Senin, 10 Oktober 2016

Silakan Beri Judul Sendiri



Seorang laki-laki, masih berusia kurang dari lima tahun. Dalam budayanya ia dan sebayanya dikenal dengan sebutan balita. Anaknya ceria dan menyenangkan bahkan ada yang bilang menggemaskan. Orang tua dan kedua kakek dan neneknya juga saying, bahkan bisa dikatakan kelewat saying. Maklum dia anak pertama dan juga cucu pertama, laki-laki pula. Semua kebutuhan anak itu dipenuhi, meskipun  terkadang bukan kebutuhannya, malah kebutuhan orangtua.  Dalam situasi didikan demikian, anak itu bertumbuh sehat jasmani,namun terhambat sisi rohani dan psikologinya. Badan yang sehat dan terlihat kuat,tidak berbanding lurus dengan cara berpikir yang semestinya juga bertumbuh.
Anak lelaki balita ini bertumbuh bak seorang raja kecil. Apa saja yang diminta,harus dipenuhi dan ironisnya,dituruti orangtua dan kakek neneknya. Demikian dia tumbuh dalam ketidakimbangan,Antara jasmani dan rohani. Dalam pergaulan sellau ingin menang sendiri,selalu ingin menyalahkan teman-teman sepermainan. Entah salah atau benar, laki-laki kecil ini selalu minta dimenangkan. Jika kalah bermain atau merasa tersinggung dengan temannya, anak ini segera berlari melapor kepada ibu dan neneknya, maka segera dengan sapu dan penthungan pembersih Kasur, ibu dan nenek anak lelaki itu akan berlari, mencari anak-anak yang membuat anak serta cucu mereka kecewa,terluka dan mennagis. Jika kemudian ada orangtua yang memberi pengertian, maka sorenya, giliran bapak dan kakek anak lelaki balita itu akan turut campur.
Semakin hari semakin manja anak itu. Teman-teman sepermainan dipaksa untuk mengerti dan terus mengerti, tanpa pernah memberi kesempatan untuk dimengerti. Saat bermain, saat berlari dan kaki terantuk batu, terluka dan berdarah,maka ia akan berteriak menyalahkan teman dan sahabatnya. Ia akan berlari,meraung berteriak minta dibela,minta ditolong dan meminta teman-temannya mendapatkan hukuman. Semakin ironis, saat seperti ini, justru orangtua dan kakek serta nenek anak ini bangga. Bangga akan cerita dan kisah anak cucu mereka yang bisa membuat orang lain terganggu.
Kehidupan, dalam bentuk apapun, baik pribad,komunitas selalu ada banyak unsur yang mengkontruksinya. Jika unsur pembentuknya salah dan kemudian tidak ada upaya untuk melakukan koreksi, maka kesalahan itu akan semakin besar dan semakin melukai kehidupan. Jika saja saat anak betengkar, kemudian orangtua terlibat karena ada kepentingan pribadi, maka mulailah bara konflik meluas.
Saat agama ditempatkan seperti anak kecil yang harus dijaga,dibela dan dilindungi,maka akan berakibat sangat fatal. Agama akan menjadi agama ynag manja dan kolokan,yang selalu menuntut dan menang sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH