

Sebaik apapun penampilan saya, namun virus ketakutan itu semakin kuat menguasahi diri saya. Sehingga saya selalu berjuang menjaga “arena” kelemahan saya,yang tidak tampan tadi. Semua upaya dalam hidup saya seoalh hanya sebuah perjuangan menjaga supaya “Arena” sensitive saya tidak tersentuh oleh siapa saja.. Dan saya akan mencoba menghindari, malah kalau bisa menguasai arena sensitive saya, dengan tujuan saya bisa mengendalikan semua yang sensitive itu.

Berangkat dari sekelumit pengalaman masa lalu saya,tentang sebuah peristiwa kelam yang menjadikan saya merasa terpojok dan tersudut,lalu mencoba menguasai area dengan segala cara, kok sepertinya ada juga orang yang bersikap demikian ya?Kalau itu ranah personal ya, tidak begitu menjadi persoalan besar,namun jika itu ranah public dan melibatkan banyak orang, apakah tidak berbahaya bin gaswat?

Jadi, jika ada orang yang terlalu sensitive,terlalu bawa-bawa perasaan,atau istilahnya anak muda sekarang baper, siapapun itu,jangan-jangan dia punya masa lalu yang kelam?Bisa jadi masa lalu itu terkait pekerjaan, relasi atau perselingkuhan atau apalah. Yang pasti, siapa saja yang selalu dikit-dikit menggunakan perasaanya, kemungkinan besar, di masa lalunya pernah ada jalan kelam yang dilaluinya.

Jika jalan kelam itu adalah dosa personal,akan lebih mudah,namun jika sudah dosa kelompok,dosa structural,maka akan sulit diurai dan yang terjadi adalah, akan mencoba menjaga “area” itu dengan sangat luar biasa. Jangankan uang,nyawapun dipertaruhkan. Dan satuagi, jika dia orang jawa, maka “wirang” atau malu lebih berharga dari segalanya. Kesalahan adalah wiring bagi orang jawa,maka silakan melihat dengan cermin sederhana ini, orang-orang disekitar kita yang bapernya minta ampun (biasanya akan munafik juga),biasanya, dia sedang menyimpan kisah kelam di masa silam.

Catatan: Jika saudarku yang pernah ngamuk ke saya,30an tahun silam, membaca tulisan ini..silakan diklarifikasi yang tidak tepat...aku tahu,kau tinggal di sekitar tangerang..hehe

Salam Hangat dari orang yang pernah mengalami pengalaman super pahit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH