Jumat, 08 April 2016

CARA TUHAN MENEGOR KITA

LEMPARAN BATU

Jalan raya sangat ramai. Seorang pengusaha muda yang kaya mengendarai mobil mewahnya yang baru. Kemudian seorang anak kecil melemparkan batu dan pecahlah kaca mobil baru yang sangat mewah itu. Dengan geram pengusaha muda kaya itu mundur dan memarahi anak kecil itu sembari mengelus-elus mobil barunya yang kacanya pecah dan tergores bodynya. Kemudian dia mendekati anak kecil itu sembari menahan geram. Nampak ia akan memukul anak kecil itu. Dalam ketakutannya, anak kecil itu meminta maaf sembari menunduk dan menyembah sementara  air mata mulai mengalir dari pelupuk mata bocah kecil itu.
“Bapak, ampun..saya mengaku salah dan saya siap dihukum. Hanya, saya tidak tahu dengan cara apa bisa menghentikan laju kendaraan-kendaraan di jalan ini. Semua berlari kencang dan seolah berebut paling depan. Pak, lihat di sana, itu kakakku lumpuh baru saja terjatuh dan tidak yang bisa menolongnya. Saya tidak kuat mengangkatnya kembali ke kursi rodanya. Maaf, saya melempar batu ini untuk meminta bantuan siapapun yang diutus Tuhan menolong kami”, Parau Si Anak Kecil itu memberi penjelasan.

Spontan Pemuda Kaya dengan mobil mewah baru itu menoleh, dan benar, seorang remaja lebih tua sekitar 3 tahun dari bocah yang melempari mobilnya dengan batu itu terkulai di tanah becek. Ia nampak lemas karena habis terjatuh dan sepertinya kehabisan tenaga saat berupaya kembali naik ke kursi rodanya. Seketika kemarahannya menguap pergi, berganti iba yang sangat mendalam. Ditinggalkannya anak kecil, adil remaja lumpuh yang sedang terjatuh itu, yang baru saja memechkan kaca mobil barunya dengan lemparan batunya. Ia menghampiri remaja lumpuh itu, diangkatnya kembali ke kursi roda dan dibawanya ke dalam mobil mewahnya yang masih baru.
Kehidupan kita nampaknya juga seperti pemuda kaya dan mobil mewah super cepatnya. Selalu berburu dan berburu dengan waktu. Semua berlomba untuk saling cepat dan sering melupakan keindahan-keindahan di sepanjang perjalanan. Juga sering gagal mendengarkan rintihan-rintihan Tuhan melalui sesama yang bergumul derita.
Tuhan selalu ingin menyapa kita, namun kita telah menutup telinga ii dan malah mempercepat laju ambisi kita. Maka, Tuhan melemparkan batu untuk kehidupan kita supaya kita mau berhenti. Berhenti untuk melihat sekeliling yang indah namun juga sering  penuh kepedihan, agar kita ikut peduli. Mungkin kit amemang butuh “DILEMPAR BATU” dulu  oleh Tuhan agar sadar dan berhenti sejenak dari pemburuan ambisi yang tiada kunjung henti.
Salam hangat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH