Rabu, 19 Oktober 2016

Doa Tanpa Arti



Jam dinding berderit pelan namun pasti. Nampak remang dalam temaram cahaya lampu 5 watt di rumah limasan sederhana. Malam yang sepi dan dingin. Sepinya Malam membuat semua bisa didengar. Suara nyamuk, gemerisik dedaunan tertabuh angin-angin. Dalam dingin malam itu, Dalijo duduk di dekat perapian dirumahnya untuk menghangatkan badan. Memang dalam musim hujan begini,malam selalu dingin dan Dalijo selalu membuat perapian demi menghangatkan suasana. Dalijo termenung dalam kesendirian dan dalam suasana sepi. Kemudian ia menatap ke luar,lewat kaca jendela yang sudah meulai kusam. Dan saat itu pandangannya menatap ke luar, dilihatnya seorang kakek sedang berjalan dalam jalanan dusun yang basah,dalam rintik hujan di terangi lampu-lampu pinggir jalan.

Dalam hati Dalijo  kemudian berpikir, Hmmm...kasihan kakek itu, dia harus berjalan ditengah malam dingin dan gerimis seperti saat   ini. Baiklah aku akan mendoakan dia saja agar dapat tempat berteduh.  Dalijo itu lalu berdoa kepada Tuhan.

"Tuhan bantulah agar kakek itu,yang sedang berjalan di malam hujan dan dingin  ini mendapatkan tempat untuk berteduh. Kasihan Tuhan dia kedinginan"

Saat Dalijo mengakhiri doanya, Ia melihat  kakek  itu berjalan mendekati rumahnya dan diapun sempat mendengar suara rintihan sang kakek yang kedinginan ketika sang kakek bersandar di dekat jendela rumahnya. Mendengar itu Dalijo berdoa lagi kepada Tuhan.

"Tuhan lihatlah  kakek itu di luar rumahku ini. Kasihan sekali dia Tuhan, biarlah engkau membantunya agar dia tidak kedinginan lagi.bantulah agar dia mendapatkan tempat berteduh yang hangat" Dalijo merasa sudah berbuat baik,peduli dengan berdoa atau mendoakan orang lain. Saking letih dan juga karena dingin, Dalijo kemudian  tertidur lelap.

Saking lelapnya maka Dalijo  baru  terbangun  saat sudah pagi. Itupun karena suara gaduh orang-orang  sekitarnya. Dalijo pun segera bergegas  keluar rumah dan menemukan sang kakek telah meninggal bersandar di dekat jendela rumahnya.
Dalijo sedih dan dalam sedihnya Dalijo  kemudian berdoa lagi kepada Tuhan. 
"Tuhan mengapa engkau membiarkan kakek itu meninggal kedinginan padahal aku sudah mendoakannya agar dia selamat.?"
Sekonyong-konyong Tuhan menjawab doa itu dan Dalijopun kaget serta bingung
"Dalijo,Aku mendengar doamu. Aku sudah membimbing kakek itu agar mendekati rumahmu. Akan tetapi engkau tak menghiraukannya bahkan ketika kakek itu merintih di depan jendela rumahmu."

Dalijo terdiam. Ada rasa kecewa dan malu mengerubuti sanubarinya. Dalijo kemudian sadar bahwa ia semestinya tidak sekedar berdoa, namun juga bertindak. Namun kecewa tinggalah kecewa dan sampai ujung usianya, Dalijo pasti akan meraa gagal memberi pertolongan kakek itu.

Terkadang, kitapun seperti sahabat kita, Dalijo,yang hanya bisa mendoakan tanpa pernah berbuat sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH