Sabtu, 17 Desember 2016

JANGAN HINDARI MASALAH, NAMUN HADAPI DAN TAKLUKANLAH



Perjalanan Tuntang-Solo-Ungaran-Tuntang, saat hujan dan berpacu dengan waktu. Dengan bus andalan, Raya, dua orang ibu dan anak laki-laki asyik menimati perjalanan. Setelah selesai tujuan di kota Bengawan,anjut ke Ungaran, mengambil sesuatu untuk “Dipersembahkan” dalam sebuah perayaan di bulan ini.

Ingin Tantangan Hidup yang Mensejahterakan?Klik  INI

Perjalanan berangkat cuaca cerah, pun begitu dengan pulang,sesaat setelah meninggalkan kota Bengawan. Namun, sesampai di perbatasan Boyolali dan Semarang, hujan kembali melingkupi alam semesta.
Anak lelaki berusia 8 tahun, asyik dengan perjalanannya,walau hujan dan sempat mengeluh merasakan lapar. Nampaknya sangat menikmati perjalanan,dan juga senang naik kendaraan, maklumlah anak desa, udik... Maka, meski ibunya mulai kalut, keasyikan anak itu tidak bisa tergoyahkan.

Asyiknya perjalanan agak terganggu saat perjalanan meninggalkan wilayah  kota Salatiga. Usai batas kota, memasuki Lopait di wilayah Tunyang, laju bus tidak sekencang sebelumnya. Merayap dan sangat padat. Berulangkali ibu anak lelaki kriwil itu melihat waktu di HP yang dimilikinya. Nampak dari raut wajahnya, kegelisahan muncul. Semain lama semakin merayap,semakin menambah kekesalan si ibu itu. Namun si anak lelaki kriwil itu,tetap tenang dan sangat menikmati perjalananya. 

Hujan masih turun,bahkan  semakin deras dan nampak langit gelap,selain senja juga karena mendung yang kian pekat.
Dalam situasi semakin senja,perjalanan tidak semakin lancar,bahkan terasa semakin tersendat,ibu itu me-nego anak lelakinya.

“Ayo turun sini saja, kita pulang. Kalau seperti ini akan jam berapa sampai Ungaran. Besok saja diambil bersama bapakmu”, Dengan nada terasa kesal, si Ibu mengajak anaknya turun di tengah perjalanan, karena memang tempat tinggal mereka tidak begitu jauh dari lokasi tersebut.
“Tidak ibuk..jangan besok, sekarang saja. Paling sebentar lagi juga lancar kembali”, Jawab anak lelaki kriwil itu. Dan merekapun sepakat melanjutkan perjalanan dengan rasa yang (nampaknya) berbeda. Si Ibu agak manyun karena keadaan macet,sementara si anak lelaki krieil itu, tidak terpengaruh, tetap ceria meski merasakan lapar dan macet masih mereka alami.

40 menit kemudian, kendaraan yang merayab, termasuk bus yang ditumpangi ibu dan anak lelaki kriwil itu, sampai di dekat jembatan Tuntang. Dari siru baru mereka semua bisa mengetahui penyabab kemacetan, sebuah truk renta tidak kuat mendaki tanjakan Tuntang. Muatan barang dan juga muatan harapan bagi pemilik dan sopir, menjadikan beban truk itu semakin terasa berat.

“Ooo..itu lho buk..trek mogok yang menyebabkan macet..”, Teriak, anak lelaki kriwil memberi tahukan ke ibunya, yang asyik menghibur suasana dengan HP di jemarinya.
Ibu itu nampak manggut-manggut. Sekilar rona kejengkelan sirna dan perjalanan merekapun semakin lancar. Sekitar duajam kemudian, mereka kembali, naik bus yang sama, turun di sebelah jembatan Tuntang, disambut seorang lelaki sangar, wajah dingin serta rambut setengah gondrong, cambang lebat, badan kokoh serta terlihat sangat gemuk,namun (katanya) berhati lembut. Di dekatnya, ada dua gadis kecil, masih sangat kanak-kanak,tertidur. Dalam perjalanan pulang menuju tempat tinggal mereka (bukan rumah mereka), kisah yang saudara baca ini dikisahkan si anak lelaki kriwil itu.

“Kalau tadi setuju dengan ibuk, pasti tidak bisa mengerti apa yang menjadikan macet. Selain itu, malah menunda pekerjaan, besok mesti ke Ungaan mengambil makanan ini”, Demikian anak lelaki keriwil berusia 8 tahu itu menarik sebuah refleksi yang sungguh sangat mendalam.
Tantangan, hambatan, persoalan adalah sebuah bagian tidak terpisahkan dalam perjalanan kehidupan manusia. Dan semua kembali kepada masing-masing pribadi, akan menghindari persoalan, masalah atau hambatan hidup, atau tetap melaju untuk menaklukannya, serta mengerti dan memahami “jenis” persoalan yang menghambat perjalanan hidupnya. 

Menghindari bukan sikap kedewasaan..namun cermin watak pengecut dan kekanak-kanakan. Menghindari persoalan adalah wujud nyata kekerdilan jiwa manusia. Menghadapi persoalan, seberapapun lama dan beratnya persoalan,  akan melatih kuatnya otot-otot kehidupan.
Perjalanan hidup ini tidak selamanya mulus dan lancar. Namun darinya, belajar kesabaran dan keteguhan hati menjadi perlu. Mengatasi dan menantang persoalan menjadi sikap penting demi mendewasakan sikap kemanusiawian manusia yang semakin luntur Karen akerak-kerak ambisi dan nafsu kehidupan.

Jangan menghindari masalah, namun hadapilah, meskipun itu hanya untuk sekedar undangan debat..haha..

Salam sehat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH