Ada sebuah cerita kuno, tentang seorang laki-laki tua yang
sikapnya dalam memandang kehidupan berbeda sama sekali dengan orang-orang lain
di desanya. Keanehan itulah yang sering menjadikan orang-orang
disekitarnya menjadi bingung, dan sulit
mengerti alam pikir si laki-laki tua tersebut.
Rupanya laki-laki tua ini hanya mempunyai seekor kuda, dan pada
suatu hari kudanya kabur. Para tetangganya datang dan menaruh belas kasihan
kepadanya, dengan mengatakan kepadanya betapa mereka ikut berbela rasa atau sedih karena kemalangan yang menimpanya.
Namun jawaban
dari laki-laki tua itu membuat mereka,
orang banyak itu, heran.
"Tapi bagaimana
kalian tahu itu kemalangan?" dia bertanya.
Beberapa hari kemudian kudanya yang sempat dinyatakan hilang itu pulang, dan
ikut bersamanya dua ekor kuda liar. Sekarang si laki-laki tua punya tiga ekor
kuda. Kali ini, tetangga-tetangganya mengucapkan selamat atas kemujurannya.
"Tapi bagaimana
kalian tahu itu kemujuran?" dia menjawab.
Pada hari berikutnya, sementara sedang berusaha menjinakkan salah
seekor kuda liar, anak laki-lakinya jatuh dan kakinya patah.
Sekali lagi,
para tetangga datang, kali ini untuk menghibur si laki-laki tua karena
kecelakaan yang menimpa anaknya.
"Tapi bagaimana kalian tahu itu kemalangan?" dia bertanya.
Kali ini, semua tetangganya menarik kesimpulan bahwa pikiran si
tua kacau dan tidak ingin lagi berurusan dengannya.
Walaupun demikian, keesokan harinya penguasa perang datang ke desa
dan mengambil semua laki-laki yang sehat untuk dibawa ke medan pertempuran.
Tetapi anak si laki-laki tua tidak ikut diambil, sebab tubuhnya tidak sehat!
Kita semua akan menghayati kehidupan yang lebih tenang kalau kita
tidak terlalu tergesa-gesa memberikan penilaian kepada peristiwa yang tejadi.
Bahkan apa yang paling kita benci, dan yang masih menimbulkan reaksi negatif
kalau terpikirkan oleh kita, mungkin memainkan peranan positif dalam hidup
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar