Kebencian lahir karena ada kepentingan. Baik itu
kepentingan diri, kelompok atau golongan. Kebencian adalah sebuah perasaan yang
secara alami ada dalam diri manusia,yang dengannya sejatinya manusia bisa
berjalan pada kehidupan yang lebih baik.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan rasa benci, yang salah adalah sasaran
kebencian itu.
Tanpa rasa benci atau sebuah rasa tidak suka yang kelewat
batas, maka manusia akan kehilangan keseimbangan. Namu demikian, jika rasa ini,
si benci itu sangat dominan, maka keseimbangannyapun terganggu pula. Kebencian yang
berlebih, yang terutama dan yang pertama akan mengganggu si pemilik kebencian
itu. Mengapa demikian?, karena dengan benci yang berlebih, maka dia atau mereka
akan melihat yang lain sebagai ancaman. Dia akan selalu gagal menemukan sisi
baik dari yang dia atau mereka benci itu. Dengan demikian, kehadiran atau
bahkan keberadaan yang lain adalah ancaman untuk dirinya.
Karena selalu merasa terancam maka sebisa
mungkin membangun pertahanan.
Membagun system pertahanan ini baik, sangat baik,asal
obyektif. Namun jika membangun pertahanan itu dengan menhamburkan peluru atau
amunisi kebencian ke pihak lain, maka akibatnya bisa berlipat ganda. Namun sekali
lagi, akibat utama kebencian,rasa benci itu pertama-tama tidaklah merugikan
pihak lain. Yang pertama dirugikan adalah dirinya sendiri. Sebab yang memiliki
rasa benci akan tidak ernah nyaman hidupnya. Selalu merasa tidak aman dan
selalu merasa diburu. Merasa orang lain yang memburu namun sejatinya,
perasaanyalah yang memburunya.
Juga untuk yang menjadi sasaran kebencian, janganlah
memantulkan cahaya kebencian itu dengan cahaya kebencian, namun teduhlah. Tidak
usahlah membalikan nafas kebencian itu kepada sang pembenci, biarlah dia atau
mereka kehabisan nafas kebencian itu, untuk kemudian, kalian semburkan nafas
cinta kasih kepada yang lemas karena amunisi da nafas kebencian mereka sudah
habis.
Kebencian yang brutal tidak akan pernah melahirkan
kehidupan. Memang benar, jalan cinta kasih itu terjal dan berliku, pekat oleh
kabut keragu-raguan, namun teruslah ikuti jalan cinta kasih itu, teruslah
menjalaninya, meski ada beribu hambatan dan tantangan, karena di ujung jalan
sana, telaga indah nan menawan sedang menantimu.
Menghembuskan nafas kebencian sama saja dengan menebar
api pembakar kehidupan, dan itu adalah lawan dari nafas kehidupan. Diujung tahun
2016 ini, marilah kita semua (yang membaca tulisan ini tentunya) mulai berbalik
arah, tidak menebar kebencian yang berujung kematian kehidupan, namun menebar
nafas dan semangat cinta asih. Dengan nafas cinta kasih, maka di situlah ada
tanda-tanda kehidupan. Mungkin y=tanda-tanda kehidupan itu masih sangat lembut
dan lemah, maka teruslah rawat,jaga, pelihara. Berilah gizi terbaik untuk
kehidupan itu dengan senyum ramah, sapaan tulus, bantuan iklas dan pengampunan
sejati.
Seperti anak kecil, bisa jadi kehidupan yang masih lemah
dan kecil itu merepotkan kita. Nangis, ngompol,panas dan yang lain. Namun tetaplah
cintai dan kasihi, karena dengan mencntai kehidupan, dia akan segera bertumbuh
dewasa. Saat kehidupan itu sudah menjadi
dewasa, maka engkau akan bisa menikmati “Kedewasaan”
kehidupan itu sendiri.
Saat kau mendidik kehidupan, didiklah dengan cinta,
jangan taburi kehidupan itu dengan benih-benih kebencian. Untuk menyelamatkan
kehidupan, jangan taburi dengan kebencian..
Selamat menutup tahun 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar