Kamis, 01 Desember 2016

MANUSIA KALAH DENGAN AYAM



Awal bulan yang sangat berbeda. Tidak seperti biasanya,saat gelap masih mencengkeram aku sudah bangun,namun pagi ini,saat remangnya pagi menyeruak, aku baru terjaga. Sadar waktu berjalan berkeliling menghirup sejuk udara pagi terbatas, aku  hanya berkeinginan mematikan lampu di pojokan gedung samping tempatku tinggal.
Pintu kubuka, melangkah menuju ujung halaman. Lampu mati saat saklar kupencet menuju titik off dari sebelumnya. Di sekitarku, karena sudah terang, berkumpul banyak anak-anak ayam bersama dengan ibunya (kalau ayam aku paham mana ibunya) sedangkan bapak-bapaknya tidak beserta mereka. Ibu ayam dan anak-anaknya itu sedang asyik bekerja diselingi saling bermain, istilah manusianya bercanda. 

Mengais tanah dan rumpukan jerami kering,membuka sampah kertas, mengejar serangga-serangga kebun yang kecil-lecil,serta terkadang bermain perang-perangan. Maksut saya bermain duel satu lawan satu.

Sungguh menarik mengamati ayam dan aktifitasnya. Ada semangat yang selalu membara setiap membuka hari, berkarya dan berkarya demi hidup mereka. Mereka juga bergerombol,bukan untuk demo seperti berita di tipi-tipi, akan demo tanggal 2 desember. Ayam-ayam itu bergerombol untuk bekerja,bekerja dengan setia dan patuh . dalam kerja mereka diselingi dengan canda dan tawa,senda gurau, sungguh sangat menyenangkan.   

Sungguh berbeda dengan manusia,yang sering melakukan pekerjaan dan tindakan namun hanya untuk sebuah kepuasan. Sering manusia bekerja dengan saling melukai dan menyakiti sesamanya. Sering manusia saling merebut dan merampas, ini berbeda dengan ayam-ayam itu. Benar mereka berebut, namun setelah dimiliki oleh salah satu bagian dari mereka, tidak ada upaya sedikitpun untuk merampasnya.

Ahaiii….pagi ini,dalam pengamaanku untuk ayam-ayam itu,aku sangat terinspirasi. Dan kemudian membandingkan ayam-ayam itu dengan golongan kami yang (katanya sihh) manusia. Betapa manusia sering merebut dan merampas sesuatu yang sudah dimiliki oleh yang lain. Betapa demi merampas itu,meski sudah sah dimiliki yang lain, rela membayar dengan harga mahal,rela mengorbankan manusia yang lain, rela menjual segala sesuatu, bahkan (katanya) ada yang menjual agama. 

Sambil tersenyum sendiri,aku meninggalkan ayam-ayam yang selalu ada dalam kedamaian itu, ingin segera menuliskannya. Dan saat aku bagikan melalui blogku ini, jika ada yang membaca,silakan tersinggung. Kita,yang merasa manusia ini,sering kalah kemanusiawiaanya dengan ayam-ayam sederhana itu.
Mereka tidak saling merampas dan melukai,justru mereka saling berbagi. Mereka tidak ingin dipuja-puji, mereka hanya ingin bekerja,demi keberlangsungan hidup  mereka. Mereka tidak ingin melakukan tindakan demi sesuap makanan,mereka melakukan demi kehidupan..

Terima kasih ayam….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH