Perjalanan Tuntang-Solo-Ungaran-Tuntang, saat hujan dan
berpacu dengan waktu. Dengan bus andalan, Raya, dua orang ibu dan anak
laki-laki asyik menimati perjalanan. Setelah selesai tujuan di kota
Bengawan,anjut ke Ungaran, mengambil sesuatu untuk “Dipersembahkan” dalam
sebuah perayaan di bulan ini.
Ingin Tantangan Hidup yang Mensejahterakan?Klik INI
Perjalanan berangkat cuaca cerah, pun begitu
dengan pulang,sesaat setelah meninggalkan kota Bengawan. Namun, sesampai di
perbatasan Boyolali dan Semarang, hujan kembali melingkupi alam semesta.
Anak lelaki berusia 8 tahun, asyik dengan
perjalanannya,walau hujan dan sempat mengeluh merasakan lapar. Nampaknya sangat
menikmati perjalanan,dan juga senang naik kendaraan, maklumlah anak desa, udik... Maka, meski ibunya mulai
kalut, keasyikan anak itu tidak bisa tergoyahkan.
Asyiknya perjalanan agak terganggu saat perjalanan
meninggalkan wilayah kota Salatiga. Usai batas kota, memasuki Lopait di wilayah
Tunyang, laju bus tidak sekencang sebelumnya. Merayap dan sangat padat. Berulangkali
ibu anak lelaki kriwil itu melihat waktu di HP yang dimilikinya. Nampak dari
raut wajahnya, kegelisahan muncul. Semain lama semakin merayap,semakin menambah
kekesalan si ibu itu. Namun si anak lelaki kriwil itu,tetap tenang dan sangat
menikmati perjalananya.
Hujan masih turun,bahkan semakin deras dan nampak langit gelap,selain
senja juga karena mendung yang kian pekat.
Dalam situasi semakin senja,perjalanan tidak semakin
lancar,bahkan terasa semakin tersendat,ibu itu me-nego anak lelakinya.
“Ayo turun sini saja, kita pulang. Kalau seperti ini akan
jam berapa sampai Ungaran. Besok saja diambil bersama bapakmu”, Dengan nada
terasa kesal, si Ibu mengajak anaknya turun di tengah perjalanan, karena memang
tempat tinggal mereka tidak begitu jauh dari lokasi tersebut.
“Tidak ibuk..jangan besok, sekarang saja. Paling sebentar
lagi juga lancar kembali”, Jawab anak lelaki kriwil itu. Dan merekapun sepakat
melanjutkan perjalanan dengan rasa yang (nampaknya) berbeda. Si Ibu agak manyun
karena keadaan macet,sementara si anak lelaki krieil itu, tidak terpengaruh,
tetap ceria meski merasakan lapar dan macet masih mereka alami.
40 menit kemudian, kendaraan yang merayab, termasuk bus
yang ditumpangi ibu dan anak lelaki kriwil itu, sampai di dekat jembatan
Tuntang. Dari siru baru mereka semua bisa mengetahui penyabab kemacetan, sebuah
truk renta tidak kuat mendaki tanjakan Tuntang. Muatan barang dan juga muatan
harapan bagi pemilik dan sopir, menjadikan beban truk itu semakin terasa berat.
“Ooo..itu lho buk..trek mogok yang menyebabkan macet..”,
Teriak, anak lelaki kriwil memberi tahukan ke ibunya, yang asyik menghibur
suasana dengan HP di jemarinya.
Ibu itu nampak manggut-manggut. Sekilar rona kejengkelan
sirna dan perjalanan merekapun semakin lancar. Sekitar duajam kemudian, mereka
kembali, naik bus yang sama, turun di sebelah jembatan Tuntang, disambut
seorang lelaki sangar, wajah dingin serta rambut setengah gondrong, cambang lebat,
badan kokoh serta terlihat sangat gemuk,namun (katanya) berhati lembut. Di dekatnya,
ada dua gadis kecil, masih sangat kanak-kanak,tertidur. Dalam perjalanan pulang
menuju tempat tinggal mereka (bukan rumah mereka), kisah yang saudara baca ini
dikisahkan si anak lelaki kriwil itu.
“Kalau tadi setuju dengan ibuk, pasti tidak bisa mengerti
apa yang menjadikan macet. Selain itu, malah menunda pekerjaan, besok mesti ke
Ungaan mengambil makanan ini”, Demikian anak lelaki keriwil berusia 8 tahu itu
menarik sebuah refleksi yang sungguh sangat mendalam.
Tantangan, hambatan, persoalan adalah sebuah bagian tidak
terpisahkan dalam perjalanan kehidupan manusia. Dan semua kembali kepada
masing-masing pribadi, akan menghindari persoalan, masalah atau hambatan hidup,
atau tetap melaju untuk menaklukannya, serta mengerti dan memahami “jenis”
persoalan yang menghambat perjalanan hidupnya.
Menghindari bukan sikap
kedewasaan..namun cermin watak pengecut dan kekanak-kanakan. Menghindari persoalan
adalah wujud nyata kekerdilan jiwa manusia. Menghadapi persoalan, seberapapun
lama dan beratnya persoalan, akan
melatih kuatnya otot-otot kehidupan.
Perjalanan hidup ini tidak selamanya mulus dan lancar. Namun
darinya, belajar kesabaran dan keteguhan hati menjadi perlu. Mengatasi dan
menantang persoalan menjadi sikap penting demi mendewasakan sikap kemanusiawian
manusia yang semakin luntur Karen akerak-kerak ambisi dan nafsu kehidupan.
Jangan menghindari masalah, namun hadapilah, meskipun itu
hanya untuk sekedar undangan debat..haha..
Salam sehat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar