Senin, 04 April 2016

FILOSOFI GELAS KOSONG

KOSONGKAN DULU GELAS ITU


Liburan yang sangat ditunggu oleh anak-anak. Pergi ke pantai adalah kegiatan favorit anak-anak kami, maka saat liburan mulai kami segera meluncur ke pantai selatan, tempat yang dekat dengan rumah leluhur kami. Sesampainya di pantai, anak-anak segera menuju ke air, bermain sepuasnya sementara kami menjaga anak kami yang paling kecil. Niatnya ingin seperti kakak-kakaknya, namun kondisi tubuhnya belum memungkinkan.



Sepanjang pagi menjelang siang kami bermain air dan pasir. Kami melepas penat dan jenuhnya kehidupan yang secara rutin menghinggapi kami. Dan pantai itu seolah menjadi ruang bebas untuk melepas segalanya. Meski berkejaran, meski berlarian hampir tiga jam, namun nampaknya letih itu tidak juga kami rasakan. Dan saat lapar mulai menghampiri kami, kami menepi, menempatkan diri pada sebuah dangau sederhana di bawah pohon Nyiur nan teduh.

Kami bersiap makan dan pada saat itulah kisah ini menjadi kisah yang begitu mengispsirasi kami. Saat kami hendak makan, ternyata gelas yang kami bawa terbatas, hanya dua. Dan kedua anak kami ingin masing-masing satu. Saat yang paling kecil juga ingin minum, terjadilah rebutan. Usai minum yang tidak sampai habis, anak terkecil kami memberikan gelas kepada kakaknya yang pertama, keadaan gelas masih terisi, bahkan masih terlihat hampir penuh. Saat si anak nomor satu jendak meminta minum dan minta saya menuangkannya, dia tidak segera menghabiskan sisa adiknya, maka tumpahlah air dari teko itu. Berulang kali hal demikian terjadi. Dan kami baru sadar, bahwa sebelum gelas itu kosong atau di kosongkan, tidak mungkin bisa diisi dengan air yang baru.


Pikiran dan konsep hidup manusia juga sama seperti gelas yang berisi air itu. Sepanjang masih dipenuhi dengan isi yang lama, pemikiran yang lama, konsep yang lama, maka seberapapun diberi yang baru tidak akan masuk. Malah justru akan sia-sia, yang baru akan tumpah dan menghilang entah ke mana. Pikiran kita juga demikian. Semua dikuasahi paradigma lama, baik itu konsep agama, sosial kemasyarakatan, konsep ekonomi, usaha, bisnis dan petanian, semua masih berkonsep lama. Jika demikian, seberapapun ada konsep ataupun ide baru, tidak mungkin akan masuk dan membuat perubahan.


Orang lebih suka mengambil air dari sumber air dengan ember daripada membuatkan saluran air. Orang lebih suka bekerja bertaruh waktu dan tenaga daripada membuat sistem yang kokoh, lebih suka menjadi buruh pabrik daripada berusaha sendiri. Nah, bagaimana dengan anda?

SALAM HANGAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH