Jumat, 21 Oktober 2016

Pohon Pakis dan Bambu

Karena persoalan kehidupan yang dirasakan semakin berat, Dalijo yang merasa putus asa ingin meninggalkan dan mengakhiri  segalanya. Dalijo ingin meninggalkan pekerjaan, hubungan, dan berhenti hidup. Kemudian Dalijo, pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan Tuhan Sang Maha Pencipta.

"Dhuh Gusti, kata Dalijo yang sangat medok jawanya, Napa Paduka bisa memberi saya satu saja  alasan yang baik agar aku jangan membenci hidup ini  dan kemudian menyerah?
Jawaban Tuhan sangat mengejutkan. "Jo, Dalijo...Coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat?Perhatikan dengan cermat dan seksama ya Jo, itu ada tumbuhan, yaitu pakis dan bambu.
"Inggih Gusti", Jawab Dalijo geragapan dan kemudian kembali muncul logat Jawanya yang sangat medok.
"Ketahuilah Jo, saat Aku menanam benih pakis dan benih bambu, Aku merawat keduanya secara sangat baik. Aku memberi keduanya cahaya. Memberikan air. Pakis tumbuh cepat di bumi. Daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan.
Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apapun. Tapi Aku tidak menyerah.
Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi Aku tidak menyerah", Suara jawaban Tuhan, membuat Dalijo termenung.
"Kemudian di tahun ketiga, benih bambu belum juga memunculkan sesuatu. Tapi Aku tidak menyerah.
Di tahun ke-4, masih juga belum ada apapun dari benih bambu. Aku tidak menyerah, Jo, tidak kata Tuhan. Kemudian di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil.
Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna.
Tapi 6 bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki.
Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun.
Akar ini membuat bambu kuat dan memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup.
Aku tak akan memberi cobaan yang tak sangup diatasi ciptaan-Ku, termasuk dirimu. Lha kamu sadar ngak Jo kalau Aku yang menciptakan kamu?" Jawaban dan tanya Tuhan kepada Dalijo.
Dalijo diam, dan keheningan menyelimuti. Suara kicauan burung-burung dan gemericik air dari sungai hutan menyanyikan simfoni semesta yang abadi.
"Jo, Tahukah kamu, di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat ini, kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar untuk kekuatan hidupmu.
Aku tidak meninggalkan bambu itu. Aku juga tak akan meninggalkanmu.
Jangan  kau bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis. Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah.
Waktumu akan datang Jo, pas, tidak aku kurangi ataupun Aku tambahi. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi nanti, pada saatnya. Aku sedang mempersiapkan akarmu Jo,fondasi uripmu.
"Gusti, lha kula saya akan menjulang setinggi apa?", tanya Dalijo polos.
"Setinggi apa pohon bambu bisa menjulang?" tanya Tuhan
"Ya, Setinggi yang bisa dicapainya, semampu dia tumbuh", jawab Dalijo mulai mengerti cara Tuhan mengajarinya hidup.
"Hmmm..., benar Jo,  benar. Kamu pinter Jo", kata Tuhan.

Akan menjadi apa dan seperti apa kita semua mesti sesuai dengan kehendak Tuhan yang selalu baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH