Hujan sepanjang hari ini cukup membuat keadaan
terasa semakin dingin. Derai air hujan pada sisi yang lain menjadikan orang
marah karena mungkin aktifitasnya terganggu namun tidak selalu demikian, karena pada sisi yang lain, suara air hujan itu adalah simfoni alam semenjak purbakala ada. Karena
ada juga yang menyanyangi hujan,karena hujan selalu menjadi teman yang setia
untuk memejamkan mata,alias tidur.
Usai hujan juga bisa menghadirkan persoalan
baru,apalagi di daerah kami sedang dibangun ruas jalan tol. Jalur utama desa
kami ke kota terdekat juga terkena pembangunan jalan told an itu mengakibatkan
jalan rusak atau memang sengaja dibuat rusak. Sehabis hujan hari ini, saya
mesti melewati jalan rusak karena pembangunan ruas jalan tol.
Dan benar saja,
sore saat saya mesti melakukan panggilan kehidupan saya, harus melewati jalur
itu. Becek luarbiasa dan juga sangat licin. Beberapa saudara yang kebetulan
berpapasan mengingatkan untuk mengambil jalan memutar demi menghindari jalur
licin,namun saya tidak peduli.
Dan benar,sesampainya saya di jalur ruas tol
itu, jalanan sangat becek. Sulit untuk dilewati dan andaipun melewatinya,mesti
dengan kehati-hatian tingkat tinggi. Saya nekad melewati dan saat dalam pertengahan
perjalanan di jalur becek itu,akibat licin tiada terkira,hamper jatuhlah saya. Untung
ada yang di dekat situ dan kemudian membantu saya melewati jalur tersebut. Amanlah
saya sampai jalur lebih baik.
Kami sempat bercakap dan baru tahu bahwa orang
yang selama ini bekerja dengan tingkat cuek luar biasa itu sedang bekerja
dengan pergumulan hidup yang berat. Dia diam karena tidak ingin kerjaannya
salah dan juga tidak ingin menambahi beban orang lain. Yang ia inginkan adalah
kerja dan kerja. Justru dalam keadaan tanah yang becek inilah kami malah bisa
saling menyapa dengan tulus dan hangat. Justru dalam keadaan yang serba darurat
inilah kami malah bisa saling menyapa dengan hati yang terbuka.
Saat kami mesti berpisah demi tugas dan
tanggungjawab masing-masing,mendadak ada pengendara sepeda motor yang melintas
dan terjatuh. Kami kemudian menolong pengendara itu. Setelah selesai,yang baru
saja hampir terjatuh dan kami tolong itu pergi saja tanpa sepatah kata untuk
berterima kasih. Saya sempat
menggerutu,mengapa orang yang baru saja lewat,seorang anak muda yang justru
baru saja kami tolong itu sama sekali tidak mengucapkan terima kasih. Saat saya
mencoba bicara dan ingin memberi kritikan tentang sikap orang tadi, orang yang
bekerja di proyek,yang selama ini saya kenal diam dan tertutup bicara kepada
saya.
“Ya biarlah Pak dia pergi, meski tanpa pamit. Kita
tidak boleh marah atau kecewa saat orang yang kita tolong sama sekali tidak
berterima kasih. Ketulusan kita diuji Pak. Kalau kita menuntut dia berterima
kasih atau kita maarah saat dia tidak berterima kasih, berarti tindakan kita
tidak tulus. Kita masih butuh pamrih pak dan itu tidak baik karena kita akan
kecewa”, Dengan santai dan tenang orang yang
bekerja di proyek tol ini berbicara kepada saya.
Saya tertegun namun
bersyukur karena mendapatkan pencerahan kehidupan yang sangat bermakna.
Tanah becek hari ini justru memberi pelajaran
kehidupan indah untukku,dan ungkin untuksiapa saja yang membaca tulisan ini. Tidak
selalu rintangan kehidupan itu tidak baik,justru dengan rintangan itu,sejatinya
kita diberi kesempatan oleh Sang Pencipta untuk menemukan kehendak baiknya. Tanah
becek hari ini,adalah keuliah kehidupan yang sempurna. Maka, janganlah selalu
mengerutu dengan keadaan dan jangan pula marah saat orang yang kita tolong
tidak berterimakasih kepada kita.
Oiya, malamnya waktu saya pulang,masih becek dan
gelap, namun selamat meski tidak ada yang menolong. Tuhan pasti sudah
tahu,karena sepi maka meski licin saya tidak terpeleset.
Salam dari Tanah Becek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar