Rabu, 12 Oktober 2016

Harga Sebuah Ketulusan



Di suatu desa terpencil, tinggallah sebuah keluarga nan harmonis dan rukun. Sepasang suami istri, dua anak, dan seorang ibu dari suami yang juga nenek dari dua anak tersebut. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana. Rumah dekat gunung, ujung barat dari desa tersebut. Rumah dari anyaman bambu. Tidak ada perkelahian antara dua anak tersebut. Begitu pula dengan kedua pasang suami istri. Sementara sang ibu, menikmati masa tua dengan bahagia bersama cucu-cucunya.

Dan di suatu hari pula, dua anak tersebut berlari menentang tas rangsel mereka, pulang dari sekolah dengan wajah gembira. Di tangan mereka ada dua kertas yang dipegang erat-erat seakan tidak ada yang boleh mengambilnya. Setelah sampai dirumah, mereka berlari menemui ibu untuk menunjukkan isi yang ada dalam kertas tersebut.
“Mbok...Simbok…! Nilai ulanganku dapat 100!”, Teriak Dalijo, anak pertama keluarga sederhana ini.
“Bijiku juga 100, mBookk!” , Truno, anak kedua keluarga tersebut tidak mau kalah.
Si Simbok, dengan segenap kebahagiaan yang ada dalam hatinya,menyambut kedua anaknya dengan kebahagiaan yang sederhana namun sangat dalam.
Walhasil, berita suka cita tersebut terdegar oleh sang bapak di sore hari ketika baru pulang dari tegalnya. Dengan perasaan senang, sang bapak menjanjikan hadiah untuk merayakan keberhasilan dua anak tercintanya. Hadiah yang dijanjikan bapaknya adalah membelikan radio transistor, maklum ini kisah jaman dahulu.

Saat waktu pemberian hadiah tiba,dan si bapak juga sudah siap membelikan hadiahnya, tiba-tiba muncul kabar bahwa anak tetangga mereka sakit dan butuh tambahan biaya untuk berobat. Bingung si bapak mengambil keputusan. Membelikan hadiah pasti akan membuat anak-anaknya sangat senang, namun tetangganya sedang butuh uang. Memberikan uang ke tetangga itu baik, namun pastilah membuat kecewa anak-anaknya. Dan tentunya akan berakibat pada  hadiah yang harus ditunda bahkan dibatalkan.
Nah, sekarang kamu,Dalijo dan Truno, silakan pilih. Membeli hadiah namun sahabatmu tidak bisa berobat,atau membeli radio membuat kamu senang, namun sahabatmu akan tidak bisa berobat? Tidak ada jawaban,dan kemudian si bapak mempersilakan anaknya berpikir. Masuklah kedua anak manis  dan sederhana ini. Bapaknya bingung,Belum hilang rasa sedih yang ada dalam benak sanubari sang bapak ketika kedua buah hatinya keluar dari kamarnya. Namun yang terlihat adalah, di kedua tangan kedua anaknya tersebut, celengan tabungan berbentuk ayam. Kedua anak tersebut mendekati sang bapak seraya berkata.
“Pake aja uang celengan Truno Pak, untuk biaya membeli obat Luhur , Pak!”
“Uang Dalijo juga ya pak, buat beli obat Luhur!”
Bapaknya bahagia, matanya berkaca-kaca. Bahagia dan haru menjadi satu. Nilai kebaikan yang ia ajarkan ternyata tidak sia-sia. 
***

Komunikasi, dialog,keterbukaan,keberanian memberi teladan ternyat memiliki daya pengaruh yang sangat luar biasa. Semoga Mengispirasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH