Selasa, 05 April 2016

KEABADIAN DAN KETIDAKABADIAN

TULISAN DI ATAS PASIR

Semilir angin pantai menerbangkan anak-anak rambut gadis manis itu. Rambutnya yang panjang, wajahnya yang oval oriental semakin terlihat berkilau saat tamparan matahari senja juga ikut membelai wajahnya. Dari lautan, ombak berbuih putih menggulung berkejaran seolah tiada lelah

Di samping gadis itu juga berjalan seorang pemuda, berkulit sawo matang,badan tegap dengan rambut agak ikal. Wajah lelaki muda itu nampak keras meski ketengan juga mendominasi. Diantara terpaan angin dan tamparan lembayung sinar matahari senja, justru keteduhan yang terlihat darinya.

Pada sebuah bentangan pasir putih pantai itu,saat ombak nampak lama menjauh dari bibir pantai, kedua sejoli itu berhenti. Tidak lagi mereka menghadap ke arah matahari, namun justru menghadap ke arah datangnya ombak, menghadap ke arah laut. Jarak berdiri mereka semakin mendekat dan nampak, tangan pemuda itu menggenggam jemari gadis berambut panjang berwajah oval oriental itu. 


Semilir angin dan deburan ombak belum jenuh mencumbui pantai. Terlihat diantara buih putih ombak, burung-burung Camar bermain dengan riang tanpa pernah gentar, kerena memang itu dunia mereka. Saat ombak besar bergulung mendekat pantai, serentak kedua anak manusia itu menghindar, berlari mundur menjahui serbuan ombak.

Mereka tampak sudah tidak bergandengan tangan lagi, namun nampak menyaksikan bekas ombak yang airnya kembali ke arah laut. Beberapa hewan tertinggal karena kalah cepat dari larinya air. Bekas ombak yang menghempas pasir di pantai itu nampak seperti kanvas alami yang polos dan siap tergores apa saja. Saat dua sejoli itu berjalan mundur, nampak jejak-jejak kaki mereka jelas menghias pasir yang usai dicumbu ombak.

“Jejak langkah kita berdua nampak terlihat jelas, lebih jelas dari jejak makluk yang lain” Gadis itu berucap sembari menunjuk ke arah jejak kaki mereka. Lelaki itu diam, namun tersenyum, kemudian bersikap seperti orang yang hendak duduk. Sejurus kemudian, ia menulis di atas pasir itu. Tulisan yang sangat jelas, rangkaian abjd-abjad itu membentuk sebuah nama dan tersambung diantara sebuah gambar tanda ada nama yang lain.


Gadis itu tersenyum sumringah saat melihat dan mebaca tulisan itu. Senyum yang terlihat bahagia. Kemudian lelaki itu berdiri, menarik tangan gadis itu, menggenggamnya. Ombak masih berdebur seolah takpeduli dengan sekitarnya, baginya, dunianya tidak bisa diganggu seperti dia yang juga enggan mengganggu. Sementara, bola merah Alam Semesta, sang mentari itu seolah sudah letih di kaki langit. Merahnya tak lagi membara, namun merah yang lembut. Udara masih semilir dan alam semakin terasa romatis saat lentingan suara camar ikut menghias suasana senja. Sepasang Anak manusia yang sedang dilanda Suka Dewasa itu masih terlihat saling bergenggaman tangan, seolah enggan diselingi nuansa semesta yang lain.
Saat kemudian ombak kembali menggulung dan menyerbu pasir di pantai itu, baru kedua  muda-mudi itu melepaskan genggaman mereka, meloncat mereka menghindari terjangan air laut. Kembalinya air laut menggelitik kaki-kaki mereka, dansaat semua kembali, terdengar jeritan tertahan dari gadis itu.
“Tulisan itu ke mana????!!” Sambil mencari-cari tulisan di pasir yang baru saja menjadi saksi romantisnya senja untuk mereka berdua.
“Tulisan itu telah sirna bersama air laut yang berpadu menjadi ombak. Biarlah tulisan itu hilang, namun jangan sampai tekad kita hanya seperti tulisan yang di Pasir ini. Tulisan itu memang lenyab, karena dia hanya tertulis di pasir laut yang selalu berubah karena ombak dan juga jejak yang lain. Aku tidak menyesalinya, karena aku sebenarnya ingin berkata kepadamu. Bahwa jangan kita hanya berpatokan pada sesuatu yang nampak karena dia hanya sementara. Berpeganglah pada semangat ombak itu,pada semilir angin itu, pada senja ini,dia akan abadi meski terkadang pergi” Pemuda berwajah keras namun tegar itu berkata sembari mendekati Gadis berambut panjang dan berwajah oval oriental itu.
Gadis itu mengangguk, kemudian mereka menuju sebuah tempat. Di sana menunggu Motor tua nan sederhana untuk mengantarkan mereka, entah mana tempat tinggal mereka. Senja semakin beranjak sempurna, untuk digantikan Malam. Ombak masih berdebur,pasir dan pantai masih setia di sana.. Sementara jejak-jejak dua muda-mudi itu sudah tertelan gelap malam...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH