Minggu, 23 Oktober 2016

TANAH BECEK



Hujan sepanjang hari ini cukup membuat keadaan terasa semakin dingin. Derai air hujan pada sisi yang lain menjadikan orang marah karena mungkin aktifitasnya terganggu namun tidak selalu demikian, karena pada sisi yang lain, suara air hujan itu adalah simfoni alam semenjak purbakala ada. Karena ada juga yang menyanyangi hujan,karena hujan selalu menjadi teman yang setia untuk memejamkan mata,alias tidur.
Usai hujan juga bisa menghadirkan persoalan baru,apalagi di daerah kami sedang dibangun ruas jalan tol. Jalur utama desa kami ke kota terdekat juga terkena pembangunan jalan told an itu mengakibatkan jalan rusak atau memang sengaja dibuat rusak. Sehabis hujan hari ini, saya mesti melewati jalan rusak karena pembangunan ruas jalan tol. 
Dan benar saja, sore saat saya mesti melakukan panggilan kehidupan saya, harus melewati jalur itu. Becek luarbiasa dan juga sangat licin. Beberapa saudara yang kebetulan berpapasan mengingatkan untuk mengambil jalan memutar demi menghindari jalur licin,namun saya tidak peduli. 
Dan benar,sesampainya saya di jalur ruas tol itu, jalanan sangat becek. Sulit untuk dilewati dan andaipun melewatinya,mesti dengan kehati-hatian tingkat tinggi. Saya nekad melewati dan saat dalam pertengahan perjalanan di jalur becek itu,akibat licin tiada terkira,hamper jatuhlah saya. Untung ada yang di dekat situ dan kemudian membantu saya melewati jalur tersebut. Amanlah saya sampai jalur lebih baik. 
Kami sempat bercakap dan baru tahu bahwa orang yang selama ini bekerja dengan tingkat cuek luar biasa itu sedang bekerja dengan pergumulan hidup yang berat. Dia diam karena tidak ingin kerjaannya salah dan juga tidak ingin menambahi beban orang lain. Yang ia inginkan adalah kerja dan kerja. Justru dalam keadaan tanah yang becek inilah kami malah bisa saling menyapa dengan tulus dan hangat. Justru dalam keadaan yang serba darurat inilah kami malah bisa saling menyapa dengan hati yang terbuka.
Saat kami mesti berpisah demi tugas dan tanggungjawab masing-masing,mendadak ada pengendara sepeda motor yang melintas dan terjatuh. Kami kemudian menolong pengendara itu. Setelah selesai,yang baru saja hampir terjatuh dan kami tolong itu pergi saja tanpa sepatah kata untuk berterima kasih.  Saya sempat menggerutu,mengapa orang yang baru saja lewat,seorang anak muda yang justru baru saja kami tolong itu sama sekali tidak mengucapkan terima kasih. Saat saya mencoba bicara dan ingin memberi kritikan tentang sikap orang tadi, orang yang bekerja di proyek,yang selama ini saya kenal diam dan tertutup bicara kepada saya.

“Ya biarlah Pak dia pergi, meski tanpa pamit. Kita tidak boleh marah atau kecewa saat orang yang kita tolong sama sekali tidak berterima kasih. Ketulusan kita diuji Pak. Kalau kita menuntut dia berterima kasih atau kita maarah saat dia tidak berterima kasih, berarti tindakan kita tidak tulus. Kita masih butuh pamrih pak dan itu tidak baik karena kita akan kecewa”, Dengan santai dan tenang orang yang  bekerja di proyek tol ini berbicara kepada saya. 
Saya tertegun namun bersyukur karena mendapatkan pencerahan kehidupan yang sangat bermakna.
Tanah becek hari ini justru memberi pelajaran kehidupan indah untukku,dan ungkin untuksiapa saja yang membaca tulisan ini. Tidak selalu rintangan kehidupan itu tidak baik,justru dengan rintangan itu,sejatinya kita diberi kesempatan oleh Sang Pencipta untuk menemukan kehendak baiknya. Tanah becek hari ini,adalah keuliah kehidupan yang sempurna. Maka, janganlah selalu mengerutu dengan keadaan dan jangan pula marah saat orang yang kita tolong tidak berterimakasih kepada kita.
Oiya, malamnya waktu saya pulang,masih becek dan gelap, namun selamat meski tidak ada yang menolong. Tuhan pasti sudah tahu,karena sepi maka meski licin saya tidak terpeleset.

Salam dari Tanah Becek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH