Senin, 31 Oktober 2016
Minggu, 30 Oktober 2016
Sabtu, 29 Oktober 2016
Dalijo, Pini pacarnya dan Buah Mangga
Suatu hari, Dalijo berkunjung ke rumah cewek yang sudah lama ditaksirnya, mungkin sudah ada 5 tahun Dalijo naksir cewek itu. Namun karena takut di tolak jika mengungkapkan perasaanya, Dalijo tidak berani menyatakan rasa yang ia miliki. Saat tiba di rumah Pini, cewek peujaanya itu, Dalijo menerima hidangan istimewa. Pini dengan rambut dikucir ekor kuda, kaos oblong warna biru laut, menyambutnya dengan menghidangkan sepiring irisan buah mangga yang menggiurkan warna dan aromanya.
“Wah, mangganya harum dan manis sekali Dik, ini buah pohon mana?” ujar Dalijo sambil menikmati irisan buah mangga yang dihidangkan Pini.
Dengan tersenyum Pini, gadis pujaan Dalijo itu menjawab menjawab, “Mas Dal, ini pohon yang nanam mas Dal lho. Ingat tidak dulu,waktu dolan bareng-bareng sama teman-teman, waktu mas masih malu-malu mengungkapkan rasa mas ke aku, kita makan mangga. Lha mas Dal kan melempar bijinya mangga ini ke kebun lewat jendela ta? Nah, ini hasilnya mas Dal,pohon mangga itu aku rawat dan telah bertumbuh menjadi pohon mangga dan sekarang sedang kau nikmati buahnya” Jawab Pini dengan santai, namun nampak antusias, karena Dalijo datang.
“Sungguhkah dik Pin buah mangga ini hasil keisenganku dulu yang tidak disengaja? Wah, hebat Jos tenan ya dik, aku iseng tapi bisa menghasilkan buah yang seger dan ranum, apalagi jika aku serius ya dik?” Dalijo tertawa gembira sambil menyantap dengan nikmat mangga dihadapannya.
Pini lalu melanjutkan jawaban, “Mas, walaupun mas Dal tidak sengaja melempar biji mangga di halaman itu, tetapi karena tanah lahannya subur dan kemudian aku pelihara, dia tetap akan bertumbuh. Dan sesuai hukum alam, saat musim buah tiba, dia pasti akan berbuah. Sedangkan rasa buahnya manis atau tidak adalah sesuai dengan bibit yang kita tanam"
Dalijo manggut-manggut sembari mengunyah irisan buah mangga , lalu merenungkan perkataan Pini, gadis berambut panjang pujaan hatinya. Karena merasa penasaran, diambilnya biji buah mangga sisa di meja dan dibelahnya menjadi 2, dia ingin tahu sebenarnya apa yang ada di dalam biji buah mangga itu sehingga bisa menghasilkan rasa manis yang membedakan dengan biji buah mangga yang lain. Ternyata dia tidak menemukan perbedaan apapun.
Melihat tingkah Dalijo, Pini kemudian berkata lagi, “Mas Dal, semua biji buah, tampaknya dari luar sama semua. Tetapi sesungguhnya, unsur yang ada di setiap biji buah itu berbeda, perbedaan itulah yang akan menghasilkan rasa, aroma dan warna setiap pohon mangga berbeda pula. Semuanya tergantung inti buahnya mas Dal. Demikian pula dengan manusia, tampak luar, setiap manusia adalah sama tetapi yang menentukan dia bisa berhasil atau tidak adalah kualitas unsur-unsur yang ada di dalamnya. Nah, ternyata alam mengajarkan banyak kepada kita mas, bila ingin hasil yang baik, harus memiliki unsur kualitas yang baik pula “
Dalijo tersenyum sendiri dan dalam hati berujar, "Hmmm..pancen jitu pilihan hatiku, tak percuma aku menungga 5 tahun, ternyata dik Pini memang gadis yang top markotop. Sudah cantik,manis,meski agak item sedikit dan pinter lagi....".
"Massss....lha kok mesam-mesem sendiri, ada apa mas,adakah aku salah mas Dal?", Desak Pini. Dalijo menggelng,mereka tersenyum dan ternyata irisan mangga habis, karena saat Dalijo mau mengambil, tinggal sendoknya saja...
Saudara, hukum alam pada kisah Dalijo dan Pini, pacarnya tadi mengajarkan pada kita 2 hal.
1. Apa yang telah kita tabur, entah disengaja atau tidak, diingat atau dilupakan, entah kapanpun juga. Hukum alam mengajarkan, apa yang kita tanam kita pasti akan menuai hasilnya.
2. Bahwa manusia mempunyai kemiripan dengan inti biji buah mangga, tampak luar sama, tetapi kualitas unsur yang ada di dalam inti buahnya yang membedakan rasa, aroma dan warna si buah mangga. Demikian juga dengan manusia, Kualitas mental yang didalamlah yang membedakan dan menentukan keberhasilan manusia di masa depan.
Mari kita perbaiki sikap, perhalus budi pekerti, jaga kebersihan hati dan selalu menggali potensi diri agar kesuksesan sejati bisa kita nikmati suatu hari nanti.
MUJUR ATAU MALANG?
Ada sebuah cerita kuno, tentang seorang laki-laki tua yang
sikapnya dalam memandang kehidupan berbeda sama sekali dengan orang-orang lain
di desanya. Keanehan itulah yang sering menjadikan orang-orang
disekitarnya menjadi bingung, dan sulit
mengerti alam pikir si laki-laki tua tersebut.
Rupanya laki-laki tua ini hanya mempunyai seekor kuda, dan pada
suatu hari kudanya kabur. Para tetangganya datang dan menaruh belas kasihan
kepadanya, dengan mengatakan kepadanya betapa mereka ikut berbela rasa atau sedih karena kemalangan yang menimpanya.
Namun jawaban
dari laki-laki tua itu membuat mereka,
orang banyak itu, heran.
"Tapi bagaimana
kalian tahu itu kemalangan?" dia bertanya.
Beberapa hari kemudian kudanya yang sempat dinyatakan hilang itu pulang, dan
ikut bersamanya dua ekor kuda liar. Sekarang si laki-laki tua punya tiga ekor
kuda. Kali ini, tetangga-tetangganya mengucapkan selamat atas kemujurannya.
"Tapi bagaimana
kalian tahu itu kemujuran?" dia menjawab.
Pada hari berikutnya, sementara sedang berusaha menjinakkan salah
seekor kuda liar, anak laki-lakinya jatuh dan kakinya patah.
Sekali lagi,
para tetangga datang, kali ini untuk menghibur si laki-laki tua karena
kecelakaan yang menimpa anaknya.
"Tapi bagaimana kalian tahu itu kemalangan?" dia bertanya.
Kali ini, semua tetangganya menarik kesimpulan bahwa pikiran si
tua kacau dan tidak ingin lagi berurusan dengannya.
Walaupun demikian, keesokan harinya penguasa perang datang ke desa
dan mengambil semua laki-laki yang sehat untuk dibawa ke medan pertempuran.
Tetapi anak si laki-laki tua tidak ikut diambil, sebab tubuhnya tidak sehat!
Kita semua akan menghayati kehidupan yang lebih tenang kalau kita
tidak terlalu tergesa-gesa memberikan penilaian kepada peristiwa yang tejadi.
Bahkan apa yang paling kita benci, dan yang masih menimbulkan reaksi negatif
kalau terpikirkan oleh kita, mungkin memainkan peranan positif dalam hidup
kita.
Jumat, 28 Oktober 2016
TRANSFORM DISAPPOINTMENT
Disappointment shines a light on the problem, and once that happens there’s no need to continue with the disappointment. Get over it, and get busy making a positive change.
Whether it’s disappointment with yourself, or someone else, or the world at large, there’s a way to make a change for the better. So figure out what you can do, and do it.
No, you can’t solve all the problems of the world before dinner. Yet you can nudge your little corner of the world in a beneficial direction.
Though you’ll find plenty of blame to go around, refuse to dwell on assigning or maintaining that blame. Today is a new day, and an opportunity to think, act and feel in new ways.
Initially, disappointment connects you in a powerful way to what you care about, which is very useful. Keep in mind, though, that holding on to disappointment is a sad waste of your time and energy.
Feel the disappointment, then quickly transform it into positive, effective activity. Don’t let disappointment hold you down, because you have a whole lot of better things to do.
Kamis, 27 Oktober 2016
DALIJO IKUT DEMO
“Jo, mau ke mana kok nampaknya sangat sibuk?”,
Sareh mencoba menanyakan tujuan Dalijo sibuk mempersiapkan sesuatu. Nampaknya Dalijo
akan melakukan perjalanan Jauh. Tas punggung disiapkan,beberapa potong baju
dimasukan, sarung dan handuk juga menadi property yang disiapkan Dalijo.
“Aku mau ke Jakarta Reh, aku dapat Job. Lumayan meskipun
Cuma beberapa hari,bisa sekalian dolan ke Jakarta, ke Ibukota Negara kita. Ke kota
metropolitan”, Sahut Dalijo sembari masik menyibukkan diri menata semua
kebutuhannya,meski Sareh,sahabat karibnya sudah datang agak lama. Kemudian Sareh
membuka jendela,juga pintu yang
jumlahnya ada tiga di rumah limasan kuno
itu.
“Reh, gelem melu ra kowe? Ini pekerjaan menarik
dan menyenangkan lho, ke Jakarta, kerja cuma beberapa jam, hanya jalan-jalan sambil
ikutan teriak-teriak,dibayar satus seket ewu sedina, makan minum gratis dan
ongkos PP,naik bis eksekutif ditanggung”, Ungkap Dalijo penuh semangat, dengan
masih sibuk mempersiapkan sesuatu yang mungkin ia rasa masih kurang.
Sareh diam,seperti namanya, dia tersenyum,sembari
duduk di kursi tua,di sisi barat posisi rumah Dalijo. Mengambil majalah
berbahasa Jawa yang nampaknya majalah terbitan lama,terlihat dari kumalnya
sampul majalah itu. Di bolak-baliknya Majalah berbahsa Jawa itu,kemudian
terlihat asyik membacanya. Dalijo hampir selesai menyiapkan property untuk
kepergiannya ke Jakarta, yang katanya hanya sekitar tiga hari, kerja sekalian
wisata. Sampai kemudian Dalijo nampak mendekati Sareh untuk duduk.
Dalijo ikut duduk,sembari mengeluarkan rokok Djarum Super yang bungkusnya sudah kumal. Dalijo menarik satu batang,menyalakan korek dan menyulut rokok, kemudian meletakkan bungkus rokok itu di meja depan mereka duduk.
Dalijo ikut duduk,sembari mengeluarkan rokok Djarum Super yang bungkusnya sudah kumal. Dalijo menarik satu batang,menyalakan korek dan menyulut rokok, kemudian meletakkan bungkus rokok itu di meja depan mereka duduk.
“Reh, iki Ses’e. ayo nikmati hidup,jangan terlalu
banyak dipikirkan,ada peluang sikat. Dengan begitu hidup menjadi enak”, tutur
Dalijo dengan gaya sok bijak.
“Dal, sapa ta yang mengajakmu kerja di Jakarta
itu? Masak kerja Cuma 3 hari, bayaran 150.00,makan minum gratis, biaya pulang
pergi gratis. Jan-jane apa kerjaanmu itu Jo?” Tanya Sareh penuh perhatian.
“Itu, kemarin Songko ngesemes aku. Dia ditelfun temen
Jakarta,suruh datang awal bulan depan,ada pekerjaan menarik. Lha aku ya
langsung jawab iya. Tiga hari aku bisa dapat 450.000, makan gratis,tidur gratis
dan ongkos PP juga gratis. Siapa yang tidak tertarik. Lha wong kata Songko
kerjane Cuma ikutan jalan bersama,pakai baju seragam dan sudah disiapkan. Kami hanya
diminta ikut,teriak ikut, jalan juga ikut. Pokoknya yang penting ikut. Enak kan
Reh”, Dalijo memberi penjelasan dengan penuh semangat.
“Lha iya, trus nama pekerjaan kamu itu apa Dal?”,
Serang Sareh dengan Tanya yang substansinya sama. Sareh ingin sahabatnya itu
jujur,meski sebenarnya dia mengerti atau
tepatnya bisa menerka,jenis pekerjaan apa yang akan dijalani Dalijo. Ada seberkas
rasa iba untuk sahabatnya yang sangat sederhana ini. Dalijo tidak mengerti akan
tugas dan yang meski ia kerjakan di Jakarta itu. Sareh sadar, bahwa Dalijo
adalah korban,yang dalam kepolosannya berpikir dan meniti hidup,sering
diperdaya pihak lain yang memiliki agenda licik.
“Reh, gausah ngalamun. Kalau mau ikut,ayo bersiap.
Berangkatnya masih besok agak siang, jam 12 san. Kita ikut Bis eksekutip. Nanti tinggal aku
esemes Songko, tambah satu,pasti sangat senang dia. Karena Songko diberi tugas
korwil untuk membawa orang sebanyak-banyaknya”, Dalijo menegor Sareh serta
membujuknya ikut ke Jakarta. Dengan sangat santai dan terlihat bersemangat,
Dalijo menghisap cigaretnya mantab.
Sareh diam,masih terlihat asyik membaca majalah
yang dipegangnya. Namun sesaat kemudian nampak menutup majalahnya,meletakkannya
di atas meja,tempat semula dan memandang kea rah jendela. Sareh memandang sawah
yang mulai menguning, gunung yang tetap hijau,dedaunan yang tertiup angina. Kemudian
pelan namun mantab berkata.
“Dal, kamu ngerti enggak dengan pekerjaan yang
akan kamu kerjakan selama 3 hari di Jakarta?”
Dalijo diam, kemudian dalam kepolosannya,menjawab.
“Ya tahuku ya kerja,ikutan orang banyak dan di
bayar. Itu saja Reh”
Sareh tersenyum,namun nampak segurat keprihatinan
di wajahnya,juga nampak dari tarikan nafasnya. Dan kemudian melajutkan ucapanya
untuk Dalijo sahabatnya.
“Dal, kamu itu disuruh demo. Kamu diajak
grudak-grudug melakukan protes akan sesuatu yang tidak kamu ketahui. Yang kamu
bayangkan hanya 150 ribu per hari. Kamu tidak
sadar sedang diperalat oleh mereka yang menginginkan Negara ini tidak pernah
maju. Uang 450 ribu selama tiga harimu itu,ditambah ongkos PP dan makan
minummu,sejatinya untuk pertaruhan mereka yang berkepentingan. Dan jika
berhasil,maka kita akan tetap menderita selamanya Dal. Coba kamu pikirkan itu. Aku
tidak keberatan kamu ke Jakarta, kesempatanmu melihat ibu kota Negara, tapi
kamu mesti sadar yang terjadi sebenarnya”, Sareh menjelaskan dengan penuh
semangat.
Dalijo manggut-manggut,nampak ada segurat keraguan
di wajahnya yang polos. Namun,tekad ke Jakarta, ibukota Negara telah bulat. Namun
pesan Sareh,sahabatnya itu akan ia kenang dan pegang. Dalijo juga berjanji,akan
ikut mengamati dan melihat dari dekat apa yang dikuatirkan Sareh Sahabatnya
itu..
Dalijo tetap akan berangkat ke Jakarta,maka mari
kita tunggu ceritanya dari Jakarta,ikutan demo..
TAK BISA MELAWAN KESEIMBANGAN SEMESTA
“Kau kupu-kupu, kau harus sadar akan posisimu. Bahwa tugasmu dalam membantu pohon buah hanya menjadi perantara,bukan menjadi penikmat,apalagi pemilik buah”, Demikian Jawaban Malaekat ketika seekor kupu-kupu mengungkapkan keinginannya, tidak sekedar menjadi pembantu penyerbukan,namun ingin menikmati buahnya.
Meskipun sudah ditolak serta disadarkan oleh
Malaekat mengenai tugas dan kewajibannya sebagai kupu-kupu, yang hanya bertugas
menjadi perantara penyerbukan, namun kupu-kupu tetap nekad. Ia enggan hanya
sekedar menjadi perantara penyerbukan,ia ingin lebih tinggi lagi,menjadi
penikmat buah dari penyerbukannya.
Begitulah kemudian, banyak pekerjaan kupu-kupu
yang terbengkalai,semua karena keengganan si kupu-kupu melakukan tugas dan
kewajibanya. Sempat ada hewan lain yang protes,semisal luak dan codot, karena
kemudian tidak ada yang bisa mereka makan. Namun karena bentuk fisik Luak dan
Codot yang kalah jauh dengan Kupu-kupu, maka suara mereka tidak di dengar oleh
Malaekat. Dan ternyata pula, Malaekat itu bisa pilih kasih juga..
Waktu berganti dengan santainya. Kupu-kupu masih
setia dengan keinginannya,ingin juga menjadi penikmat buah,meski secara alami dia bukanlah yang demikian. Karena
kedekatannya dengan Malaekat,ia bisa melakukan itu. Namun ia tidak sadar,bahwa dia tercipta juga sebagai bentuk
kesempurnaan dan keseimbangan Alam Semesta. Maka ketika keseimbangan semesta
terganggu, maka yang lain juga merasakan harmoni yang terganggu.
Saat semesta terganggu,barulah semua merasakan
ketidakberesan. Itu semua terjadi hanya karena hasrat Kupu-Kupu yang menolak
jati diri sebagai perantara penyerbukan buah dan menginginkan menjadi penikmat
buah. Sesuatu yang tidak salah sebagai sebuah hak untuk memilih, namun tidak
sadar akan jati diri panggilan hakikinya.
Begitupun manusia, jika gagal memainkan perannya
dengan benar,maka keseimbangan semuanya akan terganggu. Maka,jalan sederhana
yang mesti dilakukan, kerjakan apa yang menjadi bagianmu,jangan melampaui dan
jangan mengurangi. Jika kalian adalah
petani, lakukan tugas ke-petan-an dengan baik dan benar, jika kalian pedagang,
lakukan tugas dagang dengan baik dan benar, jika kalian tukang bangunan,
lakukan dengan tepat, jika kenek bangunan,juga lakukan dengan tepat. Jangan melakkan
tugas sopir jika kalian adalah petani, jangan melakukan tugas berjaga jika kalian
adalah akuntan. Jaga keseimbangan dengan baik.
Kembalilah kepada hakekat kehidupanmu dan juga tugas dan tanggung jawab aslimu
Salam.
MARVEL AT THE MAGIC
Stop searching for situations where you can be joyful. Start expressing joy in whatever situations you’re in.
GET YOUR MAGIC
Don’t keep striving to create the perfect circumstance. Live richly, with meaning, integrity, authenticity and fun in every circumstance.
Happiness is not something to be defined in advance. Happiness is yours to choose in each moment.
Yes, be ambitious, set goals, work toward them. Just remember that there is much goodness, life, fulfillment to be enjoyed along the way.
Marvel at the magic of living in a world where so many amazing experiences are available to you every day. With a constant sense of awe and gratitude, seek to more fully earn the abundance that’s already yours.
Let go of the conditions you’ve placed on joy, and open yourself to all its possibilities. Be joy, live joy, here, now, and with whatever may or may not come.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Fenomena media sosial yang menggelora tanpa bisa dibendung, menjadikanbanyak orang menjadi was-was, kuatir dan bahkan sudah sampai k tah...
-
Setu Pahing 17 Desember 2022 BENINGE EMBUN ESUK II Samuel 7 : 23-29 Jabur 80 : 1-7, 17-19 Yokanan 3 : 31-36 “ Pramila sapunika P...
-
Selasa Legi 20 April 2021 BENINGE EMBUN ESUK Hosea 5 : 15- 6:6 Jabur 150 2 Yokanan 1 : 1-6 Mulane payo padha tetepungan lan mb...