Sabtu, 22 Oktober 2016

Musibah dan Berkah Menurut Dalijo





Sareh, sahabat Dalijo, orang yang sangat sederhana. Dia Tidak sekolah,karenanya dia buta huruf. Sareh  bekerja sebagai penjaga sekolah atau populer di daerah itu sebagai Tukang Kebon, malah lebih popular lagi dengan panggilan Pak Bon.
Sareh sudah cukup lama bekerja sebagai Pak Bon, Sudah  sekitar 6 tahun  . Suatu ketika kepala sekolah di Sekolah tempat Sareh bekerja  digantikan. Sebagai kepala sekolah baru, ia  juga menerapkan aturan baru. Hal inilah yang membuat Sareh gundah, hingga pada suatu sore,sembari menikmati kopi, di tritis rumah Dalijo,karena Sareh rumahnya tidak terlalu jauh dengan Dalijo, ia curhat ke tetangga sekaligus sahabat karibnya itu.

“Reh, napa ta, kok belakangan dirimu cemberut? Apa Sutini,anak’e pakde Parmo nolak cintamu, atau ada cowok lain yang mendekati Sutini?” Tanya Dalijo penuh selidik meskipun dalam balutan gojek
Sareh diam, termenung. Kemudian menyeruput kopi bikinannya sendiri. Menarik nafas panjang.
“Dal, pak kepala sekolah sekarang beda dengan yang lama”
“Yo jelas beda ta Res, masak sama”, Sambung Dalijo,menanggapi cerita Sareh,meski belum usai bercerita.

“Walah, aku belum rampung crita Dal. Pak kepala sekolah sekarang menerapkan peraturan baru. Semua karyawan mesti bisa baca tulis”, Ungkap Sareh. “Kamu kan tahu aku tidak bisa baca tulis ta?”, Makane aku dikeluarkan. Sekarang aku nganggur Dal",  Sambung Sareh kemudian.
“Lha terus piye sikapmu Reh?”, Tanya Dalijo. Sareh diam. Lama ia diam. Sampai Dalijo kemudian punya ide.
“Reh, tegal tinggalan orang tuamu kan nganggur, mangkrak,bera gak diurus. Lha daripada setres mikirin nasipmu, mbok itu tegalmu ditanami saja. Aku punya ide ditanami Kates Reh. Pie?”, Lanjut Dalijo semangat. Sareh setuju dan semenjak hari itu,dia tidak murung lagi,malah bekerja penuh gairah. 
Bulan-bulan berikutnya, Sareh sibuk memanen Pepaya, ia sangat sukses dengan kebun katesnya.
Suatu hari, Sareh pergi ke bank untuk membuka rekening, namun karena buta huruf, dia tidak bisa mengisi formulir & karyawan Bank yg membantunya. Karyawannya canti, dan Sareh suka melirik,meski terus diawasi Sutini,Istrinya. 
"Awas,usil!! Tak Stop jatahmu mas", Ungkap Sutini sembari mlerok kecil.
Karyawan Bank berkata, : "Wah, Mase ini, buta huruf saja bisa punya uang sebanyak ini, apalagi kalau bisa membaca & menulis, pasti lebih kaya lagi"
Dengan tersenyum Sareh  berkata, : "Kalau saya bisa membaca & menulis, saya pasti masih menjadi penjaga sekolah, masih jadi tukang kebon mbak"
Dan beberapa tahun kemudian, juga dalam suatu sore. Dalijo dan Sareh kembali ngobrol, dan Sareh ditemani Sutini, istrinya.
“Reh, Apa yg merupakan musibah, bisa saja BERKAH. Eling ta dirimu,saat dikeluarkan dari Tukang Kebon itu?”,Ungkap Dalijo.
“Iya Dal. Ini juga gara-gara kamu. Ternyata Berkah dan Musibah itu tidak ada, yang ada adalah baik,tinggal kita menyikapinya”, Tutur Sareh Sok Bijak.
Dalijo hanya mesam-mesem sambil nglirik Sutini,sebab dulunya juga ngesir tapi kalah ngganteng dengan Sareh,meski Dalijo lebih cerdas. 
Dan sorepun bergeser…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH