Sareh,
sahabat Dalijo, orang yang sangat sederhana. Dia Tidak sekolah,karenanya dia buta huruf. Sareh bekerja sebagai penjaga sekolah atau populer di
daerah itu sebagai Tukang Kebon, malah lebih popular lagi dengan panggilan Pak
Bon.
Sareh
sudah cukup lama bekerja sebagai Pak Bon, Sudah
sekitar 6 tahun . Suatu ketika kepala sekolah di Sekolah tempat Sareh bekerja digantikan. Sebagai kepala sekolah baru, ia juga menerapkan aturan baru.
Hal inilah yang membuat Sareh gundah, hingga pada suatu sore,sembari menikmati
kopi, di tritis rumah Dalijo,karena
Sareh rumahnya tidak terlalu jauh dengan Dalijo, ia curhat ke tetangga
sekaligus sahabat karibnya itu.
“Reh,
napa ta, kok belakangan dirimu cemberut? Apa Sutini,anak’e pakde Parmo nolak
cintamu, atau ada cowok lain yang mendekati Sutini?” Tanya Dalijo penuh selidik
meskipun dalam balutan gojek.
Sareh diam, termenung. Kemudian menyeruput kopi
bikinannya sendiri. Menarik nafas panjang.
“Dal,
pak kepala sekolah sekarang beda dengan yang lama”
“Yo
jelas beda ta Res, masak sama”, Sambung Dalijo,menanggapi cerita Sareh,meski
belum usai bercerita.
“Walah,
aku belum rampung crita Dal. Pak kepala sekolah sekarang menerapkan peraturan
baru. Semua karyawan mesti bisa baca tulis”, Ungkap Sareh. “Kamu kan tahu aku
tidak bisa baca tulis ta?”, Makane aku dikeluarkan. Sekarang aku nganggur Dal", Sambung Sareh kemudian.
“Lha
terus piye sikapmu Reh?”, Tanya Dalijo. Sareh diam. Lama ia diam. Sampai Dalijo
kemudian punya ide.
“Reh,
tegal tinggalan orang tuamu kan nganggur, mangkrak,bera gak diurus. Lha daripada setres mikirin nasipmu,
mbok itu tegalmu ditanami saja. Aku punya ide ditanami Kates Reh. Pie?”, Lanjut
Dalijo semangat. Sareh setuju dan semenjak hari itu,dia tidak murung lagi,malah
bekerja penuh gairah.
Bulan-bulan berikutnya, Sareh sibuk memanen Pepaya, ia
sangat sukses dengan kebun katesnya.
Suatu
hari, Sareh pergi ke bank untuk membuka rekening, namun karena buta huruf, dia
tidak bisa mengisi formulir & karyawan Bank yg membantunya. Karyawannya canti, dan Sareh suka melirik,meski terus diawasi Sutini,Istrinya.
"Awas,usil!! Tak Stop jatahmu mas", Ungkap Sutini sembari mlerok kecil.
Karyawan
Bank berkata, : "Wah, Mase ini, buta huruf saja bisa punya uang
sebanyak ini, apalagi kalau bisa membaca & menulis, pasti lebih kaya
lagi"
Dengan
tersenyum Sareh berkata, : "Kalau saya bisa membaca & menulis, saya
pasti masih menjadi penjaga sekolah, masih jadi tukang kebon mbak"
Dan
beberapa tahun kemudian, juga dalam suatu sore. Dalijo dan Sareh kembali
ngobrol, dan Sareh ditemani Sutini, istrinya.
“Reh,
Apa yg merupakan musibah, bisa saja BERKAH. Eling ta dirimu,saat dikeluarkan
dari Tukang Kebon itu?”,Ungkap Dalijo.
“Iya
Dal. Ini juga gara-gara kamu. Ternyata Berkah dan Musibah itu tidak ada, yang
ada adalah baik,tinggal kita menyikapinya”, Tutur Sareh Sok Bijak.
Dalijo
hanya mesam-mesem sambil nglirik Sutini,sebab dulunya juga ngesir tapi kalah
ngganteng dengan Sareh,meski Dalijo lebih cerdas.
Dan sorepun bergeser…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar