KOPI SORE
Kamis 30 Agustus 2018
“…TUHAN,
siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu
yang kudus?” Mazmur 15 :1
|
Senja adalah situasi peralihan, dari terang tanah, menuju
gelapnya malam dan di saat senja menyapa, ada sebuah situasi yang menghampiri kebanyakan
manusia. Letih, itu sebuah kepastian yang menghampiri siapa saja ketika
seharian sudah beraktifitas.
Dan aktifitas yang dikerjakan, bukan sekedar
fisik, namun juga melibatkan sisi psikis, maka keletihan adalah sebuah
kemestian. Ketika letih, maka yang muncul adalah keinginan untuk beristirahat,
melepaskan seluruh kehidupan demi pulihnya raga dan juga energy. Nah, dalam keadaan seperti itulah,
sering terjadi kealfaan dala kehidupan spiritual manusia.
Jikapun ada “ritual”
doa, pastilah hanya sekedar rutinitas yang kering makna.
Saat letih menyapa, manusia sering membangun situasi
tawar menawar, juga dengan Tuhan. Apa buktinya? Saat letih menyapa, dan
biasanya senja, maka aktifitas keimanan nampaknya mulai menurun dan bahkan
mungkin menghilang. Dan alasan yang dimunculkan adalah keletihan selepas bekerja sepanjang hari dan aktifitas
itulah yang bisa dipakai sebagai alasan
bahwa bekerja itu merupakanbagian dari kehidupan spiritalitas.
Maka, senja
adalah situasi di mana manusia berjarak jauh dengan Sang Khaliq. Berbeda dengan
malam atau pagi, karena hendak menutup dan membuka hari.
Mungkin sore ini, ada yang disapa secangkir kopi
sesampainya di rumah, dengan iringan senyum istri atau suami yang menawan,
canda ria anak-anak, maka kopi panas bisa menjadikan keindahan senja.
Dan kopi
senja pulalah yang bisa semakin menjauhkan manusia dari Sang Khaliq. Oleh karena
itu, belajar dari Pemazmur, yang senantiasa mepertanyakan tentang SIAPA yang
layak menghadap Tuhan, maka baik kalau kita semua, yang membaca tulisan ini,
juga menanya diri sendiri, layakkah kita menghadapnya, jika sering
mengabaikanNya?
Cobalah temukan pesan Tuhan diantara kopi senja saudara
semua.
Salam
Wisma Keheningan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar