Kamis, 21 April 2016

Sebuah Asa

Aku terlahir dari keluarga yang sangat sederhana dan tak mempunyai banyak materi, sedari kecil orang tuaku selalu mengajarkan kepadaku apa arti bersyukur, dan dari situlah aku selalu berusaha menghargai apa yang telah aku miliki dan aku selalu mencoba selalu mengucap syukur meskipun terkadang aku sulit untuk mengatakannya.
Sekitar umur 8 tahun aku yang seharusnya menjadi anak bungsu akhirnya mempunyai adik karena ibuku “kebobolan” untungnya saja ibuku melahirkan normal meskipun ketika ibuku melahirkan usianya sudah paruh baya dan memang menurut pandangan dokter sudah sangat rawan melahirkan di usia yang menjelang senja, adikku lahir dan mulai menghirup udara bumi pada tanggal 10 november 1995, adikku sangat cantik, bayi perempuan kulitnya putih kemerahan dan matanya yang masih terkatup belum sanggup tuk melihat dunia, semenjak ia keluar dari rahim ibukku ia hanya menangis sambil menendang-nendang kaki mungilnya… dan ketika adikku mulai di bersihkan dan di chek ternyata adikku lahir tidak sempurna… Ya Tuhan… kaki adikku cacat.. telapak kakinya tidak seperti kaki normal orang kebanyakan, ada rasa sedih yang menyelimuti hatiku, kakak-kakakku, terlebih ibuku yang sudah pasti mengharapkan anaknya terlahir normal karena tak ada bayaran rasa sakit yang membahagiakan saat melahirkan selain seorang ibu yang melahirkan itu melihat anaknya terlahir sehat dan sempurnanya, tapi itu sudah kehendak Allah SWT sebagai manusia yang hanya menerima pemberian-Nya hanya bisa bersyukur meskipun sulit.
Tahun pun beranjak adikku tumbuh menjadi balita yang pintar dan sangat menggemaskan tubuhnya yang gemuk padat, rambutnya yang pirang hingga kami kakak-kakaknya tambah menyayangi kehadirannya di tengah keluarga besar kami, aku 6 bersaudara dan aku anak kelima, meskipun di awal aku kecewa harus mempunyai adik lagi terlebih ada juga rasa malu karena kondisi ibu sudah sangat kurang pantas untuk memiliki lagi bayi, tapi lama kelamaan aku sangat menikmati peran baru dalam hidupku yaitu menjadi seorang kakak, dan sejak saat itu aku mulai berjanji akan selalu menyayangi dan melindungi adik mungilku nan lucu itu.
saat aku lulus sekolah aku mulai mencari pekerjaan untuk membantu kebutuhan keluargaku yang sudah tak bisa lagi mengandalkan penghasilan dari abahku yang sudah mulai renta, dan aku bersyukur aku bisa mendapatkan pekerjaan yang penghasilanya bisa sedikit membantu sekalipun hanya bisa untuk menutupi spp adikku, aku sadar aku hanya manusia biasa yang terkadang lelah dengan tantanngan hidup yang cukup sulit, aku juga mengalami pelajaran hidup dari pengalamanku aku tak lepas dari masa-masa pencarian jati diri, tapi bersyukur aku memang sempat mengenal dunia anak muda yang suka hura-hura, tapi tak berlangsung lama, karena aku sangat menyadari siapa aku dan apa tujuan aku hidup.
salah satu kalimat yang membuat aku tak pernah ingin berhenti untuk semangat adalah .. DISINI LENGKAPNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH