Rabu, 05 Oktober 2016

AJARAN BAHAGIA PERSI DALIJO


Wajah Dalijo terlihat sumringah.Senyum tulus dan polos selalu nampak dari wajah polosnya. Ia meyakini bahwa wajah adalah cerminan dari hati, maka  jika hatinya ceria, wajahnyapun juga akan nampak ceria. 
Maruta yang memang karib dari Dalijo heran dengan bahagia yang merona ceria di wajah pas-pasan Dalijo. Hasrat ingin tahu Maruta membuatnya mengajak Dalijo menyingkir dari Sambatan rewang tetangga, untuk menuju bawah rindangnya pohon jambu milik Lik Tirta.

"Dal, kamu dapat apa ta, kok sepertinya sangat ceria?Setahuku kamu kemarin malah dituduh mengambil pisang di batas tegalanmu dengan tegallanya Pakde Sukoduka?", Tanya Maruta dengan santai.

"Benar Mar, aku kemarin itu dilabrak Pakde Sukoduka, tapi aku sudah jelaskan bahwa itu memang milik saya. Dan karena memaksa, ya pisang yang suluh itu aku kasihkan", Jawab Dalijo polos.
"Tapi tidak selesai sampai disitu, Pakde Sukoduko ya malah makin menjadi-jadi, membawa-bawa almarhum bapak dan simbokku. Sampai budhe Tarni gatrima. Tapi aku tidak apa-apa, bagiku, tuduhan,makian,fitnah dan apapun juga, itu bukan beban berat dalam hidupku. Itu adalah guru kesabaranku Mar.", Maruta berkisah bagaikan Sang Begawan.
"Aku malah bersyukur kok Mar, bahwa Pakde Sukoduka itu aku yakini diutus Sing Ngecet Lombok untuk mengajariku kesabaran, kesetiaan,ketulusan dan ketabahan. Jadi tidak ada masalah buatku", Lanjut Dalijo
USAHA RESERVASI TICKETING
Maruta Mangut-mangut, kagum akan kebesaran hati sahabatnya yang sangat sederhana itu. Maruta kagum akan kebaikan yang tidak pernah dimunculkannya. Sering disakiti, dirasani, disingkirkan, tidak dipedulikan, namun tetap baik kepada siapa saja. Ini yang masih sulit ia lakukan, masih sering ia ngamuk dan ganti membenci siapa saja yang membencinya.
"Mar, ngapa ngalamun?", Sapa Dalijo.
"Eh..enggak, aku kagum dirimu Dal. tidak pernah marah meski dirugikan,disakiti dan diapain saja", Jawab Maruta.
"Itu pilihan hidup bahagiaku Mar. Kalau hidupku selalu dipengaruhi sikap sekitarku, sampai kapanpun aku tidak akan bahagia. Bahagia itu mudah dan sederhana kok Mar. kalau ada yang benci, ya biarkan saja, jangan kita ikut membenci.kalau ada yang ngrasani, ya biarkan saja. Bahagia itu pilihan Mar, tidak jatuh dari langit. Makane, silakan milih bahagia dengan sederhana Mar, Enak kan?", Sambung Dalijo.
"Aku sering mengalami Mar. Saat aku ikut kerja, hakku tidak diberikan ke aku. Bahkan saat aku sakitpun, masih dirasani, sakit dibuat-buat. Namun aku mesti lapang dada menerimaknya dan tidak boleh terpengaruh. Itu syarat bahagiaku Mar, sederhana ta?", Dalijo mengakhiri kalimatnya seraya berdiri, karena ingin segera membantu kerja di sambatan itu.

Bahagia itu sederhana, dari dalam diri sendiri. Terserah orang lain mau katakan dan bersikap seperti apa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH