BAHASA CINTA EMBUN |
Tak ada yang menyangkal bahwa embun
itu akan selalu bening. Embun itu akan selalu hadir dalam keteduhan dan
kebersahajaan alami,keramahan purbakala yang menghadirkan romansa indah
siapapun yang “sempat” menikmatinya.
Embun itu akan selalu hadir dalam ketenangan alami. Hadir dalam suasana damai
dan santun, tanpa gejolak,tanpa hiruk-pikuk,tanpa kekerasan.
Embun yag bening itu tidak selalu berasal dari sumber yang bening juga.
Ia adalah internalisasi/kristalisasi dari uap air segala keadaan. Uap air yang
juga beraneka macam. Baik air yang bening, air yang keruh, air yang bergejolak,
air yang dingin, air yang penuh polusi, air yang belum tersentuh tangan-tangan
jahil manusia. Semua menguap dan kemudian berproses menjadi embun. Melewati tingginya
keadaan, mengarungi badai, terhempas
angin tanpa pernah mampu mengendalikan diri. Namun semua proses itu adalah “Jalan” yang mesti ia tempuh demi
hadir dalam bening yang elok dan rupawan. Bening yang kepadanya semua mata akan
takjub memandangnya. Takjub tanpa pernah mau “belajar” dari kisah perjalanan
embun yang berkelok dan berliku.
Hidup manusia adalah sebuah perjalanan
panjang yang –kadang- belum terlihat ujungnya. Di setiap keadaan manusia selalu
menghadapi aneka pergulatan dan pergumulan persoalan. Terkadang manusia hadir
dalam wajah yang menggambarkan keramahan dewata, namun terkadang manusia hadir
dalam wajah bengis bagai wajah Rahwana. Maka, belajar dari embun yang mampu
mengolah diri dalam segala keadaan untuk mampu “Tampil dalam Panggung Publik”
dengan bening adalah kemestian bagi kebersamaan hidup ini. Manusia semestinya
mampu “mengolah” segala bahan dasar pengalaman hidup menjadi sebuah tampilan
yang bening. Takpeduli ada beban yang menggantung, ada persoalan yang rumit,ada
gejolak yang membara. Namun yang paling utama adalah kemampuan mengolah
semuanya. Mengolah untuk kemudian menjadi menu siap saji tuk dinikmati yang
bening laksana embun.
Selamat Mengolah segala demi hadir
wajah kita yang bening.
JANGAN TAKUT DENGAN KOLESTEROL..NUTMEG SOLUSINYA |
Catatan: Tulisan ini pernah di muat di satuharapan.com dengan penulis yang sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar